"And The Rain - TopicsExpress



          

"And The Rain Fall" Penulis:#https://facebook/mayang.saputri.7 Hujan deras mengguyur kota kecilku malam ini. Para pedagang di pinggir jalan itu tampak berhamburan menyelamatkan dagangan mereka,terpontang-panting mencari tempat berteduh. Aku memandang kosong melalui kaca mobil yang basah terkena hujan. Rasa dingin begitu terasa,menambah kebekuan yang sudah terjadi sejak tadi antara aku dan dia. "Jadi? Kita harus mengakhiri semua ini bukan?" Aku membuka suara sambil memandangnya yang tengah duduk termangu di belakang kemudi. Ia hanya meraih tanganku,menggenggamnya dengan erat tanpa bisa berkata apapun. Ku pandang nanar wajahnya. Dan kebisuan kembali menyergap. *** Namanya Chen. Sudah hampir setahun aku menjalin hubungan dengannya. Hubungan yang penuh pertentangan,terutama dari kedua orangtuanya. Ya,mengingat perbedaan di antara kami yang begitu kentara. Chen seorang pria Cina berusia 25 tahun. Ia pengusaha muda yang cukup sukses. Dan aku,namaku Raras. Aku seorang gadis berdarah sunda berusia 20 tahun yang berasal dari keluarga sederhana. Begitu banyak perbedaan kami,tapi yang kami tahu cinta tak mengenal semua itu. Bukankah begitu? *** "Dia harus mengikuti agama kita. Jika tidak,lupakan saja." Mama mulai lagi mengungkit masalah itu. Kugigit rotiku tanpa selera. "Iya.. Aku tau Ma." Aku meringis teringat masalah itu juga yang sering aku perdebatkan dengan Chen setiap hari. Aku tak akan mau meninggalkan agamaku,begitupun dia. Entahlah,aku sendiri heran kenapa kami tetap melanjutkan hubungan kami meskipun kami tak pernah menemui kata sepakat dalam urusan kepercayaan.Cinta memang terkadang gila. Hujan di awal bulan Februari tampaknya tak pernah main-main. Aku mengibaskan ujung jilbabku yang basah. Chen tersenyum melihatku berkali-kali menggerutu. "Makan dulu yuk. Laper" Setengah memaksa ia menyeretku masuk ke salah satu restoran cepat saji. Aku mengekornya sambil sedikit menggigil kedinginan. Ritual berdoa sebelum makan selalu menjadi salah satu hal lucu saat kami makan berdua. Orang pasti akan mengernyitkan dahi melihat kami. Tapi pandangan aneh dari orang-orang sudah menjadi hal biasa bagi kami. Aku sedang asyik makan saat tiba-tiba ia menarikku dengan paksa dan membawaku ke tempat yang tersembunyi. Ayam goreng yang sedang kupegang langsung terlempar dan saosnya mengenai wajahku. "Chen!! Ada apa sih??!" Aku sewot. "Sssttt.. Ada Cik Aling." Chen tampak panik,aku menangkap sosok seorang wanita yang baru saja masuk. Aku tau siapa dia. Cik Aling adalah adik dari Mama Chen. Kami pun terpaksa mengendap-endap keluar dari sana. "Untung saja tidak ketahuan. Hampir saja.." Chen menghela napas lega saat kami sudah berhasil kabur dan masuk mobil. Aku masih cemberut. "Tapi aku masih lapeerrr.." Aku berpura-pura marah. Tapi,Chen malah tertawa terbahak-bahak melihatku. "Apa?? Kenapa tertawa??!" Aku makin kesal. Ia baru saja membuat ayam gorengku hilang dan ia masih bisa tertawa. Keterlaluan. "Sini.. Liat nih muka kamu. Kaya badut" Astaga,aku baru sadar. Pipiku masih belepotan saos. "Udah sini biar aku bersihkan." Chen menyeka wajahku dengan tissu. Ah,aku memang tak pernah bisa marah padanya. "Tapi tadi seru ya? Seperti di film-film." Chen tertawa kecil. Aku akhirnya memang hanya bisa ikut tertawa,tanpa tau apa yang pantas kami tertawakan. "Chen.." "Apa?" "Kau tetap harus mengganti ayamku.." *** "Kau sudah berbicara dengannya?" Lagi-lagi Mama merusak sarapanku dengan pertanyaan itu. "Sudah Ma.." "Lalu?" aku hanya mengangkat bahuku. Mama menggelengkan kepalanya dengan kesal. "Lalu apa yang kamu harapkan dari hubungan ini? Mama tidak suka kamu menjalankan hal yang sia-sia" Aku sudah ingin menjawab pertanyaan Mama saat handphoneku berbunyi. Sebuah pesan singkat masuk. "Aku rasa aku sudah cukup memperingatkanmu. Jangan berhubungan lagi dengan Chen. Aku sudah memiliki calon untuk anakku yang lebih pantas. Dan aku pastikan dia akan menikahi gadis itu sebentar lagi." aku hampir tersedak membaca pesan itu. Mama tampak penasaran,namun aku segera meninggalkan meja makan demi menghindari pertanyaan dari Mama. Aku tak ingin mama mengetahui apa isi pesan itu. Aku terdiam di kamarku dengan perasaan tak menentu. Pesan singkat dari Mama Chen pagi itu terasa terlalu menyakitkan untuk aku baca lagi. Tak perlu dua kali membaca,aku sudah sangat mengerti apa isinya. *** "Iya.. Itu benar.." Jawabnya lemah. Chen sama sekali tak berani memandangku. Hujan mulai turun,menghasilkan bunyi gemericik yang ramai tapi sendu. Air mataku mulai jatuh seperti butiran hujan. Aku tak lagi mampu mendengar apapun,hanya air hujan yang gemericik yang kudengar sampai aku terlelap malam itu. *** Malam itu menjadi malam terakhir kami bertemu. Itulah akhir dari semua yang kami jalani. Aku tak mengerti mengapa ia tak memperjuangkanku. Bukankah ia mencintaiku? Samar-samar kuingat bayanganku dengannya duduk berhadapan di meja makan. Aku menengadahkan tangan berdoa,sedangkan ia membuat tanda salib dengan tangannya lalu kami serempak mengucapkan "amin",dan tawa menghiasi wajah kami berdua. "Chen.." "Ya?" "Apa itu?" Aku menunjuk secarik kertas kuning bertuliskan huruf cina yang ditempelkan di langit-langit mobilnya. "Itu mantra. untuk keberuntungan.." "Ganti saja dengan fotoku.." Chen tertawa sambil mencubit hidungku gemas.. "Cheenn.. Fotoku lebih bagus Cheenn.." Lalu hujan turun pagi itu. MR.JES
Posted on: Fri, 04 Oct 2013 08:31:21 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015