*Pandit Football Indonesia Mengulas (Lengkap) Permainan Timnas - TopicsExpress



          

*Pandit Football Indonesia Mengulas (Lengkap) Permainan Timnas Senior Saat Raih Poin Pertama di Pra Piala Asia 2015 Menghadapi China dalam kualifikasi Piala Asia 2015 kemarin (15/10), timnas Indonesia mendapatkan satu poin. Indonesia sempat ketinggalan terlebih dahulu melalui gol Wu Xi, namun mampu menyamakan melalui gol Boaz Solossa. Skor 1-1. Serangan China Lewat Sayap China membangun serangannya dari sayap, walau dengan arah yang berbeda. Di 15 menit awal pertandingan bola dialirkan melalui sayap kanan, kemudian dialihkan ke sayap kiri. Tujuannya adalah untuk memberikan umpan silang lambung pada para pemain China yang memiliki aerial duel baik. Karena itu, Yu Da Bao (nomor punggung 22), Wu Lei (20), atau Zang Xizhie (21) selalu berada di kotak penalti saat umpan silang diberikan. Di babak pertama, salah satu dari ketiganya kerap tidak terkawal oleh pemain belakang Indonesia. Saat bola tidak dialirkan melalui umpan silang, maka pemain China akan membawa bola hingga ke dekat garis gawang dan memberikan umpan ke belakang. Yongpo sebagai Penghambat Aliran Bola Pertama Indonesia sebenarnya merancang serangan yang disusun dari bawah. Saat kiper I Made Wirawan memegang bola, maka duet center-back Igbonefo-Robby akan membuka ke labar lapangan, sementara kedua fullback akan sedikit naik ke atas. Bola lantas akan dialirkan lebih dulu ke salah satu dari Robby atau Greg Nwokolo. Skenario ini dimungkinkan karena China turun dengan formasi 4-2-3-1 dengan Yu Dabao sendirian di depan. Ini hal yang sudah diprediksi oleh Jacksen Tiago. Saat Robby-Igbonefo bergerak ke lebar lapangan, akan terjadi 1 [Dabao] vs 2 [Igbonefo-Robby]. Tapi Cina membuat taktik yang penting: Yong Po (8) justru sering naik sejajar dengan Dabao. Ini sering terjadi saat Indonesia menguasai bola, termasuk saat Indonesia mulai memasuki pertahanan lawan. Maka skenario 1 vs 2 tak berjalan, yang muncul justru 2 [Dabao-Yongpo] vs 2 [Igbonefo-Robby]. Seharusnya itu membuat Indonesia bisa lebih nyaman menguasai lini tengah karena ada 4 pemain yang bergerak di lini tengah, yaitu Bustomi sebagai pelindung back-four, Maitimo yang banyak melapisi Sanadi, Taufik yang banyak bergerak ke sisi kanan, serta Slamet Nur Cahyo sebagai gelandang serang. Sementara jika Yongpo sejajar dengan Dabao di depan, maka hanya menyisakan 2 gelandang yaitu Zheng Zhi (10) dan Yanghao (19). Keadaannya 4 vs 2. Sayangnya, ini kurang berhasil dimanfaatkan. Sebagai akibat posisi Yongpo dan Dabao yang kerap sejajar saat Indonesia mulai membangun serangan, duet center-back pun tidak berani naik dan tetap tertahan di belakang. Imbasnya, Bustomi pun tidak cukup berani naik ke depan guna menjaga surplus pemain di jantung pertahanan yaitu agar 3 vs 2, bukan 2 vs 2. Dieksploitasi Wu Xi Di menit-menit awal pertandingan, Wu Xi yang bermain sebagai fullback kanan terlihat sering mengeksploitasi area kiri Indonesia. Slamet Nur Cahyo pun kurang mampu untuk memberikan proteksi pada Ruben dalam menjaga area kiri pertahanan Indonesia, sehingga Indonesia kerap menerima serangan di sisi kiri pertahanan. Pada laga ini Slamet memang terlihat gugup. Bagus dalam mengalirkan bola, namun kurang bisa dalam melakukan pressing terhadap lawan. Hal ini juga yang menyebabkan dia akhirnya digantikan oleh Titus Bonai. Sebenarnya, serangan dari sisi kanan China sepertinya diantisipasi oleh Jacksen. Menempatkan 3 gelandang di depan pertahanan [Taufiq agak kanan, Bustomi tepat di depan center back dan Maitimo agak ke kiri], dua gelandang [Taufiq-Maitimo] memang bertugas salah satunya untuk ikut melindungi kedua fullback Indonesia. Maitimo banyak bergerak membantu Sanadi. Itulah kenapa China, kendati dominan menyerang dari kanan, akhirnya lebih sering menyerang dari umpan-umpan panjang yang langsung dialirkan baik dari lini tengah maupun lini belakangnya. Ini berbeda dengan sisi kanan yang dibangun dari umpan pendek, karena adanya kombinasi antara Liu Jianye – Wu Lei – Sun Xiang. Kosong di Tengah Menyerang lewat sayap, China sering kali membiarkan lini tengahnya kosong. Wang Yong Po yang berperan sebagai attacking midfielder, ditempatkan di depan bergantian dengan Yu Dabao untuk menusuk kotak penalti Indonesia. Pemain ini juga dengan bebasnya bergerak di antara DM dan keempat bek Indonesia. Sementara itu gelandang lainnya Liu Jianye (13) juga lebih sering bergerak di sayap kiri dan naik perlahan melalui umpan satu-dua dengan fullback kiri China, Sun Xiang. Hanya Yang Hao (19) yang ditempatkan statis dekat kedua centerback dengan sesekali Zang Xizhie turun ke bawah untuk menjemput bola. Lini tengah China yang kosong ini dihadapkan dengan trio gelandang Indonesia Taufik-Maitimo-Bustomi. Akibatnya, jarang sekali serangan China yang sukses dilakukan lewat tengah. Kalaupun dilakukan dari tengah, di sepertiga lapangan akhir tetap dialirkan ke arah sayap (terlihat dari grafik passing di area sepertiga lapangan akhir di bawah ini). Sayangnya, ini kurang dimanfaatkan oleh Indonesia. Slamet seharusnya bisa menopang Boaz dan Greg dengan menjadi penyambung antara unit bertahan ke lini depan. Tapi Slamet terlihat gugup di laga ini. Tugas itu gagal diemban oleh Slamet dan itulah sebabnya Jacksen memutuskan menariknya menjelang babak I berakhir. Greg Dibiarkan Sendiri Dengan memilih Boaz dan Greg, Jacksen jelas memang tidak mengharapkan keduanya banyak statis di lini depan. Skenarionya: Boaz-Greg ditempatkan menggantung di lebar lapangan dan membiarkan area di depan center-back China kosong. Perbedaannya: Greg lebih banyak membongkar dari sisi kanan, sementara Boaz dari sisi kiri justru banyak bergerak masuk ke tengah. Sayangnya, Tinus Pae kerap terlambat naik untuk melakukan support terhadap Greg, akibatnya serangan Indonesia kerap gagal karena mayoritas serangan Indonesia diawali dari sisi kanan yang ditempati oleh Greg sendiri. Apalagi dalam membangun serangan pun Tinus Pae acap melakukan passing-passing yang tidak tepat. Begitu pun Taufiq, dia yang harusnya bergerak ke kanan, baik untuk membantu Tinus saat bertahan maupun mendukung Greg saat menyerang, kerap terlambat bergerak karena terlalu statis posisinya di kedalaman lapangan sendiri. Jika Taufiq-Tinus ada di performa maksimal, bersama Greg, sebenarnya akan ada 3 pemain yang bisa berkombinasi menyerang dari sisi kanan. Sisi kiri di depan yang ditempati Boaz memang tidak banyak memberikan tekanan. Faktor utamanya karena Maitimo memang lebih difokuskan melindung Ruben Sanadi dari tekanan China yang banyak menyerang dari sisi Ruben. Itulah sebabnya Boaz tidak menyisir sisi kiri, tapi banyak bergerak ke dalam. Akibatnya serangan Indonesia pun dengan mudah bisa dipatahkan oleh China. Dari grafik defensive action China juga terlihat bagaimana serangan dari arah kanan dipatahkan oleh mereka. Pengaruh Titus Bonai Indonesia memainkan Greg dan Boaz di Sayap sementara Slamet sebagai attacking midfielder. Greg dan Boaz sendiri menggantung di kedua sayap meski sering kali bertukar posisi dari kiri ke kanan. Ini berarti timnas tidak memainkan satu striker statis, sebagaimana saat Indonesia bertemu Filipina dan Sergio van Dijk tidak diturunkan. Di babak pertama, skema ini belum berjalan akibat tidak ada pressing yang dilakukan oleh Slamet kepada Yang Hao (DM). Dengan Bustomi dan Taufiq yang bermain terlampau dalam, otomatis serangan hanya bertumpu pada Greg dan Boaz, dengan aliran bola dari tengah lapangan melalui umpan lambung. Pemain China pun dengan mudah mengintersepsi umpan tersebut. Ini berbeda dengan babak kedua. Titus Bonai memberikan pressing, sehingga perlahan Bustomi dan Taufiq bisa memasuki area pertahanan China. Bola memang tetap diberikan pada Boaz dan Greg di sayap, namun dengan menggunakan umpan pendek (lihat grafik passing babak pertama dan kedua). Pengaruh ini pun bisa terlihat pada babak pertama. Pada gol pertama, Bustomi bisa menusuk hingga kotak penalti untuk memberikan umpan pada Boaz. Perubahan China di Babak II Menyadari bahwa taktik menyerang dari kanan juga sudah diantisipasi Indonesia [dengan memerintahkan Maitimo banyak melindungi Sanadi], China mengubah arah serangan. Di babak II, China lebih banyak menyerang dari sisi kiri. Terlebih China melihat Pae sebagai fullback kanan memang tidak terlalu bagus sepanjang babak I. Terlihat dalam chalkboard passing China di babak II, sisi kiri mereka jadi lebih aktif menyerang, sementara sisi kanan mulai cenderung bermain lebih ke dalam. Beruntung, Jacksen dengan tepat memutuskan mengganti Tinus Pae yang memang bermain di bawah ekspektasi dengan Hasim Kipuw. Memasuki 15 menit terakhir, tim China membuat perubahan taktik dengan mendorong Zheng Zhi yang sebelumnya menjadi center-back untuk maju ke depan menjadi tembok pantul. China kemudian menyisakan tiga bek di belakang, yaitu Du Wei, Sun Xiang, dan Wu Xi. Namun China sendiri berani melakukan hal itu karena semenjak menit 54 mulai memperkuat lini tengahnya dengan memasukkan Jiang Ning untuk menggantikan Zhang Xizhe. Pemain ini bersama dengan Yang Hao berada dekat dengan ketiga bek. Sadar akan skema sayap mereka yang mudah ditebak, China memang mengubah cara mereka masuk ke dalam kotak penalti dengan umpan 1-2 dengan Zheng Zhi menjadi tembok pantulnya. Wajar memang mereka ngotot ingin melakukan serangan habis-habisan karena target mereka adalah memenangkan pertandingan. Kesimpulan China memang mendominasi permainan, tapi terlihat kalau Jacksen sebenarnya sudah menduga bagaimana serangan China akan dilakukan. Skema 3 gelandang di depan pertahanan [Taufiq, Bustomi, Maitimo] adalah anti-taktik Jacksen terhadap serangan China yang banyak dari sisi kanan dan diakhiri dengan umpan-umpan tarik ke depan center-back Indonesia. Babak I memang terlihat sangat rawan bagi Indonesia. Performa kurang maksimal dari Slamet Nur Cahyo dan Tinus Pae memang menggerogoti skema yang dirancang Jacksen sejak awal. Belum lagi kejelian pelatih China yang membiarkan Yongpo banyak sejajar dengan Dabao juga menyulitkan skema merancang serangan secara rapi dari belakang. Tapi Jacksen memperbaiki hal itu dengan memasukkan Tibo dan Kipuw menggantikan Slamet dan Tinus. Sejak itu, Indonesia jadi lebih berbahaya ketimbang babak I. Gol yang dicetak Boaz pun tak lepas dari perubahan taktikal ini. Ini bukan performa gemilang timnas Indonesia setelah publik disodori performa ciamik timnas U-19. Tapi setiap tim memang punya kesulitan dan kekuatannya masing-masing. Apa yang dilakukan Jacksen semalam, dengan materi pemain yang diambil dari kompetisi, setidaknya membuahkan hasil poin pertama dari 3 laga timnas. Perubahan taktikal yang dilakukan Jacksen di babak II terbukti membawa perubahan signifikan. Bahwa perubahan taktikal itu tidak membuahkan hasil kemenangan, setidaknya itu menjelaskan: taktik yang tepat bisa mendongkrak performa tim, tapi sejauh mana permainan akan berhasil diangkat oleh taktik memang sangat dipengaruhi oleh teknik dan skill dasar para pemainnya. === * Ditulis oleh Pandit Football Indonesia.
Posted on: Wed, 16 Oct 2013 14:01:44 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015