::MEMIJIT MBAK MITA SANG SEKRETARIS:: Sudah 15 tahun aku bekerja - TopicsExpress



          

::MEMIJIT MBAK MITA SANG SEKRETARIS:: Sudah 15 tahun aku bekerja di salah satu BUMN sebagai tenaga Outsourcing dengan gaji yang sangatlah pas pasan, apalagi disaat seperti sekarang dimana semua barang kebutuhan serba mahal, rasanya sulit buatku untuk hidup dengan serba kecukupan. Setiap bulan aku harus selalu menutupi hutang sana sini karena memang sebelum tanggal gajian aku sudah kasbon kesana kemari, begitupun teman teman sekerjaku sesama tenaga Outsourcing yang selalu dihadapkan oleh realita hidup yang serba kekurangan. Hal inilah yang membuatku harus berfikir keras untuk bisa mencari tambahan diluar kantor, dan dalam keadaan seperti ini seringkali timbul berbagai macam fikiran fikiran dalam kepalaku untuk mencari tambahan dengan cara yang kurang baik, jauh berbeda bila dibanding dengan kehidupan pegawai tetap yang banyak mendapatkan fasiliitas dan juga bonus dari kebijakkan manajemen yang lebih banyak memberikan keuntungan bagi pegawai tetapnya, ketimbang outsourcing. Aku seringkali melamunkan semua keadaan ini dan tidak henti hentinya berharap dan berdoa agar kami yang Outsourcing ini suatu hari nanti bisa diangkat menjadi pegawai tetap. Dari sekian banyak pegawai dikantor yang sering kuperhatikan adalah Mba Mita, seorang wanita setengah baya yang sangatlah cantik dan seksi yang seorang Sekretaris, dengan gaya hidup dan kesehariannya dikantor yang terlihat Wah dan mencolok, sangatlah kontras jika dibandingkan kami yang hanya sebagai pegawai kroco. Hari ini aku seperti biasanya melakukan tugas tugas kantor seperti halnya dengan semua pegawai, dan pada siang harinya disaat jam istirahat aku melihat Mba Mita yang sekretaris itu dengan pandanganku yang kearah birahi, maklum bila melihat Mba Mita yang cantik dan seksi yang memakai setelan blazer dipadu dengan rok mini diatas lutut dan ditopang bentuk tubuhnya yang seksi, seringkali membuat pikiran kotorku selalu saja datang. Siang ini setelah habis makan siang aku melihat Mba Mita sedang dimejanya sendirian, lalu kuhampiri untuk sekedar mengajaknya ngobrol. Dan sapaku, “…lagi sendirian aja nih Mba…?” “…eh Mas Budi…iya nih Mas…abis makan siang iseng baca majalah Mas…! Jawab Mba Mita. Dan kataku lagi, “…maaf ga apa apa kalo saya temenin nih Mba…?” “…ga apa apa kok Mas…Mas Budi dah makan siang…?” tanyanya. “…sudah Mba…!” jawabku. Pada saat kami ngobrol seringkali aku curi curi pandang ketubuh Mba Mita yang semakin terlihat cantik dan seksi bila dilihat dari dekat, dan hal ini kembali membangkitkan hayalan dalam benakku, ah… seandainya saja bisa ku nikmati kehangatan tubuh mulus Mba Mita ini…” dan dalam hayalanku akhirnya timbul niatan untuk mencoba memperdayainya dengan keahlianku berbohong. Lalu kukatakan kepada Mba Mita… “…eh Mba maaf kalo boleh tau…Mba Mita ini umurnya sudah berapa sih…?” Lalu dijawabnya. “…emang kenapa Mas…kok tiba tiba nanyain umurku…?” Lalu jawabku, “…engga Mba…kalo saya boleh jujur… Mba Mita ini cantik tapi sudah mulai terlihat ada perubahan di beberapa bagian tubuh Mba…!” Lalu tanyanya lagi spontan, “…ada perubahan gimana maksud Mas Budi…?” Lalu kutimpali lagi, “…iya kalo tebakan saya sih Mba Mita ini pasti jarang diurut atau mungkin malah ga pernah…bener ga Mba…!?” “…kok Mas Budi bisa tau sih…emangnya badanku udah terlihat gimana sih Mas…?” Tanya Mba Mita lagi. “…maaf ya Mba…kalo menurut yang saya liat…badan Mba Mita sudah mulai ada penurunan atau mulai kendor Mba…!” kataku lagi kepada Mba Mita. “…mungkin karena makin bertambahnya usiaku kali ya…Mas…yang sudah tidak muda lagi…?” kata Mba Mita dengan nada lesu. Lalu kujawab lagi dengan mulai mempengaruhi dan diiringi masukan masukan yang mungkin bisa untukku memanfaatkan keadaan disaat Mba Mita sudah mulai terfokus dengan obrolanku, “…yah kalo ada kemauan dan usaha dari diri sendiri…saya rasa belum terlambat untuk mempertahankan keadaan badan Mba Mita agar tetap terlihat bagus dan kencang…!” kataku seraya menambahkan keyakinan hati Mba Mita, “…maaf ya Mba saya bicara begini karena sebelum bekerja disini saya dulu pernah bekerja di pusat massage korea didaerah Bekasi, jadi sedikit banyak saya tau dan mengerti dengan permasalahan olah tubuh wanita…” dan dijawab dengan antusias oleh Mba Mita, “…ooo begitu Mas…aku bisa banyak tanya dong nih ?,…terus waktu bekerja di pusat massage itu Mas Budi sebagai apa…?” lalu kujawab lagi, “…saya dulu diajarkan dan dilatih sebagai tenaga pemijat khusus untuk memperbaiki keadaan bagian bagian tubuh wanita yang sudah mulai tidak kencang lagi…dan waktu itu yang saya sering pijat adalah perempuan perempuan yang seumuran Mba, malah kadang ada yang lebih tuaan lagi…!” kataku dengan sengaja berbohong seolah aku ini sudah ahli betul didalam hal olah tubuh wanita, dan hal itu semakin membuat Mba Mita penasaran dan ingin tau lebih banyak lagi, dan hal itu semakin membuatku lebih intens dalam obrolan. “…gimana caranya Mas untuk bisa ngencengin bagian bagian tubuh yang sudah mulai pada kendor…?…terus…Mas Budi lama kerja disitu…?” dengan santai kembali kujawab, “…untuk mengembalikan keadaan tubuh menjadi kencang lagi ya itu tadi Mba dengan cara memijat sesuai dengan kebutuhan…dan itu dilakukan secara rutin,…dan saya kerja disitu lima tahun Mba…!” lalu ditanya lagi oleh Mba Mita, “…waktu kerja di tempat massage itu suka ngga Mas Budi dipanggil memijit sama orang yang biasa dipijit Mas Budi…?” lalu jawabku lagi, “…kalo itu sering Mba…dan tanpa setau bos saya menerima panggilan diluar Mba…yah lumayan buat tambahan aja sih…!” dan Tanya Mba Mita lagi, “…kalo sekarang setelah bekerja disini Mas Budi masih suka ada yang manggil…?” dan jawabku untuk meyakinkan Mba Mita bahwa keahlianku memijat tersebut masih sering kulakukan, “…masih Mba langganan langganan saya dulu sampe sekarang masih sering minta tolong untuk dipijit malah kadang kadang mereka promosiin pijatan saya ke temennya kadang ke saudaranya…yah mungkin mereka ngerasa cocok sama pijatan saya Mba…!” lalu Mba Mita pun menyatakan minatnya untuk dipijat olehku, dan hal ini membuat aku senang karena impian dan hayalanku untuk merasakan kehangatan tubuh seksi Mba Mita akan segera terwujud. “…kalo aku minta tolong Mas Budi untuk mijit aku, mau ga…aku jadi kepengen ngerasain pijitan Mas Budi…?!” katanya dengan sedikit malu malu. Lalu kujawab lagi dengan kutambahkan dengan masukan masukan agar Mba Mita semakin ingin untuk kupijat. “…saya siap aja Mba !…dan kalo menurut saya Mba jangan Cuma kepengen ngerasain pijatan saya aja Mba…tapi Mba harus bisa memberikan waktu khusus demi tercapainya keinginan Mba untuk mendapatkan kembali kebugaran di tubuh Mba…!” dan dijawabnya lagi meyakinkan, “…oh iya…kalo itu sih…sudah pasti Mas…terus kapan dan dimana Mas bisa mijit aku…?” lalu jawabku lagi, “…kalo masalah waktu…pastinya hari libur ya Mba…kalo tempat terserah Mba aja mau dirumah Mba atau mungkin Mba mau ditempat lain ga masalah…dan kalo bisa jangan sampe bilang temen temen disini Mba…saya Cuma malu aja…!?” lalu dijawab sambil ditanya lagi oleh Mba Mita, “…kalo itu sih tenang aja Mas…eh Mas kalo Mas Budi lagi mijit suka terangsang ngga Mas…?” dan jawabku dengan santai, “…sebagai laki laki normal kadang terangsang juga dan masalah itu buat saya sudah biasa Mba, dan semua yang saya pijat ngga mempermasalahkan hal itu, karena justru sebisa mungkin wanita yang saya pijit itulah yang harus bisa sampai terangsang dengan pijatan saya, kenapa…?, karena dengan begitu aliran darah si pasien ini Mba… akan terpacu lancar dan cepat, dan keuntungannya adalah…akan semakin mempermudah pembentukkan kembali sel sel jaringan dari bagian tubuh yang sudah pada kendor tadi…!” dengan seksama dan penuh perhatian Mba Mita mencoba memahami semua yang aku jelaskan barusan. Dan kutambahkan lagi dangan penjelasan penjelasanku yang lebih “ ngarang “ lagi agar Mba Mita semakin terbawa oleh tipu dayaku, “…massaging atau pemijatan ala Korea yang saya lakukan ini bukan semata mata untuk mengembalikan bagian tubuh yang sudah kendor aja Mba…tapi juga untuk menghilangkan kerutan kerutan di beberapa bagian tubuh wanita, seperti kerutan dileher, dibuah dada dan juga disekitar paha…tentu dengan metode pemijatan bukan dengan tangan lagi Mba, tapi dengan lidah…!” Demi mendengar penjelasan terakhir dari saya itu Mba Mita tercengang kaget dan bertanya, “…pake lidah Mas…maksud Mas Budi dijilatin gitu…?” lalu kujawab mencoba memberi pengertian, “…sepintas memang seperti itu Mba…tapi jilatan yang dimaksud disini adalah yang biasa orang sebut Mandi Kucing, kenapa dilakukan dengan jilatan…? Karena kerutan yang ada di beberapa bagian tubuh semua adanya dikulit, bener ngga Mba…? Dijawab dengan anggukan oleh Mba Mita seraya memintaku kembali menjelaskan, “…terus…terus…?” dan kuteruskan, “…sel sel yang ada dibawah kulit itu sangatlah kecil dan tipis, yang hanya bisa di urut dan dirangsang dengan lidah bukan dengan pijatan tangan Mba, dan rangsangan dengan jilatan inipun tidak sembarangan, ada tehnik dan caranya sendiri…tidak asal jilat aja Mba…!” begitu kataku dan dijawab sambil menganggukan kepalanya mencoba memahami semua penjelasanku, “…jadi dulu waktu masih kerja disitu Mas Budi sering melakukan hal begitu…ga risih tuh Mas…namanya orangkan ada yang kulitnya bersih ada yang item Mas Budi ngga gimana… gitu…?” lalu kujawab dengan lebih santai, “…yah pada awalnya sih risih juga tapi lama kelamaan jadi biasa Mba, dan bukan hanya itu yang bisa saya lakukan…saya juga pernah mendapatkan pelatihan khusus untuk mengecilkan maaf…vagina…Mba!” Mba Mita lebih tercengang lagi dan bertanya, “…ah yang bener Mas…sampe kebagian itu juga Mas …?!” dan kujawab, “…iya Mba…dan itu ada caranya sendiri yaitu dengan penggabungan cara pertama yang dengan tangan dan cara kedua yang dengan jilatan…!” kataku mantap. “…ih kok kayak gitu sih Mas…?” tanyanya lagi. “…kan sudah saya bilang Mba semua jadi biasa buat saya, dan kalo saja waktu itu ngga krisis moneter mungkin saya masih kerja disana Mba…dan mungkin udah lumayan mapan keadaan saya…!” lalu dijawabnya lagi, “…gajinya gede ya Mas…?” lalu kujawab, “…begitu deh Mba…belum lagi dari pasien yang saya tangani suka juga ngasih saya tip, dan asal Mba tau…kebanyakan yang datang tuh dari kalangan orang yang berada Mba…!” dan dijawab dengan anggukkan oleh Mba Mita. Dan kutambahkan lagi, “…untuk Mba silahkan mau ambil paket perawatannya yang mana ?...dan untuk Mba saya ga pasang tarif atau Mba ngga perlu bayar sekalipun ngga apa apa…asal kasih saya makan sama rokok aja…!” lalu dijawab oleh Mba Mita, “…yah jadi ngga enak sayanya Mas kalo begitu…tapi saya mau coba dulu deh Mas…nanti aku kabarin masalah waktunya…oke…!?” sambil kujawab dengan senyuman, “…siip…Mba… nanti saya usahakan agar waktunya juga tidak berbarengan dengan langganan langganan saya…!” kataku seolah selain dengan Mba Mita akupun punya acara janjian memijat dengan yang lain. Selang dua hari kemudian Mba Mita menghampiri meja kerjaku seraya duduk disebelahku dan dengan setengah berbisik Mba Mita mengatakan maksudnya, “…Mas Budi…nanti…malem sabtu suamiku berangkat ke Bali untuk tiga hari dan rencananya anak anakku mau kutitipkan di neneknya di Cipinang…kira kira Mas Budi bisa ngga kerumahku sabtu siang atau mungkin malem minggunya…?” Langsung kujawab, “…wah kebetulan bisa Mba…!, saya ada janji dengan langganan saya hari minggu sore Mba…nanti saya usahakan sabtu pagi atau siang deh Mba…!” Demikianlah akhirnya akupun bisa janjian untuk memijat tubuh Mba Mita sang sekretaris seksi itu, dan mulailah hayalan dan nafsu syahwatku kembali menyeruak dalam pikiranku. Dengan alamat yang diberikan Mba Mita pada hari sabtu pagi akupun tiba dirumahnya di Perumahan Jatinegara Baru, dan disambut dengan keramahannya, “…eh…Mas Budi udah sampe…kesasar ngga Mas…? Tanyanya. “…ngga Mba kan dulu saya pernah dua kali kerumah Mba waktu nganterin pembantu buat Mba…!” kataku. “…oh iya ya…Mas…aku sampe lupa…ayo sini masuk Mas…!” menyilahkan. Aku masuk kerumah Mba Mita yang hanya sendiri dirumah, dan hal ini semakin membuat keyakinanku untuk bisa dengan leluasa mewujudkan hayalanku untuk menikmati kehangatan tubuh seksinya. Mba Mita kembali dari dapur dengan segelas kopi panas untukku setelah itu duduk di sebelahku, sambil bersantai sejenak aku coba jelaskan lagi mengenai metode pemijatan yang akan aku lakukan. “…Mba nanti sebelum dipijat Mba Mita mandi dulu setelah itu Mba salin pakaian dengan hanya memakai kain kemben batik, dan sayapun akan mandi dulu sebelumnya…dan pemijatan yang akan saya lakukan ini sama sekali tidak memakai minyak seperti yang biasa tukang urut pakai, dan dilakukan dengan tiga cara pertama dengan cara berdiri, lalu dengan duduk dan ketiga dengan tiduran…!” Dan dijawab oleh Mba Mita, “…aku sih gimana Mas Budi aja…aku masih awam Mas…!” “…yang terpenting adalah selama dalam pemijatan Mba Mita harus santai dan usahakan untuk meresapi semua pijatan yang saya lakukan, dan syukur syukur Mba Mita bisa terangsang…dengan begitu akan mempercepat pemulihan sel sel yang mulai kendor di tubuh Mba Mita…!” demikian kataku dengan menahan batang kontolku yang sudah mulai ngaceng, khawatir kalau hal ini diketahui Mba Mita. Setelah sedikit penjelasan dariku lalu kuminta Mba Mita untuk segera mandi, dan setelah Mba Mita selesai baru giliranku untuk mandi dan kusempatkan untuk sekedar ngeloco kontolku dengan sabun dikamar mandi untuk sedikit menenangkan hatiku. Setelah selesai aku langsung diajak Mba Mita untuk masuk kekamarnya, begitu melihat Mba Mita hanya berkemben kain batik sontak batang kontolku kembali menggeliat dan serasa ingin segera merambah kedalam belantara kenikmatannya. Akupun segera mulai pemijatanku dengan posisi berdiri, dan sebelumnya aku meminta maaf kepada Mba Mita untuk memulai aktivitas pijatanku di tubuhnya, dengan instruksi dan arahan yang kuberikan Mba Mita pun menurutinya dengan perasaan yang masih canggung, dan akupun memulainya dengan deg degan. Dengan berdiri dibelakangnya aku mulai dengan mengusap dan memijat bagian pundak Mba Mita, setelah kurasa cukup pijatanku turun kepunggung dan terus kepantat Mba Mita dengan kuselingi penjelasan dan manfaat pemijatan yang aku lakukan, dan itu kulakukan dengan cara ngarang dan sok tau agar Mba Mita mengira aku sudah ahli dan mahir dengan semua olah tubuh. Dan dengan kontol yang semakin ngaceng aku terus melakukan pemijatanku keseluruh tubuh Mba Mita, dan kataku… “…maaf Mba sekarang saya mau memijat dan mengangkat bagian buah dada…terus terang saya agak canggung karena pasien saya kali ini adalah teman sekantor…!” kataku sambil bergurau. Lalu dijawabnya, “…silahkan Mas…aku ikut gimana Mas Budi aja…ga apa apa kok Mas…malah akunya terimakasih Mas Budi udah mau jauh jauh datang buat ngerawatin badan aku…!” Lalu dengan lembut akupun mulai memijat dan sesekali melakukan remasan remasan di buah dada Mba Mita yang menurut hatiku masih lumayan montok dan ngga kendor kendor banget. Sambil terus melakukan pijatan di buah dada Mba Mita aku bertanya pelan ditelinganya, “…kalo Mba Mita ngga keberatan…biasanya sambil mengolah buah dada saya juga melakukan refleksi mandi kucing dan mengurut leher pasien saya dengan lidah, gimana Mba Mita mau di urut juga kerutan dilehernya…?” “…ya udah Mas sekalian aja…di ilangin kerutannya…!” katanya. Setelah mendapat persetujuan dari Mba Mita maka dengan pelan kujulurkan lidahku menyusuri kulit putih dan mulus dileher jenjang Mba Mita, dan seketika itu pula mulai kurasakan nafas Mba Mita yang semakin memburu diselingi desahan desahan kecil yang ditahan, lalu kutambahkan lagi… “…Mba Mita usahakan untuk terangsang ya…dan ngga usah malu malu untuk mendesah ataupun merintih…!” Lalu dijawab dengan anggukan oleh Mba Mita, dan kembali ku lanjutkan jilatan jilatanku di lehernya dengan tanganku masih melakukan pijatan dan remasan di buah dada montok Mba Mita. Dan pijatanku kini kuturunkan keperut lalu kepinggul Mba Mita, dan membuat kontolku otomatis tertekan dibongkahan pantat Mba Mita, dan hal ini sedikit membuatku rada risih dan kukatakan kepada Mba Mita dengan permohonan maafku, “…maaf ya Mba… mau ngga mau punya saya jadi tertekan di pantatnya Mba nih, karena memang pada posisi ini badan saya harus menahan tekanan yang saya lakukan di tubuh Mba bagian depan…!” “…ngga apa apa kok Mas…saya maklum…udah Mas Budi ngga usah risih sama saya…!” katanya. Mendengar hal itu menjadikan aku kini tidak merasa canggung lagi, dengan batang kontolku yang saat ini terhimpit pantat Mba Mita, dan dengan semangat masih ku teruskan pijatan tanganku di paha bagian depan dan jilatan lidahku dileher Mba Mita, yang saat ini pula Mba Mita semakin terangsang dengan semakin terdengarnya desahan desahan yang di iringi rintihan dari mulut Mba Mita…sssshhhh…hhhhmmmhh….ssshh…hhhaaahhhssssfff…da n hal ini kian membuat nafsuku kian menggelegak. Setelah kurasa cukup tanpa bertanya dan mohon ijin kepada Mba Mita, aku mengambil posisi didepan tubuhnya dan ku mulai pijatan di buah dada Mba Mita lalu turun kepinggang lalu ke pantatnya, dengan posisi seperti ini seolah aku sedang memeluknya, lalu aku mulai lagi dengan menjilati leher jenjang dan mulus Mba Mita dari depan. Aku sudah tidak canggung lagi melakukan pemijatan di tubuh Mba Mita dan setelah kurasa cukup lama dengan posisi berdiri, kini saatnya kulakukan pemijatan dengan posisi duduk, lalu kuatur dudukku dengan Mba Mita yang duduk didepanku dan kurengkuh tubuh Mba Mita dari belakang dan dengan batang kontolku yang terhimpit pantat Mba Mita dan aku mulai dengan buah dadanya lagi berikut dengan jilatan jilatan lidah ku menyusuri leher dan punda serta tengkuk Mba Mita. Lalu setelah kurasa cukup aku berdiri dengan menyuruh Mba Mita duduk ditepi ranjang dengan kedua kakinya yang menjuntai kebawah, lalu dengan berjongkok didepan Mba Mita aku meminta ijin kepadanya, “…Mba…maaf sekarang saya mau melakukan refleksi dengan lidah saya di buah dada Mba Mita…gimana Mba…ngga keberatan…?” “…silahkan Mas, aku nurut aja…!” kata Mba Mita. Dengan membuka ikatan kain kemben dibagian dada Mba Mita lalu akupun mulai kujilati buah dadanya yang tidak tertutup lagi oleh kain kembennya, Mba Mita pun semakin terangsang kuperlakukan seperti ini dan semakin mendesah dan merintih kenikmatan dengan matanya yang terpejam …ssshhh…eeehhmmmssshhh…. Kulitnya yang putih dan sangat mulus dengan rambut ikal mayang, ditambah pula dengan bentuk tubuhnya yang seksi dan buah dadanya yang montok itu membuatkan aku ingin segera menggumuli Mba Mita. Wewangian tubuh Mba Mita pun memenuhi ruang kamar yang dingin dan ber-AC itu. Aku terus mengurut semakin berani,aku urut betisnya dan dia tak melarang. Sesekali wajahnya berkerut meresapi urutanku, aku teruskan mengurut, kini kain kembennya aku singkapkan sedikit dibagian paha Mba Mita. Kemaluanku sudah semakin naik dan sekuatnya aku menahan itu semua. Aku lihat Mba Mita diam saja ketika aku mulai dengan mengurut bagian pahanya. Aku semakin panas begitu merasakan kelembutan kulit paha Mba Mita. Aku urut paha Mba Mita hingga ke pangkalnya, Mba Mita hanya mendesis kegelian. Tak nampak tanda protes di wajahnya ketika aku mulai mengintimidasi paha mulus Mba Mita dengan jilatan jilatanku. Kini, aku bukan mengurut, tapi meraba dan mengelus, Aku terus raba dan usap pahanya hingga ke pangkal, sekaligus kedua-duanya. Matanya kelihatan terpejam, sesekali mendesis mengerang dengan manja. Aku meraba semaunya, dan kesempatan semacam ini ngga datang dua kali pikirku. "… ngga nyangka Mas Budi Pinter ngurut juga ya…" katanya sambil tersenyum. Aku terkejut, bersamaan dengan itu, aku melepaskan tanganku dari pahanya. “…ah biasa aja kali Mba…coba sekarang Mba Mita telungkup…!” kataku. Sekujur tubuh Mba Mita yang seksi telungkup di hadapan ku. Kemaluanku makin tegang. Dengan kain kemben yang membalut ketat ditubuh Mba Mita itu, menampakkan seluruh bentuk tubuhnya yang semakin menggiurkan. Pantatnya yang montok, pinggangnya yang ramping dengan kulitnya yang cerah membuatkan nafsuku semakin menggelegak. Tanpa buang waktu, aku letakkan kedua tapak tanganku di bahunya. Lalu aku usap, aku urutkan ke bawah. Punggungnya kuusap dan kugosok lembut. Pinggangnya aku pegang sepuasnya, sambil aku pijit pelan. Mba Mita meliuk kegelian sambil mendesis lembut. Kadang-kadang tanganku liar menjalar sampai ke pantat montoknya, aku raba dan aku remas lembut, tapi Mba Mita tidak menunjukkan tanda marah. Kali ini aku terus meremas pantatnya yang masih dibaluti kain kemben, tetapi terasa kekenyalannya karena dia tak pakai celana dalam. “…Enak betul meremas pantat bahenol Mba Mita ini…” batinku. Aku letakkan kedua tapak tanganku di bahunya, aku pijit lembut menyusuri kulit punggung Mba Mita hingga ke pantatnya. Aku alurkan jariku ke tengah punggungnya, Mba Mita merintih manja. Sesekali aku arahkan tanganku ke bawah ketiaknya hingga ke pangkal buah dadanya. Setelah itu, aku urutkan lagi sekitar bahu dan lehernya. Aku yang sudah ngaceng berat lalu aku minta ijin untuk mengambil posisi duduk dipaha bagian belakang Mba Mita. Dengan membungkuk lalu kumulai lagi urutan ku dari atas bahu Mba Mita, dengan posisi ini badanku agak menindih tubuh Mba Mita dari belakang, dan batangku aku tempelkan kebelahan pantatnya, akupun merasa Mba Mita pasti merasakan tekanan batangku dipantatnya, tapi dia tetap acuh. Aku sudah tak tahan lagi. Aku coba arahkan tanganku ke pangkal buah dadanya melalui atas. Sambil aku memijit-mijit bahu depannya, aku turun sedikit hingga ke pangkal buah dada. Dari atas jelas kelihatan buah dada Mba Mita menggantung dengan kembennya yang tidak lagi menutup dibagian itu. Aku arahkan lagi tanganku ke bahu. Kemudian turun lagi memegang buah dadanya. Sentuh saja sedikit, aku terus arahkan kembali ke bahu. Aku urut lagi. Aku sentuh lagi, kali ini agak lama…Hanya kedengaran suara desisan manjanya saja dengan diperlakukan secara demikian. Aku coba lagi. Aku pegang dan remas buah dadanya dengan lembut. Kali ini aku nekat, jari ku memilin putingnya. "Ahhh ..... mmmmmm ...." desah Mba Mita meresapi pilinanku di putingnya. Rambutnya yang ikal itu aku sibakkan serta lehernya aku usapkan dengan lembut. Harum badannya menusuk hidung, semakin membangkitkan nafsuku. Aku pijit dan urut sekitar pantatnya dengan pelan dan terus dengan gerakan keatas, lalu mulai kuurut lagi bagian paha Mba Mita, dan seterusnya aku kembali mulai dengan jilatan jilatanku dipaha bagian belakang. Setelah itu kembali secara intens kuulangi pijatanku dibongkahan pantat Mba Mita, seraya kemudian aku minta ijin merefleksi bagian pantatnya dengan lidahku. Dengan nafsuku yang terasa kian menggelegak terus kujilati pantat Mba Mita, "Mmmmm ..... mmmmm ......" suara rintihan Mba Mita lembut kedengaran. setelah kurasa cukup lama jilatanku dipantatnya aku meminta Mba Mita untuk terlantang. Lalu dengan posisi duduk disamping tubuhnya aku mulai lagi urutanku mulai dari leher jejnjangnya lalu turun kepundak dan bersemayam dikedua bukit kembar Mba Mita, lalu kupegang dengan sedikit mengangkat kepala Mba Mita sehingga leher jenjangnya memanjang, lalu kujilati lagi dengan nafsuku yang kian tidak tertahankan, Mba Mita hanya melenguh ketika jilatanku mulai turun ke buah dadanya, “…sssshhhhmmm….ssshhmm…” desahan Mba Mita kian lirih. Setelah agak lama aku mengurut dan meraba badannya, aku coba menyingkap kembali kain kembennya di bagian paha. Pelan-lahan sambil mengurut, aku ambil posisi diantara kedua paha Mba Mita yang sudah kutekuk, lagi tapak tangan aku menjalar ke seluruh permukaan kulit paha mulusnya setelah itu aku bertanya, “…maaf Mba…vagina Mba mau dirawatin juga…?” “…ya udah sekalian Mas…” katanya dengan terbata. Kusingkap kain kemben Mba Mita yang menutupi daerah vaginanya, terpampanglah kini dihadapanku vagina Mba Mita dengan jelas, lalu kusentuh dan kuusap usap pelan dan lembut belahan bibir vaginanya disambut rintihan kenikmatannya, "Ahh ..... mmmm ..... mmmmm....." Aku terus meraba vagina Mba Mita dan terus kuurut dengan lembut hingga itilnya, pantat Mba Mita terangkat menahan geli dan tangan Mba Mita yang kini meremasi sprei. Kadang jari-jari aku terbebas masuk ke dalam vaginanya, terasa sekali kelembaban dan kelembutan bagian dalam vagina Mba Mita dijari tanganku. Rintihan dan desisan manja Mba Mita membuatkan aku semakin berani, aku terus mengelusi dan mengurut bagian vagina Mba Mita perlahan-lahan. Mba Mita semakin terangsang dengan perlakuanku di vaginanya, pantatnya terangkat dan semakin membuat menggelinjang seluruh tubuhnya. Aku lihat mata Mba Mita terpejam, mungkin menanti tindakan berikutnya dariku, lalu kutundukkan kepalaku dan kudekatkan wajahku ke vagina mba Mita, dengan tanganku dibawah pantatnya lalu mulai kujilati belahan vagina Mba Mita yang wangi parfum khusus bagian kewanitaannya itu, sehingga aku pun dengan rakus kini menjilati itil dan bagian dalam vagina Mba Mita, disambut erangan dan desahan Mba Mita yang kini tidak lagi malu malu, dengan sesekali menyebut namaku… “…oohhhssshh…Maaasss…Budii…ssshhhmmm….aaahhh….oooo hhhsssshhhh…” Aku tak tahan lagi, aku terus singkap kain kemben hingga keperut Mba Mita, Sambil aku meraba dan menggosok seluruh tubuhnya badannya yang mulus itu aku raba dan urut dengan pelan dari atas ke bawah hingga melewati pinggangnya. Pantatnya yang sudah tidak tertutup kain kemben itu aku remas remas dengan lembut. Aku raba raba, aku remas-remas ke seluruh tubuhnya yang setengah telanjang itu. Kemaluanku sudah keras sekali Mba Mita mendesis lembut “…ssshhhhmmss….” Aku merangkak keatas tubuh Mba Mita dengan tangan kiriku masih intens menggarap vaginanya, lalu dengan tangan kananku kuremas buah dada kiri Mba Mita dan mulutku menjilati buah dada kanannya. Aku terus mencium, kini bagian pusarnya aku jilat. Aku turun lagi, hingga ke pangkal vaginanya. Kemudian, aku berhenti, aku lihat kemaluannya agak merah dihiasi dengan bulu-bulu halus yang tersusun rapi. Kelihatan kelentitnya yang merah bergerak-gerak pelan. Vaginanya kelihatan basah, berair, aku jadi nafsu, terus aku ulurkan jari aku ke kemaluannya. Aku usap dengan lembut bibir kemaluannya. Mba Mita mengerang sambil menggerak-gerakkan pantatnya. Aku mainkan kemaluannya, kelentitnya aku gigit pelan, dan terangkat pantatnya menahan kenikmatan itu. Kelentitnya aku mainkan dengan lidahku, berulang-kali, tiba-tiba tubuh Mba Mita mengejang lidah dan bibirku terasa basah. "Ahhhhhh ........ hhhhhhhhhh ............" Rupa-rupanya Mba Mita sudah mencapai klimaksnya. Aku berhenti menjilat dan usapkan bibirku dengan sprei kasurnya. Aku kembali memainkan jariku di vaginanya. Aku masukkan sedikit, dia mengerang. Aku tusuk dan tarik lagi, dia mengerang makin kuat, suaranya semakin menaikkan nafsuku. Aku coba lagi mendekatkan mulutku ke leher Mba Mita, aku dapat menghirup harum tubuhnya. Tanpa kuduga kini Mba Mita mulai merengkuh kapala dan menjambaki rambutku dengan diiringi desahan dan erangan Mba Mita, “…ssshh…Maaasss…aku ngga tahan Maaasshh…aaahhh….Maaassshh…” Lalu kuciumi dengan nafsuku yang mulai tidak tertahankan Aku kecup lagi, dan terus aku melarikan ciuman ke seluruh tubuhnya. Aku arahkan mulutku hingga ke pantat. Pantat itu aku cium dan aku jilati, sambil tangan meneruskan rabaan, suara rintihan Mba Mita makin jelas. Dan lagi lagi aku kaget dengan menarik kepalaku keatas dan Mba Mita melumat mulutku dengan penuh nafsu, “hm…inilah yang aku tunggu tunggu…pikirku…” Lalu dengan serta merta kusambut lumatan bibir Mba Mita, dan kini aku tidak lagi terfokus pada pemijatan yang tadi kulakukan, dan dengan penuh nafsu akupun mulai mengimbangi Mba Mita yang sudah begitu bernafsu. Tangannya masih dilingkarkan di bahuku. Kami masih saling melumat. Aku menindih Mba Mita sambil meneruskan Ciumanku, aku arahkan ke lehernya, kemudian terus hingga ke buah dadanya. Aku hisap dan gigit putingnya, bergantian, kiri dan kanan. Mba Mita menggeliat keenakan. Aku hisap semaunya, dengan diiringi oleh rintihan dan desahan Mba Mita. "Please ... ssss ....Maas aku ngga kuat Maass...." pinta Mba Mita dengan suara yang tersendat-sendat sambil memegang erat leherku. Aku mendekap tubuh Mba Mita dan dengan penuh nafsu kuhujani tubuh seksinya dengan jilatan jilatan lidahku dan rabaanku disekujur tubuhnya. Lubang kemaluannya yang sudah sangat basah, kukocok dengan jari tengahku dan Mba Mita kini dengan tangannya mulai memegang dan meremasi batang kontolku, lalu kuturunkan celana kolorku dengan disambut tangan Mba Mita yang menarik dan menuntun kearah liang vaginanya. Aku gesek gesekkan ujung kemaluanku bermain-main di sekmitar bibir vaginanya, Mba Mita makin mengerang kuat. Ujung kemaluanku yang basah lekat dengan vaginanya yang berair itu membuatkan aku makin nafsu. Perlan-lahan aku tusuk vagina Mba Mita, Terasa sempit, Sulit juga untuk diterobos, atau mungkin kontolku yang kegedeanMba Mita menjerit kecil sambil mengeratkan lagi rangkulannya begitu kupaksa masuk batang kontolku. "Arghhhhh.....hhhhhh......Mas...Budi…pelan Mas…oohh…!" Batang kemaluanku, kubenamkan dalam dalam, sampai habis seluruhnya. Sejenak aku membiarkan batang kontolku berendam dalam lubang kenikmatan Mba Mita, sambil kami terus saling pagut dan lumat. Setelah itu, dengan pelan aku angkat dan tusuk kembali. Suara rintihannya memberi semangat ayunanku. Aku genjot lagi, mataku terpejam menahan kenikmatan yang luar biasa ini. Setelah puas dengan posisi itu, aku angkat Mba Mita sambil aku duduk bersila. Kemudian, aku dorong agar vaginanya ke arah batangku. Mba Mita ku dudukkan atas batangku. Kini dia yang melakukan gerakan. Mba Mita mengayuh tubuhnya atas bawah sambil mengerang dengan tanganku memeluk tubuhnya. Suara kami seolah bersautan mengerang keenakan. Aku lonjorkan kaki dan membaringkan badan dengan Mba Mita masih berada di atas. Aku rasa batangku agak sakit, seperti mau patah. Kemudian aku kembali ke posisi seperti tadi. Sekali lagi tubuh Mba Mita mengejang, klimaksnya datang lagi, terasa basah batang ku didalam vaginanya. Aku telungkupkan Mba Mita dan aku angkat pinggangnya, nungging sedikit. Kelihatan lubang vaginanya yang basah menanti batangku. Aku terus sorongkan batang kemaluanku ke dalam vaginanya dari arah belakang. Terasa sedikit sempit. Aku dayung dengan lembut dan makin laju. Rintihannya berselang seling dengan suaraku yang mengerang keenakan. Sambil menusuk, aku mainkan teteknya, putingnya aku pilin-pilin sampai aku merasa hendak keluar, lalu aku cabut kontolku. Aku menelentangkannya lagi dan kami berpelukan lagi. Aku mengistirahatkan kontolku sebentar agar tidak cepat cepat ngecrot. Ketika sudah kembali terkontrol, aku kembali dorong kontolku ke lubang vaginanya. Aku dayung dengan laju, makin laju dan terasa dihujung kontolku seperti gunung berapi yang hendak memuntahkan lavanya, dan ....... "Arrrggghhhhh ........" Satu letupan air mani menerjang ke dasar vagina Mba Mita diikuti jeritan kenikmatan yang maksimum keluar dari mulut Mba Mita dengan keadaan tubuh yang kejang. Rupa-rupanya, kami mencapai klimaks bersama. Terasa kebasahan di dalam vaginanya, air maniku berpadu dengan air maninya. Aku biarkan kontolku terendam di situ buat sementara. Peluh yang memercik telah membasahi badan kami. Aku keletihan, begitu juga dengan Mba Mita, kami terkapar bersama di pulau impian setelah berdayung di lautan berahi yang bergelora. Malam itu, kami tidur bersama dalam keadaan telanjang dan berpelukan. Nyenyak karena telah mengarungi lautan asmara bersama. ------------------------------------------------------------------- Bagi yang ingin berbagi cerita pengalaman seksnya silahkan inbox aja ya (y) --------------------------------------------------
Posted on: Thu, 22 Aug 2013 03:40:38 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015