(1, bersambung) Kekayaan Dunia Digenggam Segelintir Orang - TopicsExpress



          

(1, bersambung) Kekayaan Dunia Digenggam Segelintir Orang Kaya (Kapitalis) 1. Pemilik-pemilik perusahaan-perusahaan besar dan bank-bank terkemuka berkumpul untuk membicarakan rencana masa depan mereka. Persidangan diselenggarakan di Paris, Brussels, Roma, New York, St. Petersburg, Tokyo dan London. Kapitalisme harus diselamatkan, dengan cara apapun. “Dahulu, hanya kami, orang-orang Inggris, yang menjalankan perusahaan. Kini, perusahaan--perusahaan dari negeri lain juga sudah berkembang. Bagaimana jadinya nanti?,” tanya Happy Jack, sebagai moderator yang memang berasal dari Inggris ini, kepada para hadirin. “Kebanyakan perusahaan-perusahaan tersebut dikelola dengan lebih baik dan lebih kuat, tetapi sekarang perusahaan-perusahaan Inggris semakin berkurang,” Sir Edward Steel menambahkan. “Aku semalam berada di sebelah timur London, mendengarkan pembicaraan para penganggur. Aku mendengar cerita hebat dan teriakan-teriakan yang menuntut makanan, makanan, makanan,” kata Tuan Cecil Rhodes, sambil menghembuskan asap cerutunya. Mr. Macprofit kelihatan diam saja dengan kening berkerut. Ia berpikir, jika pabrik-pabrik terus ditutup, maka para pekerja akan merampas pabrik-pabrik tersebut dari tangan mereka. “Untuk menghindari perang saudara di Inggris, yang akan melibatkan 40 juta penduduknya, kita harus mendapatkan tanah jajahan baru yang bukan saja bisa menerima penganggur di negeri kita, malah bisa juga menjamin pemasaran barang-barang pabrik dan tambang yang tidak laku dijual di sini,” lanjut Tuan Cecil Rhodes lagi. “Barang-barang yang tak dapat dijual lagi dan ancaman dari kaum buruh. Tetapi, berapa banyak orang yang memikirkan persoalan ini?” pikir Macprofit gelisah. Tiba-tiba ia menukas. “Bahan mentah! Apabila pabrik pabrik kita pulih kembali, permintaan bahan mentah akan menjadi satu perkara penting. Bahan mentah yang sekarang tidak mencukupi,” Sir Edward Steel tak menggubris, ia seperti sedang menunggu kedatangan seseorang. “Kereta api seharusnya sudah di stasiun sekarang,” ujarnya. Tak lama kemudian. “Tuan-tuan sekalian, aku sungguh berbesar hati karena dapat memperkenalkan kepada Tuan-Tuan semua seorang jurnalis dan petualang: Henry Morton Stanley,” Steel memperkenalkan. Tampak di depan mata hadirin pria dengan penampilan mengesankan, berpakaian pelaut, berkumis, berambut pirang, dengan kulit kecoklatan karena terpanggang sinar matahari. Stanley dengan antusias berbicara kepada para ahli-ahli perdagangan yang hadir. “Aku baru saja pulang dari penjelajahan yang jauh. Satu perjalanan yang telah mengorbankan beratus nyawa manusia tapi hasilnya sangat menggembirakan. Dalam penjelajahan itu, Aku temui sebuah benua yang sedang menunggu kedatangan orang orang kulit putih. AFRIKA! Kita akan menemukan penyelesaian bagi semua masalah yang kita hadapi. Di sana, berjuta-juta manusia masih tidak berbaju. Mereka ingin membeli kain dari perusahaan-perusahaan Tuan. Tuan-Tuan bisa mengusahakan adanya kereta api, membangun jalan raya dan pertambangan di Afrika. Keadaan iklim juga sangat sesuai untuk semua jenis tanaman getah, teh, kopi, coklat, dan bisa mendapatkan tenaga-tenaga kerja yang cukup serta murah di Afrika.” Seisi ruangan menjadi ribut. Para kapitalis berebutan melobi, menelpon, berniat berlomba-lomba ke Afrika. “Afrika sedang menunggu kedatangan kita, yang penting kita harus sampai terlebih dahulu,” terdengar pembicaraan salah seorang dari mereka, yang memang sejak dari tadi berusaha menelpon terlebih dahulu. “Syukurlah kita selamat,” mata mereka seakan berkata demikian. Bodoh! Mereka tidak tahu bahwa mereka sedang menghadapi kehancuran yang, memang, bisa ditunda, tapi tak bisa dielakkan. Maka, kapal-kapal pun berlayar dari Eropadengan tujuan: AFRIKA HARUS DITAKLUKKAN! 2. Paksaan, perbudakan, dan penipuan yang telah dipraktekkan selama beratus-ratus tahun telah menjadikan para kapitalis Eropa kaya dan kuat di dunia. Mereka begitu kuat sehingga semakin bisa melengkapi tentaranya. Sebuah kapal besar berlayar ke Pantai Afrika penuh dengan prajurit, meriam dan senapan. 3. Perlawanan Afrika. Bagaimana pun, setelah ditindas selama 400 tahun, Afrika sudah bisa dipecah-pecah dan mudah ditembus. Pedagang-pedagang Eropa memecah-belah para kapitalis Afrika agar perusahaa-perusahaan mereka jangan bersatu sesamanya. Oleh karena kelebihan teknologi senjata Eropa, mereka bisa mengalahkan rakyat Afrika yang terpecah belah. Keberanian dan kepahlawanan rakyat Afrika terus menerus menentang penjajahan dengan menumpahkan darah mereka. Suku Metabela dan Mashona bertempur menentang penjajahan dari tahun 1893-1897. Suku Ibo ikut serta sejak tahun 1900. Sedikitnya 24.000 orang korban jatuh dalam pertempuran di Sudan. Suatu pertempuran yang sengit terjadi pada tahun1887, saat kaum Zulu dikalahkan. Burundi pun dikalahkan di antara tahun-tahun 1881-1898. Suku Kilwa memberontak antara tahun1905-1906, yang mengorbankan 120.000 orang. Kaum Hereo mempertahankan diri antara tahun 1901-1906. Di Chad pun, 60.000 orang tewas dalam menentang penjajahan pada tahun 1900. Di Kamerun, kaum Yaonde berperang pada tahun 1896. Di Guinea, gerakan rakyat tidak dapat dipatahkan hingga tahun 1936. Pemberontakan di Botswana terjadi pada tahun 1895. Mesir ditundukkan pada tahun 1882. Perlawanan di Ghana, Mali, Songhai bergolak selama 20 tahun, sebelum akhirnya dapat dipatahkan; dan lain-lainnya. Walaupun demikian, api perlawanan meninggalkan bara yang tak dapat dipadamkan. 4. Bumi Afrika, tahun 1882, dikuasai oleh para penjajah dari Eropa (Inggris, Prancis, Portugal, Spanyol, Italia, Jerman, dan Belgia) hanya di daerah-daerah pesisir saja. Dalam perebutan wilayah di Afrika, tidak jarang perusahaan-perusahaan dari negeri-negeri Eropa saling bersaing dengan hebat, bahkan seringkali dengan perang memperebutkan wilayah-wilayah jajahan di Afrika. Alhasil, pada tahun 1914 Afrika dapat dikuasai sepenuhnya dan dibagi-bagi di antara para imprealis. Inilah negeri-negeri Afrika yang dibagi-bagi di antara mereka: Alzazair, Maroko, Kepulauan Canary, Senegal, Zambia, Guinia Portugis, Siera Leone, Liberia, Pantai Gading, Pantai Emas, Nigeria, Kameron, Kongo, Anggola, Afrika Barat Daya, Betswana, Afrika Selatan, Rhodesia, Mozambique, Madagaskar, Tanzania, Uganda, Kenya, Ethieopia, Sudan, Mesir, Libya, dan Tunisia. Diplomat-diplomat dari berbagai negeri Eropa yang mewakili kepentingan perusahaan bertemu di Eropa untuk membagi-bagi wilayah jajahan di antara mereka. Prancis mendapatkan tanah jajahan yang paling luas, disusul oleh Inggris. 5. Saudara-saudara pembaca, sejak kelahiran kapitalisme di Eropa, banyak uang yang telah dihabiskan dalam prosesnya, banyak pula terjadi pertumpahan darah. Tentu saudara masih ingat, kapitalisme pada mulanya hadir dalam masyarakat feodal dengan membawa barang-barang dagangannya. Kapitalisme gigih dan berusaha kuat membawa ide-ide yang baru. Kapitalisme seolah-olah membawa nafas baru (progresif, maju). Kemudian kapitalisme berhasil menguasai masyarakat. Dahulu, tuan-tuan tanah yang berkuasa, kini kapitalis atau kaum borjuis yang memerintah; agar kapitalis bisa memerintah, perindustrian harus berkembang terlebih dahulu, dan perkembangan tersebut memerlukan uang. Bank-bank memainkan peranan yang penting dalam membantu kapitalis besar dan tangguh, agar lebih besar dan tangguh, tetapi sebaliknya mengancam pertumbuhan kapitalis-kapitalis yang kecil. Pengusaha seperti Willy Rust mati begitu saja karena bank hanya berminat memberi pinjaman kepada kapitalis yang besar dan kuat. Kapitalis besarlah yang paling berkuasa, karena kapitalis besar lah yang dapat menguasai kedua-duanya, bank dan perusahaan. Sekarang, pembaca sekalian, pembicaraan kita telah sampai pada permulaan abad ke-20, zaman yang dekat dengan zaman kita. Untuk memahami pergolakan dunia hari ini, saudara perlu mengetahui sejarahnya. 6. Kapitalis. Di saat perusahaan-perusahaan sibuk memperluas tanah jajahannya di Afrika, para kapitalis masih terus bimbang. “Krisis yang terjadi 20 tahun yang lalu masih terasa hingga hari ini. Hanya beberapa perusahaan besar saja yang terselamatkan. Apakah yang menyebabkan terjadinya krisis? Mengapa bisa terjadi kelebihan produksi sehingga harga turun sangat rendah? Kenapa pula terlalu banyak barang yang diproduksi sehingga banyak barang yang tidak dapat dijual,” pertanyaan-pertanyaan ini terus menghantui kapitalis. Mereka menemukan jawabannya. Jawabannya adalah: PERSAINGAN. Ya, krisis itu disebabkan oleh persaingan bebas. Dan krisis tersebut telah membawa kehancuran kepada kapitalis. Kapitalis pun menemukan ilham. Lalu, seorang kapitalis mengirimkan telegram kepada kapitalis-kapitalis lainnya yang kuat dan besar, yang isinya: “Jika krisis ini dibiarkan terus-menerus, maka pasti akan menghancurkan kita. Kita harus bersatu. Hanya cara ini saja yang akan dapat menyelamatkan kita semua,” tulisnya. Telegram dikirimkan ke seluruh dunia, terutama ke Eropa dan Amerika Serikat. Kapitalis-kapitalis yang menerima telegram itu pun menjawab: “Aku tidak dapat menahan keinginan awalku untuk bersaing.” “Bertanding sudah menjadi darah dagingku.” Atau, “Aku sudah memiliki kekuasaan yang besar dan kuat. Bagaimana aku bisa bekerjasama dengan orang yang setingkat denganku?” “Mustahi cara tersebut akan berhasil.” Mereka awalnya tidak mau bersatu. Lalu, kapitalis yang menyarankan persatuan di antara mereka itu mengancam tidak akan memberikan pinjaman lagi kepada mereka yang menolak. Akhirnya mereka bersedia karena menolak persatuan artinya sama dengan bangkrut. Perusahaan-perusahaan yang selamat memulai kerjasama. Kerjasama yang sebenarnya hanya berwujud di permukaan saja, karena mereka lebih suka saling menghancurkan satu sama lain. Di semua negeri kapitalis, kaum kapitalis bekerjasama, bergandengan tangan satu dengan yang lain, untuk menghindari krisis. Para kapitalis dari seluruh dunia tersebut: K.A. Wallenberg dari Swedia, J.D. Rockfeller dari Amerika Serikat, N.M. Rothschild dari Inggris, G. Krupp dari Jerman dan C.F. Tietgen dari Denmark. 7. Perusahaan-perusahaan pun mulai berubah bentuk menjadi kartel, oligopoli dan monopoli. “Kamilah kartel. Kami bersama-sama mengeluarkan semua jenis besi dan baja yang diperlukan di dalam negeri ini. Kami tidak lagi bersaing sesama kami. Kami telah sepakat untuk hanya mengeluarkan sejumlah besi yang bisa kami jual dan tidak lebih dari itu. Kapitalis adalah kawan setia kami,” kata kapitalis-kapitalis yang menggabungkan diri membentuk kartel. “Kami adalah oligopoli. Kami tidak lagi bersaing sesama kami sendiri. Kamu sudah bersepakat untuk membentuk sebuah perusahaan. Perusahaan kami menghasilkan semua barang elektronik yang diinginkan di dalam negeri ini. Kami menentukan harga yang paling tinggi untuk barang-barang tersebut dan semua orang terpaksa membeli dari kami. Kapitalis berada di pihak kami,” kata para kapitalis yang bergabung membentuk oligopoli. “Aku adalah monopoli. Aku tidak perlu bertanding. Aku sudah mengalahkan semua pihak yang bersaing dengan aku. Sekarang aku dapat menentukan berapa banyak minyak yang pantas aku keluarkan dan berapa pula harganya. Aku adalah sahabat karib kapitalis,” kata Sang Monopolis. 8. Ini lah cara kapitalis mengatasi krisis, yakni dengan menggabungkan modal mereka. Taktik baru mencapai kejayaan. Pabrik-pabrik pulih seperti sediakala. Penganggur-penganggur kembali bekerja. Dan ada pula di antara mereka yang diberikan gaji yang lebih besar. Semua telah pulih kembali, sekarang. Bagaimanakah hal ini bisa terjadi?
Posted on: Mon, 04 Nov 2013 00:47:33 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015