▼ ‹ › Home View web version Cerpen Cinta - Meski Tak - TopicsExpress



          

▼ ‹ › Home View web version Cerpen Cinta - Meski Tak Seindah Embun Pagi MESKI TAK SEINDAH EMBUN PAGI Cerpen Karya Cayas Ayacchi AAAAARRRRRRRGGGGGHHHHHH!!!!!!!!!!! Terlihat seorang gadis manis sedang mencoba untuk menenangkan dirinya di tengah kerumunan siswa-siswi SMP yang sedang melihat nilai hasil try out mereka di papan pengumuman. Nilai yang sontak membuatnya ternganga tak percaya, nilai semua mata pelajaran try outnya turun drastis dari bulan lalu. Ia pun berusaha menyingkir dari teman-temannya yang lain. “Arrrgggghhhh!!!!!! Bodoh! Tolol! Bisa-bisanya nilai gue turun segitu drastisnya????” gerutunya sembari memukul-mukuli kepalanya sendiri. Tulus dan Dona, yang sedari tadi memerhatikannya pun terheran-heran melihat tingkah sahabatnya yang aneh itu. Seperti terusik oleh ribuan semut yang mengerubuti dirinya. Tulus Dona pun menghampiri Bea. “hey!!!! Kenapa loe? Kayak orang stress aja! Putus sama pacar ato kenapa buk???” goda Tulus sambil merangkul sahabatnya itu. Bea pun melirik ke arah Tulus “Jjeeerrr aahhhh!!!!! Diem loe!” ancam Bea mulai sebal. “wwwoooeeee,,,,ampun bro! Sorry-sorry,,, kamu kenapa sih? Suntuk gitu wajah loe? Kayaknya bermasalah nih dengan nilai?” Tulus meminta ampun dan pandangannya iba melihat sahabatnya itu. “iya nih,,, BeTe banget gue Lus!” sambil meletakkan tangan kanannya di jidatnya. “dddiiiihhh,,,,, BeTe katanya Lus! Tuh muka aja yang emang belum di setrika! Makanya kusut gitu! Hahaha” ejek Dona. “iiirrrgghhhh,,,,,,apa loe? Ngajak berantem?” tantang Bea sambil memukul Dona “udah-udah, ayo ikut aku dah,,,,” sambil menarik tangan Bea. “hey mau kemana???” ia berteriak dan mengikuti Tulus. Dona mengikuti kedua sahabatnya dengan langkah tenang. Cool, tenang, penuh dengan canda. Ya, itulah Dona. Dan Tulus, cowok apa adanya yang sebenernya sih kalo diliat-liat ganteng juga sih. Ternyata Tulus mengajaknya duduk di bawah pohon di dekat kantin. Tulus menyuruh Bea diam disana dengan Dona selagi dia masuk ke dalam kantin yang di penuhi dengan anak-anak yang sibuk mengurusi perut mereka masing-masing. Tulus pun kembali dengan membawa tiga botol minuman ringan. “nih loe minum dulu gih! Tenangin diri loe,,,masak cuma gitu aja loe udah frustasi gitu? Semangat donk! Mumpung masih try out, di benerin lagi!” Tulus menasehati Bea. “Iya tuh,,,makanya jangan banyak-banyak pacarannya!” dona menambahi “emang gue apaan? Masak pacaran sama banyak (angsa dalam bahasa Jawa)? Yang bener aja loe? Hahahha kurangajar loe Don!” melongo tak percaya dengan apa yang dikatakan sahabatnya itu sambil tertawa. “hahhaha kebiasaan loe Don! Sahabat kita ini lagi galau Don! Kita usilin aja gimana?” goda Tulus dan Dona yang saling menoleh sambil tersenyum miring penuh dengan ide licik mereka. “et et et... JJJEEEERRRR AAHHH!!!!! Apa loe?” Bea melotot melihat kedua sahabatnya yang sebenarnya hanya bergurau itu. “hahahha ampun ampun!” Dona duduk disamping Bea dan berpose seperti orang memohon ampun. “udah ah Don! Basi loe kayak gitu!” Tulus memukul Dona. “hahhahahaha iya Lus, thanks yah...” lalu meneguk minuman ringan yang ada di tangannya. Dan Dona hanya melihat tulus dengan wajah tak suka dan ingin membalasnya. “yaudah, loe mau disini ato ikut gue balik ke kelas” ajak Tulus, sambil ia merapikan bajunya yang berantakan karena berebut minuman di dalam kantin. “gue ikut loe! Bantuin gue!” sambil mengulurkan tangan meminta bantuan untuk berdiri. “sini!” Dona menarik tangan Bea Bea pun berjalan sempoyongan di samping Tulus dan Dona sahabatnya. Ketika pelajaran usai, mereka pun berpisah di koridor dengan sedikit perbincangan kecil sebelum benar-benar berpisah. “loe besok berangkat sama siapa bimbingan?” tanya Tulus penasaran. “Pandhu mungkin, kalo dia mau sih,,,” jawab Bea sangsi. “yaudah, duluan ya,,,,” Tulus pun merangkul Doan dan pergi meninggalkan Bea sambil melambaikan tangannya. “bye Be!” Dona berbalik dan memukul kepala Tulus. “oke!” Bea pun membalikkan badannya dan segera pergi menghampiri teman-temannya yang sudah menunggunya di tempat parkir. Sesampainya di rumah, Bea langsung masuk ke dalam kamarnya dengan mengucapkan sebuah kata, seperti ucapan selamat datang. “Welcome to my Kingdom!” sambil merebahkan badannya di atas tempat tidurnya. Dinding bercat kuning, sprai berwarna pink, dengan foto-foto yang tertempel di lemarinya dan juga berbagai poster bahkan robekan-robekan kertas berisi tulisan yang membuatnya semangat tertempel di dinding kamarnya. Ia pun kemudian mengambil secarik kertas dari dalam tasnya, yang berada tak jauh darinya dan menuliskan “LOE HARUS SEMANGAT! MAJU TERUS! PATANG MUNDUR! ASAL KALO ADA BELOKAN JANGAN DITERJANG! OK!!!!” yang kemudian ia tempelkan di kaca tempat ia biasa melihat wajahnya. Hp! Bea langsung mengambil hpnya dan mengirim pesan singkat ke Pandhu, Pacarnya. “Yank,besok siang anter aku kesekolah ya....?” Bea mengirimnya dengan perasaan bimbang. , “ngapain kesekolah yank??” balas Pandhu yang sepertinya tak mengerti apa yang sebenarnya terjadi. , “ikut bimbel yank, nilaiku tri out IPA kmaren dibawah standart yank,,” jawabnya mengaku , “iya deh,,,besok aku jemput jam berapa yank??” Pandhu mengalah, ia takut kalo-kalo nanti Bea marah akan menjadi masalah. , “jam setengah dua ya yank,,” memberitahu Pandhu , “iya yank, yaudah sekarang belajar dulu yuk yank,,” Pandhu menenangkan Bea yang memang sepertinya Pandhu tau kalau Bea sedang frustasi dengan nilainya. ,”iya yank” Bea mengakhiri. Keesokan harinya, sepulang sekolah Pandhu pun menjemput Bea tepat jam setengah dua dirumah Bea. “udah siap?” tanya Pandhu “udah,yuk berangkat!” mereka pun berangkat keSekolah Bea (mereka berdua berbeda sekolah). * * * Ketika sampai di sekolah, Bea bertemu dengan Vheyra di koridor. Bea yang sibuk menenteng tasnya yang berat tak menyadari adanya Vheyra yang sudah berada di sampingnya. “Hayoo....kemaren dianter bimbel sama siapa tu???” tanya Vheyra mengagetkan Bea. “siapa sih??” jawabnya yang sebenarnya terkejut dan pura-pura gak tau “ngaku aja deh...kmaren temen-temen banyak yang lihat juga lo,,,ehem-ehem!!!kapan tu jadiannya??” goda Vheyra sambil memutar-mutarkan jari tangannya ke arah wajah Bea “hahaha ngaco kamu!!!! kenapa emang??” Bea berusaha mengelak, tapi wajahnya sudah terlanjur memerah karenanya. “gak papa kok,,hehe ...eh btw kamu kenal sama si Mia gak?? Katanya kamu sinis gitu ke dia,,iya gak sih??” tanya Vheyra penasaran “oh,,habis dia nyebelin banget sih..!!!knapa emang?? Kamu kenal dia juga??” Bea mulai agak garang kerenanya, karena memang ia ada masalah dengan Mia. “iya,dia temmenku maen..” Vheyra memberitahu sok penting! “ooowwwcchh...” jawab Bea singkat. sesampainya di perpotongan koridor, “yaudah,,aku kekelasku dulu yah,,bye...!!!!” Vheyra mengakhiri perbincangan mereka. “ok” jawabnya cuek,, Begitulah percakapan antara Vheyra dan Bea tentang Mia teman (mungkin juga deket sama Pandhu) sekolah Pandhu. Pulang sekolah, setelah berganti pakaian dan makan siang, Bea pun pergi kerumah Ima, temannya dan juga teman Pandhu ketika masih dibangku sekolah dasar (teman Pandhu ketika d SMP juga). “Eh Im, si Mia tu kalo disekolah gimana sih dia sifatnya atao perilakunya ke Pandhu??” tanya Bea penasaran. “Mia?? Tu anak caper banget tau!!! Apa lagi ke ibunya si Pandhu!!! Tau’,,kemaren dia tu nangis-nangis gitu di depannya Pandhu!!!! Di depan kelas lagi!!! Bukan Cuma dikit yang ngelihat! Tapi semua anak tu pada ngelihatin ke dia gitu,,,,nyebelin banget deh pokoknya!!!!” raut mukanya menggambarkan seolah-olah kejadian tersebut memang pantas ia laporkan ke Bea. “iihhh..... aku ceweknya aja gak segitunya!!!! Yang mana sih anaknya???” Bea pun mulai marah “kemaren waktu perpisahan juga dia ada kok,,kamu mau aku kasih tau eh,,,anaknya udah hilang duluan,,!!!!” “awas aja tuh anak!! Kalo aku tau dia kayak gitu lagi,,,!!!” Bea pun bete dibuatnya. Tidak berhenti sampai disitu,,Beapun langsung menghubungi Pandhu,dan memang benar hal tersebut terjadi. Bea dan Pandhu pun bertengkar,, begitu pun dengan Mia, Mia bertengkar dengan Pandhu. Ketika masalah mereka hampir selesai, Bea yang memang penggemar dari Harry Potter pun ikut bergabung dengan banyak FP, sehingga dia sibuk dengan char-char yang dia miliki, sampai akhirnya Pandhu pun merasa di nomor duakan. Apalagi ketika Bea menjadi admin disebuah FP Islami. Bea mulai banyak tau tentang hukum-hukum yang selama ini ia banyak melanggarnya. Dia banyak berdiskusi dengan admin lain yang lebih tua darinya. Ara. Ya itulah namanya. “dek, kamu tau gak pacaran menurut islam?” tanya Ara memulai pembicaraan tentang agama kali ini. “emang kayak gimana mas?” Bea penasaran. Dengan seksama dia mengamati hpnya dan mencoba untuk bersabar menunggu balasan dari Ara. “pacaran didalam islam hukumnya adalah haram..” balas Ara secepat mungkin sampai ke Bea. Sejenak Beapun berfikir,, “ha? Gimana? Jelasin ke aku??” Bea meminta penjelasan lebih ke Ara. Sambil mengetuk-ngetuk hpnya dengan jari tangannya yang mungil, ia terdiam dan teringat akan hubungannya dengan Pandhu. “skarang jika kita kembali kepada hukum islam, zina merupakan hal yang dilarang oleh agama, sadangkan zina ada banyak,, zina mata,zina kaki,zina tangan,dsb. Apalagi kalo kita pacaran??? Iya gak??? Sdangkan pacaran identik dengan pegang-pegangan tangan, pandang-pandangan, bersepi-sepian,iya gak???? Skarang pertanyaannya adalah,,sudah berapa banyakkah perbuatan zina yang telah kita lakukan?? Hal apa yang telah kita lakukan untuk menghindari zina???” Ara mencoba untuk menjelaskan dengan cara yang ringan dan mengembalikan pertanyaan kepada Bea. “iya juga ya mas,zina aja haram, berarti pacaran juga donk???” Bea mengangguk-anggukkan kepala di depan layar hpnya tanda setuju. “yups,,,betul sekali!!” balas Ara membenarkan pernyataan Bea. Dari situlah Bea berfikir, apa yang harus ia lakukan??? Pandhu, atau Agama???? Dan akhirnya Bea pun memutuskan Pandhu. Bukan hanya karena agama, tapi Bea juga memikirkan masa depannya. Skarang Bea pacaran dengan Pandhu nilai try outnya turun drastis, bagaimana dengan nilainya nantinya? “apa alasannya kamu mutusin aku??” Pandhu terheran- heran, sebenarnya apa yang terjadi denga Bea? Kenapa dia berubah secepat ini? “karena pacaran didalam islam hukumnya adalah haram dan aku kepengen nilaiku naik lagi Ndhu!” Bea memberikan alasannya yang maybe....ng,, Pandhu gak terima. “alasan yang tak logis!!!” Pandhu membela diri agar hubungan mereka tak putus. “ku mohon,maafkan aku,,,kuharap kamu bisa mengerti maksudku.....” pinta Bea. Bukan hanya Pandhu, tapi juga teman-teman sekolah mereka pun menganggap alasan Bea tidak masuk akal, tiba-tiba memutuskan Pandhu hanya dengan alasan seperti itu. “Bea,,,kamu itu apa-apaan sih??? Kenapa juga kamu mutusin Pandhu hanya karena omongan anak yang gak kamu kenal itu!!!! Kamu tau gak sih??? Pandhu itu sayang banget sama kamu!!!” Ima menolak keputusan Bea dan memintanya agar kembali ke Pandhu. “iya im!!! Tapi itu udah jadi keputusanku! Ku harap kamu juga bisa menghargai keputusanku!” jelas Bea sambil menatap mata Ima yang masih bersikukuh menolak ke dua sahabatnya tersebut putus. “kamu gak kasihan apa sama Pandhu???” Ima menoleh ke arah Bea “maafin aku,,bukan maksudku buat nyakitin dia dan ngecewain kalian Im,,,” Bea berusaha untuk meyakinkan Ima yang sulit untuk mengerti keadaanya “ya sudahlah...terserah kamu, fikirin baik-baik sebelum kamu bener-bener berpisah jauh dengan Pandhu!” ancam Ima “keputusanku sudah bulat Im..” Bea memperjelas keputusannya dan berbalik untuk pergi “hemh,,,yasudah..” akhirnya Ima mengalah * * * Di kelas, Tulus menghampiri Bea di bangkunya, Bea yang menenggelamkan kepalanya ditangannya pun sadar kalu kedua sahabatnya ada disampingnya,, “hey!! Denger-denger kamu putus ya?? Kenapa????” tanya Tulus yang ingin tau alasan kenapa mereka berdua putus “gak papa kok...” jawab Bea santai. “kok gitu banget kamu jawabnya?” Dona merasa aneh dengan Bea yang biasanya curhat ke dia dan Tulus. “ya emang kenapa? Masalah ya buat loe?” tanya Bea sadis sambil mengacuhkan Tulus “ya enggak sih,,yaudah gue pergi dulu ya,,” Tulus menyerah dengan sikap Bea yang seperti itu, dan ia pun memilih untuk membiarkan Bea sendiri. ,”ya pergi aja! Dasar anak kepo!” gerutu Bea. “harusnya kita ajak bercanda aja dia Lus!” kata Dona setelah berjalan agak jauh dari Bea. “sudahlah Don! Kebiasaan kamu! Biarin dia sendiri aja dulu,,” Tulus menjelaskan keadaan Bea. “nnggg....yaudah! laper gue! Ke kantin aja ayo Lus!” ajak Dona yang sebal karena tidak bisa menjahili sahabatnya. “ayo!” Tulus menyetujui *** LULUS pendaftaran masuk ke SMA pun telah dibuka,, tak disangka, Pandhu, Bea, Dona dan Mia pun diterima di satu sekolah yang sama. Tapi sayangnya tidak dengan Tulus. Ia tidak diterima di sekolah yang sama. Meski mereka bertiga berbeda sekolah, akan tetapi mereka tetap sering keluar bareng. Hari berganti hari, minggu pun berlalu, ternyata Bea malah akrab dan bersahabat dengan Mia, yang dulunya menjadi seorang yang ia benci. (singkatnya sih gitu,,, hehe). Setelah ternyata mereka banyak menemukan kesamaan dan juga bisa melengkapi sebagai sahabat. Bea, Mia dan Nita merupakan gg(gank, jiah,,,,gank katanya! Lebih tepatnya sahabat). Mereka punya panggilan sendiri-sendiri. seperti Mea untuk Mia, Be’e untuk Bea dan N’e untuk Nita. 25 September pun ia lalui dengan sangat gembira, tanggal tersebut, merupakan kali perPandhu Bea mengikuti olimpiede katika dia di SMA,, sepulang dari olimpiade, “Mea!!!!! N’e!!! Tau??? Tadi ada kakaknya ganteng banget!! Baik hati lagi!!! Wwwaaa.... tau tau??? Tadi dia nyapa aku!! Manggil gitu,,ngajak aku buat foto bareng sama dia!!!! Aaaaarrrrgggghhhhh.... GIlA!!! Tuh kakak perfecto banget!!! Eh tau??? Dia tanya fb aku juga lo,,,tadi waktu pulang ngobrol-ngobrol juga sama dia!!!!! Bodohnya aku gak mau diajak foto bareng sama dia!!!! Skarang nyesel deh...” hebohnya Bea bercerita, dengan mimik dan gestur yang over sangking senengnya dia. Kedua sahabatnya pun saling pandang dan tersenyum mendengarkan ceritanya dan serentak berteriak “KASIAN!!!!!!!” soraknya meledek Bea yang kegirangan. Bea kemudian terdiam dan melongo, beberapa detik kemudian dia baru tersadar dan berteriak “IIIIHHHHHH,,,,JAHAT BANGET SIH KALIAN!!!!!” Kedua sahabatnya pun tertawa sampai sesenggukan melihat tingkah Bea. “eh,,namanya siapa ya??? Tadi dia cuma nyuruh aku manggil dia Om gitu.,,,,om ganteng!!!!!” tiba-tiba dia teringat, kalau Om belum memperkenalkan namanya, dengan jari telunjuknya ia letakkan di kepala seperti orang yang sedang berfikir keras. “hahahhaaha GILA ya kamu???? Hahhaa” dengan menggelengkan kepala tanda mereka mengalah kepada sahabatnya yang satu itu. Beberapa hari berlalu, tema dari pembicaraan Bea hanyalah OM, Om, dan Om!!!!!hehe (GILA tu si Bea mungkin,,hehehe). Ketika dia mendapatkan no Hp kakak CP (Contak Person) ia pun langsung menghubunginya untuk mendapatkan info darinya. Hari Kamis, saat pelajaran TIK hampir usai, “mbak?? Boleh pinjem jasnya gak???” pinta Bea kepada teman sebangkunya, Dwi. Ia letakkan kedua tangannya di badannya seperti memeluk dirinya sendiri agar hangat. Dia menggigil kedinginan. “kamu kenapa?” tanya Dwi heran “dingin banget!” Bea mempererat pelukannya sendiri. “ini pake jasku....masih dingin???” Dwi memberikan jas miliknya. “iya,,,” wajah Bea pucat pasi. “Iq, boleh pinjem jasnya gak?? Biar dipake sama Bea, tuh dia masih kedinginan,,” pinta Dwi kepada teman cowok yang kebetulan duduk disampingnya, Iqbal namanya. “nih .....kebesaran!!! biar anget dah,,,hehehe” canda Iqbal sambil menggoda Bea yang tak memperdulikan bercandaannya. “iya,,thanks yah..” ucap Bea sebari memakai jas milik Iqbal. “iya...sama-sama” iqbal menjawab dan kemudian kembali memperhatikan pak Guru yang sedang menerangkan di depan. Setelah jam pelajaran TIK usai,, Bea pun langsung menuju ke UKS dan tertidur di kasur yang menurutnya empuk. Bel istirahat pun berbunyi, Nita dan Mia pun segera menuju ke UKS untuk menemani Bea. “Kamu udah makan belum?” tanya Nita sambil memegang jidat Bea, memastikan badannya panas atau tidak. “belum Nit, laper!!!!” keluh Bea, wajahnya yang pucat terlalu jelas menggambarkan dia sedang kelaparan juga. “yaudah, bentar ya, aku beliin makanan dulu, nanti baru minum obat! Tunggu sini aja! Jangan pergi kamu!” sambil menunjuk ke arah Bea. , “emang gue apaan? Ha????” Bea menantang “hahahaha udah ah, malah ngajak berantem kamu Be!” sembari berbalik meninggalkan Bea sendirian. Setelah Nita kembali dari kantin dengan membawa makanan “ini makan, terus nih minum obatnya!” sambil menyodorkan makanan dan obat ke Bea. Setelah melahap habis makanan yang telah dibelikan oleh Nita, Bea pun menuruti kata Nita, minum obat kemudian tidur. Ditengah lelapnya dia tidur, dan ruang UKS yang hening, tiba-tiba terdengar teriakan yang sontak membuat anak-anak yang ada di UKS terperanjat olehnya. “OOOOOMMMMMM!!!! Tempat tidurnya goyang- goyang!!!!” Bea pun terduduk dengan heran. “kamu kenapa???” tanya Nita haren melihat Bea. “aku boleh minta minyak kayu putihnya gak???” sepertinya nyawa Bea belum benar-benar kembali ke tubuhnya secara utuh. “nih minyak kayu putihnya....” Nita membukakan tutup minyak kayu putih tersebut dan memberikannya kepada Bea. Bukan mengusapkannya tapi Bea malah meminumnya “eheehehe manis rasanya,,,,mmmmm kok jadi semriwing gini????? Air!!!!” setengah melongo Bea tersadar dengan apa yang baru saja terjadi dan berusaha untuk mendapatkan air secepat mungkin. “kamu kenapa sih??? Nih airnya!! Buruan minum!!!!” Mia segera mengambilkannya air dengan wajah yang bingung, apa yang salah dengan otak Bea? Saraf mana lagi yang putus? Makin hari makin banyak yang putus sarafnya,,, pikirnya dalam hati. “heheehe enak tau!!!” Nita dan Mia terheran-heran dengan kelakuan sahabat mereka. Bel tanda pulang pun berbunyi,, “ayo dah pulang,,aku yang bonceng!” ajak Nita sambil menggandeng tangan Bea dan berusaha untuk menariknya. Tapi Bea pun juga ngotot gak mau pulang. “gak mau!!!! Aku mau Om!!!” Bea memberontak, menggeliat-geliat seperti cacing kepanasan, seperti ikan yang kehabisan air. “yaudah, kita ke warnet aja dulu yah..tapi nanti pulang!” bujuk Nita agar Bea mau diajak pulang. “hehehehehe” Bea nyengir, seperti wajah-wjah orang tak berdosa! kelakuan Bea makin tak karuan.... (sekolah mereka belum menyediakan wifi) Antara sadar dan gak sadar, Bea pun membuka ponselnya dan mencari pesan dari kakak CP,,tapi ternyata pesannya sudah ia hapus,,dengan tak sadar ia mengetik nama A..I pada search fb.nya,,dan .... “nah!!!!! Ini dia Omku!!!!!!” ia spontan berteriak. “ganteng kan dia,,,keren!!!!” Nita terheran melihat kelakuan Bea yang makin aneh. Haripun berganti. Bea begitu senang bisa akrab dengan (sebut saja dia) om. Akan tetapi di kehidupan Pandhu, ternyata dia jadian dengan sahabat SMP Bea. Sebenarnya Bea tak keberatan, akan tetapi dia ada sedikit kekecewaan dengan sahabatnya tersebut. Ketika Pandhu dan (sebut saja dia) Candis tahu bahwa Bea dekat dengan cowok lain yaitu Om. “Eh munafik loe!!!! Loe bilang gak bakal pacaran!!! Tapi buktinya mana??? Loe skarang pacaran!!!!” , Pandhu berteriak ke arah Bea, “gue??? Eh loe kalo gak tau gak usah sok tau yah,,,,!!!! Lagian nie urusan gue!!! Bukan urusan loe Pandhu!!!!” bela Bea menyeruak dari kedua sahabatnya , “dasar munafik!!!” bentak Candis , sambil tersenyum sinis “eh loe!!! Cewek gak tau malu!!!! Gak usah ikutan masalah gue sama Pandhu!!!” Bea mendekati Candis dan mendorongnya ke belakang karena kesalnya dia ke Candis , “urusan Pandhu ya urusan gue!!!!” belanya dan membalas mendorong Bea tapi Bea sudah menghindar Ketika masalah mereka hanya dengan Bea, Pandhu pun membesar-besarkan masalah ereka dengan mencari masalah dengan Mia. Suatu ketika Pandhu mengirim pesan ke Mia. “eh Mia, kamu kok beda sih? Kamu bukan Mia yang aku kenal! Kamu berubah, kamu jadi sok alim! Omonganmu sok alim banget tapi kelakuanmu? Sama skali nggak tau Mi!”. Mia yang terkejut membaca sms dari Pandhu pun lagsung naik darah “apa coba maksudnya anak ini? Kurangajar banget dia!” gerutunya. Keesokan harinya ketika bertemu dengan Bea dan Nita. Mereka bertiga pun duduk di samping koridor seperti biasa. “eh tau gak, Pandhu kemaren sms aku kayak gini,, (sambil menunjukkan sms dari Pandhu). Maunya apa sih tuh anak??? Maksudnya apa coba dia sms kayak gini?” kata Mia memulai pembicaraan mereka tetang Pandhu. , “iya Fi, kok makin menjadi-jadi gitu sih dia??? Nuduh- nuduh kita terus,,,” sahut Bea. “kita ngomong aja langsung ke dia gimana” usul Nita “ok!!!! Siapa takut!!!!” Mia berteriak tanda setuju. “aku pengen ngomong sama kamu ndhu!” Mia pun sms Pandhu. Ketika pulang sekolah, seperti biasa mereka bertiga berjalan bersama sambil bercanda ria. Nita yang hafal dengan sikap Pandhu sekarang mengomentari kejadian apa yang bakal terjadi nanti. “eh tu cowok pasti ngajak ceweknya yang sok penting itu tuh!” kata Nita dengan percaya diri. “sudah pasti! Dasar cowok banci! Braninya sama pacarnya! Cowok macam apa dia? Sahut Bea. “gitu juga kamu dulu kenapa mau sama dia??” jawab Mia meledek, “ya mana dia kayak gini dulu? Toh juga sahabatmu kan?” Bea membalikkan perkataan Mia. “mana? Bukan sahabatku dia!” Mia mulai BeTe dengan percakapan itu. Bea dan Mia pun malah beradu argument. “udah-udah! Ngapain musti ribut sih! Tuh si Pandhu ada di parkiran sama ceweknya!” Nita menunjuk kearah dimana Pandhu dan Candis berduaan di tempat parkir. kemudian mereka bertiga pun menghampiri Pandhu dan Candis. “hei! Maksudmu ngomong kayak gitu kemaren tuh apa?” Mia datang dan membentak Pandhu “ya suka-suka gue! Mulut-mulut gue! Kenapa loe sewot?” jawab Pandhu dengan entengnya sambil melengos “enaknya loe ngomong kayak gitu! Suka-suka loe? Apa? Heh nyadar loe! Yang loe katain kayak gitu tuh siapa? Seenaknya ngomong suka-suka loe! Mulut loe gak pernah di selametin yah? Pantes asal jeplak aja! Jaga tuh kalo punya mulut! Loe tuh cewek apa cowok? Ha? Dasar banci!” Bea yang sudah tak tahan dengan omongan Pandhu yang merendahkannya dan sahabatnya. “emang apa masalahnya? Udah diselamatin tuh, kenapa emang? Masalah buat loe?” sahut Candis menjadi wonder woman kesiangan “eh loe! Gue gak ada urusan ya sama loe! Urusan gue Cuma sama Pandhu!” Mia melirik candis dengan pandangan sinis. “urusan Pandhu juga urusan gue!” bela Candis dengan nada meremehkan Mia “eh loe banci! Kenapa diem aja? Beraninya Cuma sembunyi di belakang cewek loe aja!” Mia menantang Pandhu yang dari tadi hanya terdiam “siapa yang loe bilang banci? Ha?” Candis tak terima, dengan wajah sangarnya ia mendekati Mia dan Bea. “siapa lagi?ha? kalo bukan tuh cowok samping loe!” jawab Mia sambil meledeknya dengan senyuman mengejek. “eh gak penting ya lama-lama ngomong sama banci dan si pahlaawan kesiangan ini! Omongannya gak banget! Plin plan! Males banget gue! Mending kita pergi aja yuk....” Bea sudah mulai sebal dengan pembicaraan yang makin lama makin dibuat melenceng dari masalah yang sebenarnya “ayuk! Gak penting banget ngomong sama anak yang mulutnya gak pernah dijaga!” jawab Mia dan Nita dengan menunjuk bibir mereka dan kemudian mengacungkannya ke arah Candis dan juga Pandhu. Mereka ber tiga pun pergi meninggalkan pasangan yang sebal dan kehabisan kata-kata tersebut. **** Ketika mereka semakin cuek dengan masalah tersebut, akhirnya pada suatu ketika Bea mempertemukan Mia, Pandhu dan ia sendiri. Pandhu yang sedang sibuk di ruang UKS tak sadar jika ternyata dia telah diperhatikan oleh Bea dan Mia. Dia tersadar setelah Bea memanggilnya dengan suara yang keras. “Hei Pandhu! Kita mau ngomong sama kamu!” sambil menatapnya tajam. “eh,,,ng...ngomong apa?” Pandhu pun menoleh dan dengan gugup menjawab ajakan Bea dan Mia. “sini deh loe Ndhu!” sambil mengajaknya duduk di bangku yang lumayan jauh dari teman-teman mereka. Pandhu pun mengikuti Bea dan Mia yang sudah terlebih dulu berjalan di depannya. “kalian mau ngomong apa lagi sih? Gak penting banget!” Pandhu duduk dan bersikap acuh tak acuh. “Ndhu, q pengen nyelesaiin masalah kita secara baik- baik, gue harap loe gak jadi pengecut!” kata Bea dengan nada mengancam. “Ndhu, q Cuma pengan tau alasan kamu bilang aku sok alim itu aja,,” tanya Mia dengan nada rendah. “gak ada kok” jawab Pandhu cuek “Ndu, gue harap loe bisa jujur ke kita!” Bea meyakinkan “ok fine! Gue bilang gitu karena memang nyatanya gitu!” Pandhu berusaha menutupi alasan yang sebenarnya. “nyatanya? Apa Ndhu? Mana buktinya?” Mia semakin penasaran “ng..ng..lihat sikap loe Mia! Loe berkata seolah-olah kamu tuh udah yang paling bener! Tapi nyatanya? Kelakuan loe ke cowok tuh beda banget sama apa yang loe bilang!” Pandhu menjelaskan “ke cowok? Siapa maksud kamu?” Mia semakin tidak mengerti “Candisbilang kamu di kelas centil banget ke cowok!” Ungkap Pandhu... “uuuurrrgggghhhhh......apa sih maunya cewek loe? Sampek segitunya? Eh loe baru kenal sama dia! Nih Mia tuh sahabat loe Ndhu! Terserah loe anggap gue temen loe ato bukan, loe percaya gue atau enggak kalo gue gak pacaran yang penting loe jangan gituin sahabat loe ini Ndhu!” terang Bea yang tak peduli dengan masalahnya. “DIA BUKAN SAHABAT GUE! PANDHU SAHABAT GUE GAK PENGECUT KAYAK DIA YANG PERCAYA DENGAN CEWEK YANG BARU DIA KENAL!” Mia mulai naik darah dan menolak apa yang dikatakan oleh Bea sahabatnya. “ok maaf” kata Pandhu dengan entengnya. “maaf katamu? Setelah kamu maki-maki dia kayak gitu?” Jawab Bea tak percaya dengan reaksi Pandhu “dasar cowok gak tau malu kamu!” cerca Mia yang sudah tak tahan dengan sikap pandhu. Pandhu yang terpojokkan pun mengakhiri pemicaraan mereka sesegera mungkin. “udahlah,, maafin gue yah,,,sorry gue udah bersikap seperti itu ke loe!” Pinta Pandhu “iya sudah,” lirih Mia “ya sudah terima kasih ya, kita berteman aja, maafin gue sama Candis cwek gue ya..” kata pandhu sangsi, takut kalau masalahnya semakin melebar. “ya” jawab Mia cuek. *** [kembali ke Bea, Om, Mia dan Dirga(pacar), Nita dan Rio(pacar)] Sekarang, ya, hari, minggu, bulan pun mereka lalui dengan suasana yang masih kaku dengan Pandhu. Kini, kisah mereka bertiga dimulai kembali. Ditengah kegilaanya, Bea menemukan sosok yang mungkin kini sangat berarti baginya,yang dapat menghNitangkan Om dari pikiranya, sebut saja dia Dante. Siang itu, “adek, nanti kakak jemput boleh?” Dante mengirim sms ke Bea “boleh kak”. Ya, siang hari, di hari rabo Bea di jemput oleh dante. Nita pun diantar pulang oleh Rio, pacarnya. Yang menurut Bea ia berengsek. Tapi bagaimanapun juga dia adalah pacar dari sahabatnya sendiri. Dan Mia pun berduaan dengan Dirga. Waktu pun berlalu, Dante yang kuliah di Surabaya harus kembali. Dan Bea, ia kembali gila karena om. Nita dan Rio pun putus dan Mia pun juga putus dengan Dirga. Hari-hari mereka lalui dengan kegilaan yang mereka buat untuk bahan tertawa mereka sendiri. Dante, ya dia sudah mendapatkan pengganti Bea. Tapi Bea? Dia bingung dengan hati dan pikirannya sendiri. “Mia?Nita? Aku ini gimana sih? Hatiku buat om, tapi kenapa ketika Dante dengan cewek lain aku sakit?” mata Bea berkaca-kaca ”itu tandanya kamu suka sama dia” kata Mia sahabatnya. “ya tapi kok dua anak?” tanya nita “aku juga merasakannya Be! Aku suka sama Vian, tapi hatiku masih buat Adi! Sedangkan skarang kita sama- sama gak mungkin buat bersama salah satunya kan?” sahut Mia. “kisah kita yang rumit” Nita menambahi sambil menekuk wajahnya. Ya, kisah mereka memang rumit. Serumit benang yang kusut dan bercampur menjadi satu. *** “Beeeaaaa!!!!!!!! Aku balikan sam Rio! ” teriak Nita ketika melihat Bea di depan UKS “ha? Kapan?” tanya Bea dengan nada setengah tak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar “semalem!” jawabnya sambil nyengir “gila kamu! orang anak kayak gitu juga Nit!” dengan wajah merendahkan. “biarin! Yang penting aku suka!” jawab Nita dengan bersemangat. “ya sudahlah terserah kamu! Yang penting Pbnya (pajak balikan) hahahhaha” Bea berkata di sebelah telinga Nita. “kurangajar kaumu! Yang diincer slalu aja makanannya!” sambil memukul kepala Bea “yyyeeee,,,,,biarin aja!” jawab Bea dengan menjulurkan lidahnya. “gampang!” sahut Nita sambil tersenyum. *** Tak lama kemudian, dante kembali ke Bea, begitu pula dengan Om, mereka berdua kembali dalam waktu yang hampir bersamaan. Kembali menghubungi Bea. Menarik ulur perasaan Bea. “dasar PHP! Kenapa kalian berdua selalu menarik ulur perasaanku? Jahat banget sih kalian? Ketika aku gak mau, kalian dateng! Dan ketika aku menginginkan kehadiranmu, mana? Kamu malah pergi!” gerutu Bea sambil meremas-remas boneka kesayangannya. Tttiiiiiittttt..... tttiiiiiiiittttt...... tttttiiiiiitttttt...... “aaaa......!!!!!” Bea terperanjat. Hpnya berbunyi. “halo” sapa penelfon “hei Lus! Apa kabar kamu? Lama gak maen kerumah?” dengan senangnya Bea mengangkat telfon setelah tahu bahwa yang menelfonnya adalah Tulus sahabatnya. “baik non,,,kamu gimana?” Tulus balik bertanya “so bad” lirihnya “kenapa?” tanya Tulus penasaran “kapan ketemu? Nanti aku ceritain,,,” Bea tak ingin membahas masalahnya sekarang “kapan ayuk main sama Dona!” ajak Tulus “ayo ayo!!!” teriak Bea kegirangan “aku hubungin dia dulu yah,,, nanti aku telfon lagi,, ok!” Tulus menutup telfonnya. *** Setelah Tulus dan Dona mengetahui masalah yang dialami sahabatnya yang lagi kasmaran, mereka berdua pun sering-sering mengajaknya keluar dan bercanda. Mengenalkannya ke teman-teman cowok mereka. Tapi akhirnya, mereka berdua pun menyerah. Tak ada satu dari sekian teman yang mereka comblangkan itu yang nyangkut di hati Bea. Terpaksa mereka berdua pun berusaha mencari informasi tentang Om dan juga Dante. Om tidak bisa di hubungi saat hari ulang tahunnya, dan terpaksa Bea hanya mengirim pesan singkat kepadanya. Dan Dante,,,,,pada akhirnya hanya mempermainkan Bea. Ketika Bea marah kepada Dante, Om dan juga kepada dirinya sendiri, Om mengiriminya sebuah pesan singkat. “amin. Udah kakak baca kok adkku sayang . Kan km uda kakak anggep adk jd jangan suka galau lg y dn tetap ceria jga tersenyum ” 1 hal tersebut yang menjadi semangat baru bagi Bea. Diantara tiga bersahabat tersebut, Bealah yang paling harus bersabar menanti, dimana dia akan datang, untuk Om. Bea, dia tak mau menjalin hubungan yang lebih, tapi perasannya memaksanya. Dia tak bisa. Dan dia tersiksa sendiri karena dirinya sendiri. Nita, skarang bersama dengan Rio, dan Mia sudah dapat melupakan Adi dan kini ia bersama dengan Vian.Tapi satu hal, mereka bertiga tetap enjoy, Bea tak mau ambil pusing dan menjadikannya bagian dari hatinya yang hilang, yang akan kembali kepadanya. Dan dia memulainya kembali bersama penantiannya. Meski perjalanannya tak seindah embun pagi, sang embun tak perlu polesan untuk dapat membuat daun jatuh cinta kepadanya, meski ia tak bisa menjadi sang waktu yang menemaninya sepanjang waktu, tak bisa menjadi sang raja siang dan juga sang bintang yang menjadi penghias di gelapnya malam, tapi ia menjadi bulan dalam kehidupan Bea, menjadi penerang sepinya hati dan dia adalah lebih dari sekedar indah di dalam hati Bea.
Posted on: Wed, 30 Oct 2013 22:54:09 +0000

Recently Viewed Topics




© 2015