Lagi-Lagi Aku Merindukanmu Tak bohong, kadang muncul perasaan - TopicsExpress



          

Lagi-Lagi Aku Merindukanmu Tak bohong, kadang muncul perasaan jengkel dan marah. Saat aku sedang merasa sangat amat merindukanmu, kau malah bersikap biasa saja seolah aku tak merasakan apapun. Datar-datar saja, seolah aku bukanlah siapa-siapamu. Iya, aku memang bukan siapa-siapamu selama ini, aku hanyalah masa lalumu yang entah masih kamu anggap atau enggak, dan kamu baik-baik saja tanpaku. Maafkan karena aku berpikiran jelek seperti ini, pikiran ini tak bisa pergi meskipun aku berusaha keras untuk berpikir positif. Sebenarnya yang membuat aku berpikiran seperti ini adalah kamu sendiri, bagaimana tidak kalau kamu sering menyalahkanku dan mengolokku childish ketika aku sedang mengeluarkan unek-unekku yang ingin bertemu. Kau hanya bisa mendengarkan, kau tak merasakan dan bahkan tak melihatnya. Tapi, aku tak akan terlalu banyak meluapkan kekecewaanku, karena aku sedang (lagi-lagi) merindukanmu. Suatu sore saat aku mendengarkan lagu di notebook, aku termenung ketika sampai di lagu “ingin hilang ingatan”nya Rocket Rockers. Ya, kau pernah menyanyikannya untukku, tentu saja lewat telepon. Kau bernyanyi seolah aku sedang berada disebelahmu dan mendengarkan langsung. Kau bernyanyi dengan penuh penghayatan karena kamu menyanyikan itu untuk membuatku yakin kalau kamu akan melupakan mantanmu. Aku terharu. Tapi saat ini, aku hanya bisa bermimpi kau bernyanyi lagi untukku. Kau bilang, ketika aku merindukanmu, kamu akan berada disekitarku dan merasakan rindu yang sama. Tapi, yah, itu dulu sebelum kamu memutuskan untuk mengakhiri hubungan kita. Tak adil, aku begitu merindukanmu dan menginginkan bertemu denganmu tapi kamu menyia-nyiakan semuanya. Ini tak adil! Padahal, aku hanya ingin bertemu, aku hanya ingin memegang tanganmu dan memelukmu, untuk yang pertama dan mungkin terakhir kalinya. Aku juga ingat saat kau tertawa renyah di ujung telepon. Dulu, aku masih sering mendengar tawa itu, dan sekarang aku hanya bisa membayangkannya saja. Tapi, aku yakin suatu saat ketika Tuhan telah menentukan waktu yang tepat untuk kita bertemu yang entah kapan, aku pasti bisa melihat tawa itu. Ah, aku juga masih ingat senyum dan mata belomu di foto yang kamu kirim khusus buat aku. Kapan semua ini akan terjadi, Tuhan? Seberapa mahal yang harus aku bayar untuk aku bisa bertemu dengannya? Apakah kurang dengan semua pengorbananku? Aku hanya ingin bertemu meski aku harus berjuang sendiri karena kau toh tak peduli lagi denganku. Kenapa begitu mudah rindu ini muncul tapi kenapa susah untuk dihilangkan? Sebenarnya, aku sering tak merasa rindu dan mulai bisa melupakanmu, tapi selalu ada saja yang mengacaukannya. Seperti mendengar lagu kesukaanmu, mengingat ketika kamu meneleponku tengah malam untuk mengucapkan “happy birthday”, sampai dengan kamu yang tiba-tiba menghubungiku dengan kata-kata manjamu, kontan saja ada sesuatu yang mendorongku untuk menitikkan air mata rindu untukmu. Aku memang hanya bisa berbicara lewat tangis ketika aku berada di kondisi seperti ini. Kau tak pernah bisa merasakan apa yang aku rasakan, kau menjauh. Apakah karena kamu sempurna? Jadi, ada banyak cewek yang pernah ada hubungan denganmu menjadi secinta ini dan kamu bisa mendapatkan pengganti kapanpun yang kamu mau. Iya? Kenapa aku bernasib seperti ini? Apa salahku? Dan, kenapa aku tak pernah bisa marah sama kamu? Dipancing sedikit saja dengan kata-kata manis dan sikap manjamu (awalnya) maka aku langsung luluh begitu saja, seperti tersihir. Tapi, meskipun akhirnya kamu akan cuek lagi, aku tak sempat memikirkannya. Jika aku menangis lagi, itu urusan belakangan, yang penting aku bisa merasakan cintamu meskipun sedikit. Aku tak pernah memikirkan bahwa akhirnya aku masih menangis, dan kau tak mau tahu. Aku menganggapmu jahat namun ketika kamu kembali memancingku, ku tarik anggapanku itu. Aku mencintaimu, apapun yang terjadi. Bodoh bukan? Jika sedang merindukanmu, aku hanya bisa termenung begitu saja. Malas, kumainkan keypad handphone dan terkadang aku mengirim pesan “rindu”, kemudian meletakkan handphone di tempat tersembunyi. Melakukan aktivitas yang memakan waktu sehingga ketika aku mengambil handphoneku, aku bisa menemukan pesan balasanmu atau missed call darimu. Lalu aku tersenyum saat itu terjadi dan akhirnya kita mengudara via telepon. Tapi, semua itu tak pernah terjadi. Begitu saja. Jengkel banget. Ini benar-benar tak adil. Dulu ketika aku merindukanmu, kamu bisa menenangkanku dengan menelepon, mengirim pesan romantis, mengajak berimajinasi dan menyusun rencana jika kelak bertemu sampai mencoba mengalihkan pembicaraan. Tapi itu dulu ketika rasa kangen masih kita bagi dan tanggung bersama. Nah sekarang ketika aku merindukanmu, kamu tak peduli, kamu tetap sibuk dengan pekerjaanmu. Iya aku tahu, rasa rindumu hanya untuk Dahlia bukan untukku lagi. Tapi, aku ingin kamu memberi perhatian barang semenit atau dua menit untuk menenangkanku. Karena hanya kamu yang bisa membuatku tenang kembali. Kalau itu terpenuhi, aku sungguh sangat berterimakasih padamu. Salahkah jika aku bertindak bodoh ketika saat aku merindukanmu? Termasuk memancingmu, pura-pura sakit atau mengalami kecelakaan agar kamu bisa mengalihkan sedikit perhatian dari Dahlia untukku, membuatmu khawatir. Ini sungguh benar-benar di luar kendaliku. Sebenarnya aku juga capek melakukan itu semua hanya demi sedikit perhatian darimu tapi entah kenapa aku tak bisa menghentikannya. Aku tak bisa untuk tak mengganggumu. Mungkin aku aku terlalu mencintaimu? Entahlah. Aku tahu sekarang aku berada dalam posisi seperti apa. Aku merindukanmu, aku ingin bertemu, tapi sepertinya aku harus sabar sesabar mungkin dan tetap berpikir realistis karena kamu bukanlah milikku lagi. Terkadang aku merasa lelah. Aku lelah merindukanmu. Aku lelah terus berharap kita bisa bertemu. Aku lelah terus mengganggumu. Tapi, ketika aku mengingat pengorbananku kepadamu, aku merasa aku harus tetap memperjuangkanmu. Aku harus kuat. Aku bisa melihatmu dengan jelas ketika aku memejamkan mata, dan tampak begitu nyata, nyata senyata-nyatanya. Aku bisa melihatmu tertawa, merasakan pelukan dan ciumanmu, mendengar nyanyianmu. Semua terasa nyata. Namun, ketika aku membuka mata, aku tak melihatmu. Aku membenci saat-saat itu. Ternyata bukan hanya kamu saja yang bisa memPHPin aku tapi mimpi juga bisa. Dulu, komunikasi adalah kebutuhan dan rutinitas. Dulu kamu menghubungiku dengan hati, sekarang kamu menghubungiku mungkin karena kasihan. Kamu tahu apa yang aku rasakan namun entah kenapa kamu bisa seenteng ini. Bangga? Kau senang membuatku menangis? Padahal kau pernah melarangku menangis bahkan kamu pernah membentakku dan menutup telepon ketika aku terisak. Dan kau slalu ada untuk menenangkanku ketika aku menangis. Apa? Sekarang aku masih tak boleh menangis untuk “kehilangan” ini? Egois. Kamu tau? Aku sangat memahami apa itu “kehilangan”. Saat seseorang yang berarti untukmu tak bisa ada di sisimu lagi. Dia ada, tapi tak bisa menghapus keringatmu ketika lelah bekerja, memelukmu ketika kangen melanda, tak bisa menyeka semua perasaan, ia tak bisa berada disisimu. Semua hanya dengan mengandalkan teknologi. Tapi yang dimaksud dengan seseorang itu bukanlah aku. Karena aku telah lama kehilangan dirimu. Kehilangan tawamu, candamu, suaramu, manjamu, kehilangan kelembutan ketika menenangkanku, kehilangangan. Aku tahu kamu mendengar dan mengerti bahwa aku kehilanganmu. Sekali lagi, aku kehilanganmu sejak setahun yang lalu. Aku membenci diriku yang sebegitu lemahnya. Aku membenci diriku yang sebegitu hinanya. Aku membenci diriku yang layaknya pengemis perhatian dimatamu. Aku membenci diriku karena tak bisa mengendalikan emosi ketika aku merindukanmu. Aku tahu kalau sebenarnya kamu juga membenciku dan muak melihatku seperti ini, aku sadar dan mengerti. Demi Tuhan, sebenarnya aku juga tak menginginkan aku seperti ini. Tapi aku berjanji, aku akan berusaha untuk tak mengemis lagi di depanmu. Aku akan berusaha mengalahkan rasa kangen ini. Aku akan berusaha membuat kamu nyaman tanpa adanya gangguan dari aku. Aku akan berusaha pergi. Insya Allah jika Tuhan memberkati.
Posted on: Mon, 24 Jun 2013 10:09:21 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015