~ " FENOMENA AKHIR ZAMAN " ~ [2] بِسْمِ اللَّهِ - TopicsExpress



          

~ " FENOMENA AKHIR ZAMAN " ~ [2] بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ 2. Tersebarnya kebodohan dalam agama. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu sekaligus dari para hamba, akan tetapi Allah mencabut ilmu dengan diwafatkannya para ulama, sehingga apabila ulama tidak tersisa lagi, orang-orang akan mengambil pemimpin-pemimpin (agama) yang bodoh, mereka ditanyai lalu berfatwa dengan tanpa ilmu, mereka sesat dan menyesatkan”. (HR Bukhari dan Muslim).[Bukhari no 100 dan Muslim 4/2058 no 2673] Hadits ini mengabarkan kepada kita bahwa ilmu akan dicabut dengan diwafatkannya para ulama dan bila ilmu dicabut pastilah akan tersebar kebodohan terhadap ilmu agama, dan kebodohan ini akan terus berlanjut sampai tidak dikenal lagi apa itu shalat, zakat, puasa dan haji. “Islam akan punah sebagaimana hilangnya hiasan di baju hingga tidak diketahui lagi apa itu puasa, shalat, haji tidak juga shadaqah, dan suatu malam nanti Al Qur’an akan hilang sehingga tidak ada satupun ayat di muka bumi ini. Dan akan tersisa beberapa orang yang telah tua renta yang mengatakan: “Kami mendapati ayah-ayah kami di atas kalimat ini: “Laa ilaaha illallah”. Dan kami pun mengucapkannya”. Shilah berkata: “Laa ilaaha illallah tidak bermanfaat untuk mereka karena mereka tidak tahu apa itu shalat, puasa, haji dan shadaqah”. Hudzaifah berpaling darinya sementara shilah mengulang perkataanya sampai tiga kali, di kali yang ketiga Hudzaifah berkata: “Wahai shilah, kalimat itu menyelamatkan mereka dari api Neraka 3x”. (HR Ibnu Majah).[Ibnu Majah no 4049: Haddatsana Ali bin Muhammad haddatsana Abu Mu’awiyah dari Abu Malik Al Asyja’iy dari Rib’iy bin Hirasy dari Hudzaifah. Qultu: “Sanad ini hasan karena Ali bin Muhammad yaitu bin Abil Khashib shaduq, namun ia dimutaba’ah oleh Abu Kuraib Muhammad bin Al ‘Ala dikeluarkan oleh Al Bazzar dalam Al Bahruz Zakhor no 2467 sehingga hadits ini menjadi shahih, dan dishahihkan oleh syaikh Al Bani dalam silsilah shahihah no 87] Dan itu adalah tanda-tanda dekatnya hari kiamat sebagaimana yang dikabarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam: “Diantara tanda hari kiamat adalah diangkatnya ilmu, tersebarnya kebodohan, arak diminum, dan zina menjadi tampak”. (HR Bukhari dan Muslim).[Bukhari no 80 dan Muslim 4/2056 no 2671] Cobalah survei, bila kita pergi ke pasar misalnya; berapa banyak pedagang yang mengetahui fiqih jual beli, berapa banyak orang yang mengetahui shalat dan wudlu yang sesuai dengan sunnah, berapa banyak yang pakaiannya sesuai dengan syari’at… sungguh benar apa yang disabdakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. 3. Banyak penceramah dan sedikit ulama. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya kalian hidup di zaman yang ulamanya banyak dan penceramahnya sedikit, sedikit yang minta-minta dan banyak yang memberi, beramal pada waktu itu lebih baik dari berilmu. Dan akan datang suatu zaman yang ulamanya sedikit dan penceramahnya banyak, peminta-minta banyak dan yang memberi sedikit, berilmu pada waktu itu lebih baik dari beramal”. (HR Ath Thabrani dalam mu’jam kabirnya).[No 3111, dan dishahihkan oleh syaikh Al Bani dalam silsilah shahihah no 3189] Fenomena ini telah kita lihat dengan mata kepala, banyak orang berlomba-lomba terjun ke medan dakwah, berbicara masalah agama dengan modal kepandaian bersilat lidah, majlis yang penuh gelak ketawa menjadi trend yang dalam berdakwah, para artis dan bintang film pun tak malu untuk memposisikan diri sebagai penceramah, ajaibnya lagi anak kecil dilatih pandai berdakwah sebelum mereka menuntut ilmu Allah.. Ya Rabbi.. 4. Tahun-tahun yang menipu dan munculnya Ruwaibidlah. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Akan datang kepada manusia tahun-tahun yang menipu, orang yang dusta dianggap jujur, orang yang jujur dianggap dusta, orang yang suka berkhianat diberikan amanah, dan orang yang amanah dianggap pengkhianat, dan akan berbicara Ruwaibidlah”. Dikatakan: “Apa itu Ruwaibidlah ?” Ia berkata: “Orang bodoh berbicara dalam perkara yang berhubungan dengan keumuman manusia”. (HR Ibnu Majah dan lainnya).[Ibnu Majah no 4036 dan sanadnya lemah karena ada perawi yang dla’if yang bernama Abdul Malik bin Qudamah Al Jumahi, namun imam Ahmad no 8105 meriwayatkan dari jalan Fulaih dari Sa’id bin ‘Ubaid bin As Sabbaq dari Abu Hurairah, dan fulaih bin Sulaiman bin Abul Mughirah dikatakan oleh Al Hafidz: “Shaduq banyak salahnya”. Sehingga sanad ini terangkat menjadi hasan. Dan hadits ini mempunyai syawahid yang menguatkannya diantaranya hadits Anas bin Malik diriwayatkan oleh Ahmad dan dalam sanadnya ada Muhamad bin Ishaq ia perawi mudallis dan telah meriwayatkan dengan lafadz ‘an sehingga menjadi lemah, namun ia mengangkat hadits di atas menjadi shahih, dan hadits ini Dishahihkan oleh Syaikh Al Bani dalam silsilah shahihah no 1887] Di zaman ini kita melihat apa yang dikabarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah terjadi, orang yang tidak amanah dan korup mudah naik jabatan sementara orang yang jujur dan amanah dimusuhi, diangkat seseorang untuk mengurus urusan besar padahal ia tidak mampu dan tidak cakap dalam bidangnya, para ruwaibidlah berbicara tentang urusan yang bukan bidangnya seperti masalah politik, masalah negara, atau masalah agama yang berhubungan dengan keumuman manusia, sehingga keadaan menjadi kacau balau. Andaikan orang-orang bodoh itu diam dan tahu diri, tentu Allah akan merahmatinya. 5. Orang shalih dihina dan orang jahat dimuliakan, ditutupnya pintu amal, dan selain kitabullah dijadikan panduan. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Diantara (tanda) dekatnya hari kiamat adalah dimuliakannya orang-orang yang buruk, dihinakannya orang-orang yang terpilih (shalih), dibuka perkataan, dan di kunci amal, dan dibacakan Al Matsnah di suatu kaum, tidak ada pada mereka yang berani mengingkari (kesalahannya)”. Dikatakan: “Apakah Al Matsnah itu ? beliau menjawab: “Semua yang dijadikan panduan selain kitabullah ‘Azza wa Jalla”. (HR Al Hakim).[Dishahihkan oleh Syaikh Al Bani dalam silsilah shahihah no 2821] Dalam hadits ini Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengabarkan tiga kejadian, yang pertama adalah dimuliakannya orang-orang yang buruk yang suka bermaksiat sebagaimana yang kita saksikan kaum muslimin terutama di negeri kita ini, para bintang film dan penyanyi yang tak malu berbuat maksiat kepada Allah dijadikan sebagai idola dan suri tauladan, sementara orang-orang shalih dipandang dengan mata kebencian dan penghinaan, mata mereka telah ditutupi oleh kabut gemerlapnya dunia. Yang kedua adalah ditutupnya pintu amal akibat kerasnya hati dan hilang kekhusyu’an, ilmu mantiq dipelajari untuk melihaikan lisan yang dihiasi kata-kata yang mentereng, sebatas pandai bersilat lidah namun tidak disertai dengan amal menyerupai kaum yang dimurkai oleh Allah dalam firman-Nya: “Amat besar kemurkaan Allah, engkau mengatakan sesuatu yang tidak engkau perbuat”. (Ash Shaff : 3) Yang ketiga adalah adanya buku-buku panduan selain kitabullah yang dijadikan pedoman, bila dibacakan pada suatu kaum tidak ada yang berani mengingkarinya, seperti yang terjadi pada fanatikus madzhab dan golongan, mereka menjadikan kitab-kitab imamnya sebagai pedoman yang tidak boleh disalahi. Syaikh Muhammad Nashiruddin Al AlBani rahimahullah berkata: “Tampaknya yang dimaksud dengan matsnah adalah kitab-kitab madzhab yang diwajibkan untuk diikuti oleh para pengikutnya yang memalingkan mereka dari kitabullah dan sunnah Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam sebagaimana yang kita saksikan pada zaman ini, padahal banyak diantara mereka yang bergelar Doktor dan alumni fakultas syari’at, akan tetapi mereka beragama dengan sebatas madzhabnya saja bahkan mewajibkannya kepada manusia, sampai-sampai diantara ulama mereka seperti Abul Hasan Al Karkhi berkata: “Setiap ayat yang menyelesihi madzhab kami harus dita’wil atau dianggap mansukh, demikian pula semua hadits yang bertentangan dengan madzhab kami”.[Silsilah hadits shahih 6/775-776 dibawah no 2821] Dan ini tidak terbatas pada fanatik madzhab saja, karena hadits ini umum mencakup setiap buku pedoman yang dijadikan panduan selain kitabullah, masuk padanya kitab-kitab yang ditulis oleh pemimpin suatu kelompok yang dijadikan sebagai aturan yang tidak boleh diselisihi atau ditolak oleh pengikutnya walaupun tidak sesuai dengan Al Qur’an dan sunnah. 6. Bagaikan bara api. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Akan datang kepada manusia suatu zaman, orang yang bersabar di atas agamanya seperti memegang bara api”. (HR At Tirmidzi).[Dishahihkan oleh Syaik Al Bani dalam silsilah shahihah no 957] Dalam riwayat lain: “Orang yang berpegang dengan sunnahku di waktu umatku berpecah belah seperti orang yang memegang bara api”.[Hadits hasan, lihat Shahih Jami’ shaghier no 6676] Hal ini disebabkan oleh banyaknya kemungkaran dan tersamarnya kebenaran, ditambah lagi sikap arogan dan anarkis sebagian pemegang sunnah, sehingga orang orang yang berpegang kepada sunnah di musuhi dan dicurigai, sebagian mereka diusir dari kampungnya dan diasingkan oleh keluarganya, lebih-lebih ketika kaum muslimin berpecah belah dari jalan kebenaran, terasa berat berpegang kepada sunnah dan jalannya amat terjal namun alhamdulillah pahalanya pun amat besar, sebagaimana dalam hadits : “Sesungguhnya di belakang kalian akan ada hari-hari kesabaran, orang yang berpegang kepada apa yang kalian pegang pada hari itu mendapatkan pahala lima puluh orang diantara kalian”. Mereka berkata: “Atau lima puluh orang diantara mereka ?” Beliau menjawab: “Tidak, tetapi diantara kalian”. (HR Ibnu Nashr).[Lihat silsilah shahihah no 494] 7. Keadaan yang berubah. Berubahnya keadaan dimana orang-orang bodoh memangku jabatan yang tak layak baginya, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ketika ditanya oleh malaikat Jibril tentang tanda-tanda hari kiamat bersabda: “Dan engkau lihat orang yang telanjang kaki, telanjang badan dan penggembala domba berlomba-lomba meninggikan bangunan”. (Muslim).[Muslim no 1] Al Hafidz ibnu Rajab rahimahullah berkata: “Maksudnya adalah orang-orang yang rendah menjadi pemimpin dan harta mereka melimpah ruah sampai-sampai mereka meninggikan bangunan dan mempercantiknya”.[Jami’ul ulum wal hikam 1/137] Beliau juga berkata: “Penyebutan tanda hari kiamat ini menunjukkan bahwa urusan manusia diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya.. apabila orang yang tadinya telanjang kaki, telanjang badan dan penggembala domba -maksudnya orang bodoh- menjadi pemimpin manusia sehingga mereka pun berlomba-lomba meninggikan bangunan, akan hancurlah aturan agama dan dunia”.[Jami’ul ulum wal hikam 1/139] Penafsiran ibnu Rajab ini sepadan dengan hadits : “Tidak akan tegak hari kiamat sampai orang yang paling bahagia di dunia adalah orang bodoh”. (HR Ahmad).[Musnad Ahmad no 23351 dan dishahihkan oleh Syaikh Al Bani dalam shahih jami’ shaghier no 7431] 8. Bid’ah dianggap sunah, Ilmu dunia menjadi kebanggaan, dan mencari dunia dengan amalan akhirat. Abdullah bin Mas’ud radliyallahu ‘anhu berkata: “Bagaimana keadaan kamu apabila fitnah menerpamu, orang tua menjadi renta di dalamnya dan anak kecil tumbuh dewasa di dalam fitnah tersebut, apabila sebagian fitnah itu ditinggalkan, akan dikatakan: “Telah ditinggalkan sunnah”. Mereka berkata: “Kapan itu terjadi ?”. Beliau menjawab: “Apabila ulama kalian telah pergi, orang-orang bodoh menjadi banyak, qari-qari juga menjadi banyak, sedikit orang-orang yang faqih, banyak pemimpin, sedikit yang amanah, dunia dicari melalui amalan akhirat, dan belajar fiqih dari selain ilmu agama”. (HR Ad Darimi dan lainnya).[Sunan Ad Darimi 1/75 no 186. Dan dishahihkan oleh Syaikh Al Bani dalam shahih targhib no 111. Dan hadits ini walaupun mauquf namun dihukumi marfu’ karena perkataan seperti tidak mungkin berasal dari ijtihad ibnu Mas’ud] Subhanallah ! telah rusak dunia dan hancur agama, bila fitnah (bid’ah) dianggap sunnah tentu akan dianggap sesat orang yang meninggalkannya, akibatnya sunnahpun akan hilang dan kebenaranpun akan pudar, namun akan senantiasa ada sekelompok umat islam yang senantiasa tegak di atas kebenaran sampai hari kiamat. 9. Menjadi terasing. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya islam dimulai dalam keadaan asing dan akan kembali menjadi asing, maka pohon thuba (di surga) untuk orang yang terasing”. Dikatakan: “Siapakah mereka wahai Rasulullah ?” Beliau menjawab: (Yaitu) orang-orang yang berbuat ishlah (kebaikan) ketika manusia telah rusak”. (HR Abu Amru Ad Daani).[Lihat silsilah shahihah no 1273] Ia terasing dalam agamanya karena agama manusia telah rusak. Ia terasing dalam berpegang kepada sunnah, karena mereka berpegang kepada bid’ah. Ia terasing dalam aqidahnya karena telah banyak penyimpangan dalam aqidah manusia. Ia terasing dalam shalatnya karena banyak manusia yang shalat tidak sesuai dengan ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Ia terasing dalam pakaiannya karena ia berusaha memegang yang sesuai dengan sunnah. Ia pun terasing dalam pergaulannya, karena ia tidak mengikuti hawa nafsu manusia. Ia adalah orang yang berilmu di tengah manusia yang jahil, Ia adalah pemegang sunnah di tengah manusia yang berbuat bid’ah, Ia adalah penyeru kepada Allah dan Rasul-Nya di tengah para penyeru kepada hawa nafsu dan syubhat. *** Penulis: Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc.
Posted on: Thu, 20 Jun 2013 15:09:36 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015