-- FIRST LOVE CAN BE AN ENDLESS LOVE -- PART 22 Yumi berjalan - TopicsExpress



          

-- FIRST LOVE CAN BE AN ENDLESS LOVE -- PART 22 Yumi berjalan lebih dekat lagi ke jong woon, “kenapa kau harus seperti ini? Apakah kau benar-benar tak menganggapku?” “lee yumi, apa maksudmu hah? Aish… berhentilah berbicara dengan kalimat seperti itu….”, kilah jong woon sambil memalingkan wajahnya dari yumi “kenapa kau selau menutupinya? Kenapa, woon – ah? Apa kau tak sadar jika aku tulus menyukaimu? Aku benar-benar tulus ketika mengatakannya, woon - ah” Tak ada jawaban dari jong woon, ia terus saja memalingkan wajahnya dari yumi. “ini sudah larut, kau seharusnya pulang kerumahmu”, nasihat jong woon, mencoba mengalihkan pembicaraan. “andwae! Aku akan terus disini sampai kau mengatakan bahwa kau percaya pada ucapanku. Aku akan terus disini sampai kau bilang bahwa kau juga menyukaiku” “lalu bagaimana jika aku tak menyukaimu? Apakah kau juga akan tetap disini?” Jawaban jong woon tadi, benar-benar membuat hati yumi runtuh seketika, dengan lunglai yumi berjalan keluar dari kamar. Suster Jung tampak menyusul yumi ke depan. Sekarang di ruangan itu, tinggalah sungmin, caren, dan jong woon “woon – ah…. Cepatlah sembuh dan akan kuajari kau bermain bola”, ucap sungmin, mengawali pembicaraan “aku tak diijinkan melakukan hal berat” jawab jong woon masih dengan posisi wajah yang sama seperti tadi. “baiklah, kalau begitu hanya menendang bola saja. Tak usah bermain, eottokae?”, tawar sungmin lagi dengan menunjukkan wajah se-ceria mungkin Suasana hening lagi di dalam kamar rawat itu, sungmin hanya memegangi tangan caren dengan erat, mencoba untuk mencari kekuatan dirinya agar tak terlihat sedih di hadapan jong woon. “sungmin – ah, mianhaeyo…..”, lirih jong woon sambil meneteskan sebulir air mata dari matanya yang tampak lelah itu, “jeongmal mianhaeyo…” ***** Suster Jung duduk di samping yumi yang kelihatan sedih, “kau tahu, aku benar-benar merasa bersalah pada jong woon. Aku telah menghancurkan impiannya untuk menjadi pemeran utama” ----- Flash Back ----- “tapi jong woon beracting dengan cukup baik… kenapa aku harus menggantinya dengan orang lain?”, Tanya seorang namja ber jas pink pada seorang berpakaian suster yang terus saja ngotot untuk menggantikan peran dari salah satu muridnya “aku membuat taruhan yang melibatkan nyawa dengan anak itu. Jika dia menang, maka aku lah yang akan merasa bersalah seumur hidup andai saja ia pergi”, jelas suster tadi “maaf, apa maksud anda?” “bukankah nama anda kim ryeowook? Saya mohon, carilah pemeran utama lain, anda bisa membuat kim jong woon jadi siapapun di drama ini, tapi tolong jangan pemeran utama” Kim ryeowook memandang wajah suster itu, yang kelihatan sangat memohon padanya, dan akhirnya kim ryeowook pun mengiyakan permintaan dari suster tadi ----- Flashback End ----- “aku bangga melihatnya menjadi pemeran utama dari teatrhical itu, tapi janji yang sudah ku buat akan menghancurkan kesehatannya. Aku tak boleh membiarkan itu terjadi, karena itu aku meminta kim ryeowook – ssi untuk membatalkan keputusannya”, jelas suster jung mengakhiri ceritanya, yumi memandang suster jung dengan tatapan yang entah berarti apa, suster jung menyerahkan sebuah note book pada yumi. “aku kira ini milik jong woon. Tapi yang kubaca di halaman depan ternyata ada namamu” Yumi melirik buku itu sekilas, sepertinya ia mengenali buku yang tampak agak lusuh itu. “aku menemukannya di tas jong woon kemarin, ia kehujanan jadi ini agak basah. Tapi isinya masih bisa dibaca”, jelas suster Jung, Yumi menerima buku itu. “bacalah buku ini”. Setelah itu suster Jung bangkit dari duduknya, “Yumi – ah, kau tahu? Mulut adalah alat pembohong terhebat milik manusia, tapi Hati benar-benar sesuatu yang murni”, suster jung melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruang rawat jong woon tadi. Yumi mulai membuka satu persatu halaman dari note book miliknya yang dulu hilang, yumi sudah lama tak mencari note book itu, dan ia juga heran kenapa note book itu bisa ada di tangan jong woon. ….. Sejujurnya, aku bingung harus sekolah kemana. Tapi karena kau, lee yumi. Aku akhirnya memutuskan tempat sekolahku ….. tunggulah aku di sekolah SHINHWA. Bwahahahaha….. Yumi membaca sebait kaimat di halaman note book itu yang sepertinya bukan tulisan dari yumi, dia sedikit menyunggingkan senyumannya ketika membaca kaimat tadi, dan yumi membaca halaman selanjutnya. ….. tiba-tiba aku teringat ketika mencium yumi beberapa hari lalu, aku ingin minta maaf tapi harga diriku tak mengijinkannya. TT….. Yumi terus membaca catatan-catatan kecil yang di tulis jong woon ….. Hari ini, aku kehujanan dan sakit lagi. Appa menahanku untuk datang di ulang tahunmu, yumi. Tapi, aku akhirnya bisa datang, walaupun setelah pulang dari rumahmu aku langsung jatuh pingsan, tapi aku tetap merasa senang. Saengilchukkahamnida lee yumi….. Yumi dengan menahan tangisnya, teringat ketika jong woon datang terlambat di hari ulang tahunnya yang ke-15 “kau seharusnya bilang jika kau sakit, woon – ah…”, yumi menitikkan air matanya lagi dan lagi…. ….. Kau itu berat, lee yumi. Badanku agak lemas setelah menggendongmu, aish,,,, bagaimana bisa seorang yeoja tak menjaga berat badannya…. Yumi menutup note book itu, dan segera jatuh tersungkur dengan air mata yang berlinangan di pipinya, “woon – ah, kenapa takdir kita harus seperti ini…..” ***** Seorang yeoja berbadan kurus itu duduk di atas kursi roda, ia memandang bunga – bunga mawar yang terhampar luas di atas tanah coklat. Yeoja itu tampak menunjukkan wajah senangnya sambil mengamati beraneka ragam bunga di hadapannya. “aku datang… lagi”, suara seorang namja terdengar dari belakang yeoja itu “apa kau akan terus seperti ini?”, Tanya balik yeoja itu dengan ekspresi yang berbeda dari ekspresinya sebelum namja dibelakangnya itu datang “jangan tanyakan itu, bukankah kau sekarang seharusnya kembali untuk kemotherapy?”, namja itu memegang bagian belakang kursi roda yang di duduki yeoja tadi, lalu kemudian mendorongnya masuk ke dalam rumah sakit, “kau tak boleh terlambat untuk di kemo” “semakin sering aku melakukan hal itu, maka badanku sepertinya semakin mengecil. Apa kau juga memperhatikan kondisi badanku, onew-ssi?”, Tanya yeoja itu lagi “jangan pikirkan badanmu, setelah kau sembuh, kau bisa makan sepuas yang kau inginkan, bukankah begitu hae seong – ssi?”, jawab namja tadi sambil tetap mendorong kursi roda “nae…” ***** [3.00 KST] Jong woon yang terbaring di kasur hangat rumah sakit itu akhirnya terbebas dari obat bius yang tadi siang diminumnya, dia mencoba mengerjap-ngerjapkan matanya, mencari sinar terang lampu ruang rawat itu “kau sudah bangun?”, Jong woon tak menyadari jika yumi ternyata sedari tadi menungguinya di kamar itu. “neo?!” “baiklah, aku rasa kau memang benar-benar sudah sadar. Sekarang aku bisa mulai mengajar”, yumi mengambil beberapa buku yang sudah disiapkannya di meja, dan kemudian mengambil kursi untuk duduk di samping kasur jong woon “mengajar?!” “nae.. aish, apa kau tak sadar jika kau itu terlalu lama tak masuk sekolah? Sebentar lagi ujian akhir, karena itu aku akan membantumu belajar disini”, jelas yumi Jong woon menatap buku-buku yang sudah di persiapkan yumi di meja yang seharusnya digunakan untuk menaruh obat-obat jong woon, “pulanglah, ini sudah larut….” “aish, ini bukannya larut tahu. Ini sudah menjelang pagi hari, sudahlah jangan banyak bicara. Cepat bangun dan kita mulai pelajarannya” “aku malas belajar”, jong woon tidur membelakangi yumi, berharap yumi menyerah untuk semua hal yang dia lakukan “baiklah, posisi begitu juga baik, setidaknya kau masih bisa mendengarku”, yumi tak memperdulikan ucapan jong woon, ia malah dengan santai membaca pelajaran yang ia pelajari tadi siang di sekolahan. Sementara jong woon terus saja di posisi yang sama, tapi sebenarnya jong woon mendengarkan apa yang dikatakan oleh yumi. “gula yang paling manis adalah fruktosa, atau yang biasa disebut dengan gula madu……” Begitulah, sampai hari menjelang pukul 6 pagi, yumi mulai beranjak pergi dari kamar rawat jong woon itu, dan bahkan saat yumi pergipun jong woon tak melihat kearah yumi Tidak hanya satu hari saja yumi melakukan hal itu, tapi hari kedua, ketiga, dan seterusnya, yumi terus mengunjungi jong woon pada pukul 3 pagi, untuk mengajarkan jong woon pelajaran yang yumi terima hari ini di sekolah “apa kau tidak lelah terus-terusan begini?”, Tanya jong woon yang sudah mulai meresponse kedatangan yumi setiap harinya di rumah sakit “sudahlah itu tidak penting, lebih baik sekarang dengarkan aku mengajar”, celoteh yumi sambil membolak-balik bukunya, berlagak seperti seorang seongsaengnim,jong woon hanya mengeluarkan nafasnya pelan. ***** Jong woon hari ini sudah bisa kembali ke sekolah, dan besok adalah hari Ujian akhir. Jong woon tampak menunggu giliran di depan kantor Tata Usaha untuk mendapatkan nomor ujiannya, di belakang jong woon berdiri sungmin yang juga mengantri nomor ujian. “woon – ah, kita harus bisa mengerjakan ujian besok” “ish, tentu saja. Bagi seorang kim jong woon, ujian akhir adalah hal biasa. bwahahaha”, jong woon membanggakan dirinya lagi, tapi sungmin malah tersenyum ketika mendengar kalimat yang diucapkan jong woon “bagus jong woon – ah, teruslah menjadi temanku yang seperti ini”, ucap sungmin dalam benaknya sambil terus melihat wajah ceria jong woon yang kontras sekali dengan apa yang dilihat sungmin saat jong woon terbaring lemah di rumah sakit. ***** Hari Ujian Akhir, semua siswa sudah duduk di kursinya masing-masing, dan Nampak sekali beberapa orang tua siswa yang melihat di luar ruang ujian, disana terlihat juga suster Jung dan Suster Im yang melihat jong woon yang sekarang sedang duduk di kursinya, mengerjakan soal-soal ujiannya “apa kau tidak memberi semangat pada yumi?”, Tanya suster Jung “yumi memintaku untuk menunggui jong woon disini”, jawab suster Im Yumi dan jong woon mengerjakan ujian bersama, namun mereka berada di kelas yang berbeda. Yumi berada satu kelas dengan siwon and the geng tanpa kyuhyun, sementara jong woon satu ruangan dengan sungmin. Waktu ujian berjalan sudah satu jam, fisik jong woon sebenarnya masih agak lemah, tapi jong woon memaksakan bersekolah karena adanya ujian ini. “Uhuk.. uhuk…” Jong woon terbatuk-batuk lagi, tapi karena tahu suster jung dan suster Im berada di depan kelas, jong woon mencoba menahan batuknya, berharap mereka tidak curiga kalau jong woon sebenarnya masih sakit sekarang Sungmin yang duduk di bangku paling belakang menyadari jika jong woon keadaannya masih lemah, sungmin ingin meminta pada guru untuk memulangkan jong woon, tapi mengingat usaha jong woon yang begitu keras untuk mengikuti ujian ini, sungmin pun mengurungkan niatnya. “jong woon – ah, berusahalah. Kau temanku yang hebat!”, pekik sungmin dalam benaknya, lalu kemudian melanjutkan mengerjakan soal ujian itu. Di ruangan lain, tampak yumi yang tak berkonsentrasi mengerjakan soalnya, pikiran yumi jauh lebih terpusat pada jong woon “apa jong woon akan baik-baik saja?”, begitulah hal yang tadi terus saja melayang-layang di pikiran yumi, tapi saat mengingat bagaimana jong woon berjuang, yumi akhirnya sadar bahwa dia juga harus berjuang seperti jong woon, yumi mulai berkonsentrasi lagi mengerjakan puluhan butir soal yang ada di hadapannya. ***** “kalian bisa keluar jika selesai mengerjakan….”, kata seongsaengnim yang menunggu di depan kelas, tepatnya ia duduk di kursi untuk para guru Jong woon tampaknya sudah selesai mengerjakan soal-soalnya, tapi badannya terasa sangat lemah untuk berdiri. Dan, batuk nya pun mulai menyerang lagi, jong woon mulai terbatuk-batuk, dan saat ia melihat ke telapak tangannya, ternyata cairan kental berwarna merah, juga keluar bersamaan saat jong woon batuk. Jong woon melihat cairan itu, dan tubuhnya terasa sangat lemah, semua orang pun terlihat kabur di pandangan jong woon, dan akhirnya jong woon pun terjatuh ke bawah kursi….. FF nya di Lanjut besok ya ghamsabnida sudah mau baca :-D Kim YeNa
Posted on: Tue, 13 Aug 2013 15:54:52 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015