[INSPIRASI HARI INI] "Mengeluh Kebalikan dari - TopicsExpress



          

[INSPIRASI HARI INI] "Mengeluh Kebalikan dari Bersyukur" “Saudara-saudara, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan.” (Yakobus 1:2) Mengeluh, menggerutu, bersungut-sungut adalah ungkapan tidak puas seseorang terhadap diri sendiri, terhadap orang lain, lingkungannya, bahkan terhadap Tuhan. Biasanya keluhan itu muncul bila apa yang kita harapkan, kita inginkan, tidak terpenuhi. Misalnya, ketika saya mengidap sakit batuk yang kronis dan sudah minum obat batuk baik tablet maupun sirup, tetapi batuk tetap saja bandel, saya jadi tak sabar, lalu jengkel dan mengeluh. Ketika saya sedang sibuk berbenah diri akan tugas keluar kota, sudah terdesak waktu, masih juga datang tamu dengan berbagai urusan, saya jadi kemrungsung (tergesa-gesa) dan mulai menggerutu: mengapa orang itu tidak datang di lain waktu saja. Demikian juga ketika saya mendapat tugas yang tidak saya senangi, tidak cocok dengan minat saya, tidak sesuai dengan bakat saya, saya bersungut-sungut, menunjukkan rasa tidak senang. Contoh yang sangat kita kenal dalam Kitab Suci Kitab Keluaran 17:1–7 ialah ketika bangsa Israel dibebaskan dari perbudakan Mesir, menuju ke Tanah Terjanji. Betapa sering bangsa ini mengeluh dan bersungut-sungut setiap kali mengalami sesuatu yang tidak menyenangkan dalam perjalanan mereka. Beratnya menanggung hidup kekurangan makan dan minum membuat bangsa Israel itu menggerutu dan bersungut-sungut bukan hanya terhadap Musa yang memimpin mereka, tetapi bahkan keluhannya sering ditujukan kepada Allah sendiri. Adakah orang yang hidup tanpa masalah? Kita semua yang hidup di dunia pasti pernah mengalami percobaan, tantangan, dan kesulitan yang menjadi masalah kehidupan. Masalah yang membuat kita frustrasi atau kecewa, merupakan bagian dari hidup kita, seperti musim-musim yang menjadi bagian dari masa tahunan. Ketika musim panas tiba, panas terasa menyengat, dan rasa gerah kita alami setiap hari. Terik matahari begitu tidak bersahabat, membuat segalanya gersang dan layu, sampai rumput dan dedaunan pun mengering. Inilah yang kita kenal dengan nama musim kemarau, yang membuat banyak tempat kekurangan air bersih, tanaman-tanaman tidak subur, panenan gagal. Akan tiba juga musin hujan. Keajaiban alam terjadi. Pohon-pohon bertunas. Tanaman mulai tumbuh, bunga-bunga pun mekar. Segala sesuatu tampak mulai hidup lagi, tetapi hujan pun kadang-kadang juga kurang bersabahat. Hujan lebat dengan angin kencang disertai badai dan guruh menyebabkan banjir di mana-mana. Lalu terjadilah bencana dan musibah yang membawa derita, tragedi yang membawa korban banyak insan. Angin topan kadang datang ganas mengamuk memorak-porandakan hidup orang. Itulah gambaran badai dalam hidup kita. Mungkin badai berupa musibah yang kita alami, kegagalan dalam pekerjaan dan tugas kita, atau mungkin kita mengalami frustrasi tak mampu menyelesaikan masalah penting. Apa pun yang terjadi, semua itu datang dengan judul yang namanya kekecewaan, tidak puas, dan membuat banyak orang mengeluh. Apakah dengan mengeluh masalah akan selesai? Apakah kita bisa lari dari kenyataan pahit yang menjadi bagian tak terpisahkan dalam hidup ini? Hendaknya kita cukup realistis mau melihat kesulitan hidup yang menjadi bagian nyata hidup kita. Kita tidak bisa menutup mata terhadap kesulitan dan masalah yang memang tidak dapat kita elakkan. Kita tak dapat menjadi burung unta yang menyembunyikan kepala bila menghadapi bahaya. Kita semua harus akui bahwa masalah selalu ada di sekitar kita. Itulah bagian hidup kita. Tak usah kita gampang menggerutu, sedikit-sedikit bersungut-sungut tentang diri kita atau terhadap orang lain, apalagi terhadap Allah. Kita perlu mendengarkan nasihat Paulus: “Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa yang tidak melebihi kekuatan manusia. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan keluar, sehingga kamu dapat menanggungnya.” (1Kor. 10:13) Rasul Paulus memandang keadaan yang tidak menyenangkan sebagai sebuah ujian yang tak akan melampaui kekuatannya. Allah tak akan membiarkan kita dicobai melampaui kekuatan kita, melainkan akan memberi solusinya. Apa yang dilakukan Tuhan Yesus sewaktu menderita di kayu salib hendaknya menjadi teladan yang tepat untuk tidak mengeluh dan bersungut-sunggut. Tuhan Yesus bahkan masih bisa berbuat baik terhadap mereka yang menyalibkan dengan berkata: “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” (Luk. 23:34) Perlu kita yakin bahwa dalam keadaan apa pun yang tidak menyenangkan dan mengecewakan, Allah tetap berkarya mendatangkan kebaikan bagi yang mengasihi-Nya. Jadi bagi kita yang mengasihi dan beriman kepada-Nya, suka dan duka adalah berkat. Kita tak perlu mengeluh, bersungut-sungut, ataupun menggerutu. Perbuatan seperti itu justru akan menjauhkan kita dari rasa syukur dan bahagia atas anugerah baik Allah yang lebih banyak kita terima. “Rahasia kehidupan, adalah jatuh tujuh kali dan bangun delapan kali.” (Paulo Coelho, the Alchemist) Teks dan ilustrasi diambil dari buku Upaya Hidup Bahagia di Usia Senja: Refleksi Hidup dalam Kacamata Imani dan Damai, Ig. Wignyasumarta, MSF., Kanisius, 2013.
Posted on: Sat, 21 Sep 2013 05:43:26 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015