"ENGKAU MENEGURKU DENGAN SANGAT INDAH" Oleh: D.Y. Witanto Tuan - TopicsExpress



          

"ENGKAU MENEGURKU DENGAN SANGAT INDAH" Oleh: D.Y. Witanto Tuan Hardy adalah seorang pengusaha kaya yang sibuk dengan segudang pekerjaannya, ia tidak pernah kenal dengan tetangga-tetangga disekitarnya. Rutinitas yang ia jalani setiap hari hanya berangkat pagi dan pulang setelah larut malam. Seperti pada hari-hari sebelumnya, pagi itu setelah menghabiskan sepotong roti dan segelas susu Tuan Hardy mulai bergegas untuk berangkat ke kantor, ia berjalan menuju ke depan rumah dimana sebuah mobil mewah telah siap menunggu persis di depan pintu, sedangkan dibelakangnya berjalan seorang bapak tua dengan menjingjing sebuah tas koper dan setumpuk map yang berwarna warni, bapak tua itu tidak lain adalah sopir Tuan Hardy, mereka berdua memasuki sebuah mobil mewah dengan sikap yang agak tergesa-gesa. Tidak lama berselang mobil itu berjalan menuju pintu gerbang pekarangan rumah, namun ketika mobilnya hendak melewati pintu gerbang terlihat seorang laki-laki tua dengan pakaian compang camping sedang mengacak-ngacak tempat sampah persis di depan pintu gerbang rumah Tuan Hardy, tangan kanannya terlihat sibuk mengeluarkan tumpukan-tumpukan sampah, sedangkan tangan kirinya buntung hingga sebatas sikut, sepertinya ia sedang mencari sisa-sisa makanan dari sampah-sampah yang di buang, wajahnya tidak terlihat dengan jelas karena rambutnya yang panjang dan kumal menutupi hampir seluruh bagian mukanya. Tuan Hardy begitu geram dengan pengemis tua itu, karena pagi itu adalah kali ke tiga ia mendapati pengemis itu sedang mengacak-ngacak tempat sampah di depan rumahnya hingga membuat sampah-sampah itu berserakan. Saking kesalnya, Tuan Hardy berteriak menyuruh sopirnya menghentikan mobil yang dikendarainya, lalu Tuan Hardy keluar dari mobilnya dan mengambil sebuah batu yang tergeletak di sekitar tempat itu, sambil mengumpat dengan kata-kata kasar ia melempar si pengemis itu dengan batu sebesar kepalan tangan, batu itu tepat mengena di kaki sebelah kanan si pengemis, terdengar suara mengeluh kesakitan dari mulut si pengemis, ia kemudian lari terpincang-pincang meninggalkan tempat itu, sekilas terlihat ceceran darah keluar dari kaki si pengemis. Setelah puas mengumpat Tuan Hardy kembali masuk ke dalam mobil dan bergegas meninggalkan rumahnya. Setelah kejadian itu, Tuan Hardy tidak pernah melihat lagi pengemis itu di depan rumahnya dan ia pun tidak pernah mengingat lagi kejadian itu. ***** Dua bulan kemudian Tuan Hardy berangkat ke tanah suci untuk menunaikan ibadah haji, ia tidak begitu mendapatkan kesulitan dalam malaksanakan rukun-rukun hajinya, karena ia menggunakan fasilitas ONH plus, namun pada saat menjelang kepulangan ke tanah air ia tersesat di tengah komplek pertokoan ketika hendak membeli oleh-oleh untuk sanak familinya di tanah air. Tuan Hardy berusaha untuk mengingat jalan yang tadi pernah ia lalui, namun semakin ia terus berusaha mencari jalan itu, semakin terasa ia berada di tempat yang asing. Tuan Hardy mencoba bertanya kepada orang-orang disekitar itu, namun semuanya seperti tidak peduli dengan keadaan Tuan Hardy yang sedang kebingungan, sampai akhirnya ia merasa kelelahan dan terduduk lemas di pinggir trotoar jalan. Di tengah-tengah keputusasaannya, tiba-tiba terdengar suara halus mengucap salam dari arah sebelah kanan telinganya, Tuan Hardy menoleh kearah suara itu sambil menjawab "waalaikumsalam" terlihat seraut wajah yang begitu bersahabat, perawakannya sungguh bersih dan rapi, tapi yang paling membuat Tuan Hardy gembira adalah karena raut wajah orang itu sama dengan wajah-wajah orang Indonesia, sehingga Tuan Hardy yakin bahwa orang itu pasti orang Indonesia. Tidak lama kemudian orang itu bertanya kepada Tuan Hardy "apakah bapak sedang kesulitan"? Tuan Hardy menjawab "iya betul pak saya sedang tersesat dan tidak bisa pulang ke penginapan" sambil tangannya menyodorkan secarik kertas yang berisi alamat, orang itu manggut-manggut lalu tangannya memegang tangan Tuan Hardy sambil berkata "mari ikuti saya" tangan itu sangat halus dan dingin padahal cuaca di mekah saat itu sedang terasa sangat panas, namun Tuan Hardy tidak sempat lagi memperhatikan keadaan itu, karena orang itu berjalan dengan sangat kencang. Tidak lebih dari 10 menit akhirnya Tuan Hardy sampai di depan penginapan, betapa senangnya Tuan Hardy, ia genggam kedua tangan orang itu sambil berkali-kali mengucapkan terima kasih, orang itu hanya tersenyum sambil mengangguk-anggukan kepalanya, Tuan Hardy berkata, "apa yang harus saya lakukan untuk membalas kebaikan bapak..." Orang itu malah balik bertanya "betulkah bapak mau membantu saya" Tuan Hardy dengan cepat menjawab "oh tentu apapun akan saya lakukan untuk membalas kebaikan bapak" orang itu kemudian mengambil sesuatu dari dalam saku celananya yang ternyata sebuah kotak kecil bertuliskan ALLAH, orang itu berkata kepada Tuan Hardy "nanti kalau bapak pulang ke Indonesia tolong antarkan kotak ini kepada seseorang di sana" sambil ia mengeluarkan secarik kertas yang berisikan tulisan "ini nama orangnya lengkap dengan alamatnya" kemudian Tuan Hardy menerima kotak kecil dan secarik kertas itu, dalam kertas itu tertera sebuah nama "SUPENO" namun yang membuat Tuan Hardi kaget adalah alamat di kertas itu ternyata tempat yang sangat ia kenal karena tidak jauh dari alamat rumahnya, lalu Tuan Hardy berkata kepada orang itu "kalo alamat ini tidak jauh dari rumah saya, jadi saya tentu tidak keberatan untuk mengantarkan kotak ini kepada orang yang bapak maksud" Orang itu hanya menjawab "ya syukurlah kalo begitu, saya permisi dulu karena saya ada urusan lain", lalu dengan mengucapkan salam orang itu pergi meninggalkan Tuan Hardy dan Tuan Hardy hanya menjawab salam itu dengan lirih. Setelah orang itu lenyap di balik kerumunan barulah Tuan Hardy tersadar bahwa ia tidak sempat menanyakan siapa nama orang itu dan berasal dari kontingen jemaah haji mana, namun karena orang itu telah pergi... Tuan Hardy hanya bisa bergumam dalam hatinya "meskipun tidak tau siapa dia yang penting pesan ini harus saya sampaikan kepada orang yang ia maksud". ***** Sesampainya di tanah air, Tuan Hardy disambut hangat oleh sanak familinya. Beberapa hari setibanya di rumah, Tuan Hardy selalu sibuk dengan tamu-tamu kantor yang selalu datang silih berganti untuk bercengkrama dan menagih oleh-oleh dari tanah suci. Disela-sela kesibukan itu ia teringat dengan pesan orang yang telah menolongnya di Mekah, lalu Tuan Hardy memanggil sopirnya untuk menemaninya besok ke alamat yang tertera di dalam kertas itu. Keesokan harinya dengan ditemani sopirnya, Tuan Hardy berangkat mencari orang yang bernama Supeno, karena untuk sampai ke alamat yang dimaksud harus melewati gang-gang sempit, maka Tuan Hardy memutuskan untuk pergi dengan berjalan kaki. Sekitar seperempat jam perjalanan telah ditempuh, alamat yang dituju terletak di daerah perkampungan kumuh di belakang komplek real estate dimana terletak rumah Tuan Hardy berada. Di sebuah persimpangan Tuan Hardy bertanya pada seorang ibu tua yang sedang asik menyapu halaman rumahnya yang kotor dengan tumpukan sampah, "maaf bu numpang bertanya kalo rumahnya Pak Supeno dimana"? Bukannya menjawab si ibu malah memandangi Tuan Hardy dari ujung rambut sampai ke ujung kaki, ia seperti tidak percaya kalau ada orang yang berpakaian rapi dan bersih masuk ke wilayah perkampungan yang kotor dan kumuh, Tuan Hardy terpaksa mengulangi pertanyaannya karena si ibu tak kunjung memberi jawaban, si ibu pun seperti kaget dengan pertanyaan kedua Tuan Hardy, lalu si ibu menjawab "bapak belok saja ke kanan lalu diujung jalan itu ada rumah yang terbuat dari kardus bekas, nah itulah rumahnya" walaupun sedikit heran dengan jawaban ibu itu, namun Tuan Hardy lekas mengucapkan terima kasih dan bergegas menuju tempat yang ditunjuknya. Kurang lebih menempuh perjalanan 3 menit sampailah Tuan Hardy di tempat yang ditunjuk oleh ibu tua tadi, sungguh pemandangan yang memilukan, sebuah rumah yang tidak lebih besar dari kandang kambing terbuat dari kardus-kardus bekas, atapnya menyangga pada jembatan jalan diatasnya, sebuah lubang terlihat ditengah-tengah seukuran anak-anak berdiri. Setengah tidak percaya dengan apa yang disaksikan saat itu, Tuan Hardy bertanya sendiri dalam hatinya, apakah benar ini tempat yang dimaksud oleh orang yang di Mekah itu? Ketika Tuan Hardy terdiam dalam kebingungan muncul seorang anak perempuan berumur 7 tahun dari dalam rumah itu dan bertanya pada Tuan Hardy "bapak mencari siapa"? Setengah kaget karena terbangun dari lamunan, Tuan Hardy menjawab "apakah betul ini rumah pak Supeno nak" si anak menjawab dengan nada parau "betul pak, tapi kakek sedang sakit" terlihat ada kesedihan yang mendalam pada anak perempuan itu, lalu Tuan Hardy berkata "boleh bapak bertemu dengan kakek"? Anak itu menjawab "boleh silahkan masuk pak" kemudian Tuan Hardy dan sopirnya masuk ke dalam rumah itu, ruangan di dalam begitu gelap dan bau, penerangan yang ada hanya seberkas cahaya dari sela-sela dinding kardus, terlihat seorang laki-laki tua terbujur kaku, hanya terdengar suara erangan dari mulutnya, terlihat bagian sebelah kanan kakinya luka di bungkus dengan sobekan kain, namun muka orang tua itu tidak begitu terlihat dengan jelas karena posisi kepalanya berada di bagian tergelap ruangan itu. Tuan Hardy memegang tangan orang tua itu sambil meletakan kotak kecil bertuliskan ALLAH disamping tangannya, terasa suhu badan orang tua itu sangat panas, dengan nada lirih Tuan Hardy bertanya pada orang tua itu "apakah betul bapak yang bernama Supeno"? Orang tua itu hanya membalas dengan anggukan pelan, lalu ia beberapa kali terbatuk sampai dadanya setengah terangkat keatas, anak perempuan yang ada di samping Tuan Hardy hendak menyodorkan segelas air putih yang kemudian diambilnya gelas itu oleh Tuan Hardy "biar nak bapak saja yang meminumkannya" lalu Tuan Hardy memegang bahu orang tua itu dan mengangkatnya pelan-pelan agar ia bisa minum dengan mudah, alangkah kagetnya Tuan Hardy ketika bahu itu terangkat ternyata tangan sebelah kiri orang tua itu buntung hingga ke bagian sikutnya, dan alangkah lebih kagetnya lagi ketika wajah orang itu terkena cahaya, ternyata wajah itu adalah wajah orang yang telah menolongnya di Mekah dan menitipkan kotak kecil itu padanya, sontak seluruh badan Tuan Hardy bergetar, keringat dingin bercucuran, ia seakan tidak percaya menyaksikan kejadian di depan matanya, kepalanya di geleng-gelengkan seakan ingin memastikan bahwa ia tidak sedang bermimpi, dalam keadaan yang tidak menentu, anak perempuan itu berkata, "kakek sakit sejak 3 bulan yang lalu karena kakinya di lempar batu oleh seseorang ketika ia sedang mencari makanan untuk saya, jadi sekarang sayalah terpaksa yang harus mencarikan makanan untuk kakek" akhirnya Tuan Hardy tidak sanggup lagi membendung tangisnya, dipeluklah erat-erat tubuh orang tua itu, terbayang semua kejadian 3 bulan yang lalu ketika ia melempar seorang pengemis yang sedang mencari makanan di tempat sampah di depan rumahnya... Sambil tersedu-sedu Tuan Hardy berkata "maafkan saya pak, sayalah yang telah melempar bapak waktu itu, saya tidak menyangka kalau kejadian itu telah membuat kalian sangat menderita" orang tua itu hanya terdiam sambil menatap wajah Tuan Hardy... Sambil tangan Tuan Hardy menggapai bahu anak perempuan itu, ia berkata "saya berjanji sejak saat ini bapak akan menjadi orang tua saya dan cucu bapak akan menjadi anak saya." Semua orang yang ada disitu akhirnya hanyut dalam keharuan... Orang tua itu dan cucunya lalu di bawa kerumah Tuan Hardy dan mereka tinggal bersama di rumah yang mewah. Di sela-sela doanya Tuan Hardy berkata "terima kasih ya Tuhan, Engkau telah menegurku dengan cara yang sangat indah" Cerita ini didasarkan pada sebuah kisah nyata seorang tetangga, namun telah direkayasa dengan sentuhan-sentuhan imajinasi penulis... Mohon maaf jika ada nama-nama yang kebetulan sama dengan cerita ini, penulis sama sekali tidak bermaksud untuk menyinggung siapapun. SEMOGA BERMANFAAT...
Posted on: Mon, 22 Jul 2013 15:32:13 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015