20 Pertanyaan @Bandar Khalifah yang harus dijawab Indonesia For - TopicsExpress



          

20 Pertanyaan @Bandar Khalifah yang harus dijawab Indonesia For Jesus, yang kelima: 5. Jika Yesus adalah Tuhan, mengapa ia ketika hendak membangkitkan Lazarus dari dalam kubur di depan umat Israel memohon pertolongan kepada Bapa? Maka mereka mengangkat batu itu. Lalu Yesus menengadah ke atas dan berkata: "Bapa, Aku mengucap syukur kepada-Mu, karena Engkau telah mendengarkan Aku. Aku tahu, bahwa Engkau selalu mendengarkan Aku, tetapi oleh karena orang banyak yang berdiri di sini mengelilingi Aku, Aku mengatakannya, supaya mereka percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku." Dan sesudah berkata demikian, berserulah Ia dengan suara keras: "Lazarus, marilah ke luar!" Orang yang telah mati itu datang ke luar, kaki dan tangannya masih terikat dengan kain kapan dan mukanya tertutup dengan kain peluh. Kata Yesus kepada mereka: "Bukalah kain-kain itu dan biarkan ia pergi." (Yohanes 11:41-44) --------------------------------------------------------------------------- Mukjizat kebangkitan Lazarus merupakan tanda bahwa Yesus adalah kebangkitan dan hidup. Peristiwa tersebut memperlihatkan apa yang dapat dilakukan Allah untuk semua orang yang percaya yang telah mati karena mereka juga akan dibangkitkan (Yoh 14:3; 1Tes 4:13-18). Mukjizat ini merupakan soal terakhir yang menyebabkan para pemimpin Yahudi mengambil keputusan untuk membunuh Yesus (ayat Yoh 11:45-53). Bagaimana mujizat itu dilakukan. Tertarik dengan diangkatnya batu itu, para penonton yang mengelilingi kuburan itu. bukan untuk menyaksikan debu kembali ke debu, tanah kembali ke tanah, melainkan untuk menyambut debu dari debu. dan tanah dari tanah lagi. Setelah harapan mereka bangkit lagi. Tuhan Yesus kita pun mulai melakukan pekerjaan-Nya. 11:42 , "Aku tahu, bahwa Engkau selalu mendengarkan Aku, tetapi oleh karena orang banyak yang berdiri di sini mengelilingi Aku, Aku mengatakannya, supaya mereka percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku." 11:43, Dan sesudah berkata demikian, berserulah Ia dengan suara keras: "Lazarus, marilah ke luar!" Catatan: Lazarus, keluar! Pembangkitan Lazarus menjadi "tanda" bahwa Yesus mengalahkan kematian; dan "tanda" bahwa Ia dapat memberi hidup bagi orang yang percaya; dan "tanda" bahwa Dia-lah Yang Diutus (seperti yang dimaksudkan ayat 42, lihat keterangan dalam Yohanes 3:2); dan juga sekaligus "tanda" bagi kebangkitan diriNya yang akan terjadi tidak berapa lama lagi. 1. Ia mengarahkan diri-Nya sendiri kepada Bapa-Nya yang hidup di sorga. demikianlah Ia memanggil-Nya (Yohanes 5:17), dan mengarahkan mata-Nya kepada-Nya. (1) Sikap tubuh yang ditunjukkan-Nya mengandung makna yang mendalam: Ia menengadah ke atas, sebuah sikap jasmani yang menunjukkan pengangkatan pikiran. untuk menunjukkan kepada semua orang di sekeliling-Nya dari mana kuasa-Nya berasal, dan juga untuk memberikan sebuah teladan bagi kita. Sikap tubuh seperti inilah yang harus kita lakukan (Yohanes 17:1). Orang-orang duniawi akan menertawakan hal ini, tetapi di sini yang hendak ditekankan secara khusus kepada kita adalah untuk mengangkat hati kita kepada Allah yang ada di sorga. Sebab, apakah doa itu, selain mengangkat jiwa kepada Allah dan mengarahkan kasih sayang dan perasaan kita ke sorga? Kristus menengadah ke atas, melihat ke atas, melihat jauh melampaui kubur di mana Lazarus terbaring, dan mengatasi segala kesulitan yang terbentang di hadapan-Nya, supaya dengan teguh la dapat mengarahkan mata-Nya kepada Kemahakuasaan ilahi. Dengan ini Ia hendak mengajari kita supaya berlaku seperti Abraham, yang imannya tidak menjadi lemah, walaupun Ia mengetahui, bahwa tubuhnya sudah sangat lemah, dan bahwa rahim Sara telah tertutup. Abraham sama sekali tidak mempedulikan semua itu, sehingga ia pun memperoleh tingkat iman yang tinggi sampai tidak menjadi bimbang karena ketidakpercayaan (Roma 4:20). (2) Kristus memalingkan hati-Nya kepada Allah dengan keyakinan dan kepercayaan yang sangat besar: Bapa, Aku mengucap syukur kepada-Mu, karena Engkau telah mendengarkan Aku. [1] Melalui teladan-Nya itu, di sini la hendak mengajarkan kita, Pertama, supaya memanggil Allah sebagai Bapa dalam doa kita. dan untuk menghampiri-Nya sebagaimana anak-anak menghampiri ayah mereka, dengan sikap hormat dan rendah hati, namun dengan keberanian yang kudus. Kedua, supaya memuji Bapa dalam doa-doa kita dan mengucap syukur kepada-Nya atas pertolongan yang telah Ia berikan kepada kita sebelumnya, saat kita datang untuk memohon belas kasihan yang lain. Pengucapan syukur yang diarahkan bagi kemuliaan Allah (dan bukannya kemuliaan untuk diri kita sendiri seperti perkataan Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, yang terlontar dari mulut orang Farisi), merupakan sarana yang layak untuk mengalaskan segala permintaan kita. [2] Tetapi, pengucapan syukur Sang Juruselamat kita di sini dimaksudkan untuk mengungkapkan keyakinan-Nya yang tidak tergoyahkan dalam keberhasilan mujizat yang hendak dilakukan-Nya sebentar lagi, yang diperbuat melalui kuasa-Nya dengan persetujuan Bapa-Nya: "Bapa. Aku mengucap syukur kepada-Mu, karena kehendak-Ku dan kehendak-Mu, seperti yang selalu demikian. sejalan dalam perkara ini." Elia dan Elisa juga membangkitkan orang mati, tetapi sebagai hamba-hamba Allah saja, melalui permohonan mereka yang tulus. Akan tetapi, Kristus melakukannya sebagai seorang Anak. melalui wewenang-Nya sendiri sebagai seorang yang memiliki hidup dalam diri-Nya sendiri, dan kuasa untuk membangkitkan siapa pun yang Ia kehendaki, dan la menyatakan ini sebagai perbuatan-Nya sendiri (ayat 11): Aku pergi ke sana untuk membangunkan dia dari tidurnya. Walaupun begitu. Ia tetap berkata seolah-olah Ia memperoleh kuasa itu melalui doa, sebab Bapa-Nya mendengarkan Dia: mungkin saja Ia telah mendoakan hal itu saat hati-Nya masygul, lagi dan lagi (ayat 33, 38), melalui sebuah doa di dalam relung hati, dengan kemasygulan yang tidak terucapkan. Pertama, Kristus menyebut mujizat ini sebagai jawaban dari sebuah doa: 1. Untuk merendahkan diri-Nya. Meskipun Ia adalah Sang Anak, Ia tetap belajar untuk taat, untuk meminta dan menerima. Mahkota-Nya sebagai Sang Perantara dikaruniakan kepada-Nya melalui sebuah permintaan, walaupun itu adalah hak-Nya (Mazmur 2:8; Yohanes 17:5). Dia berdoa bagi kemuliaan yang te¬lah la miliki sebelum dunia ada, sekalipun Dia bisa saja menuntut-Nya karena Ia tidak pemah kehi¬langan hak atas kemuliaan itu. 2. Oleh karena la berkenan untuk menghormati doa, dan menjadikannya kunci untuk membuka peti harta yang berisikan kuasa dan kasih karunia ilahi. Dengan demikian, Ia hendak mengajari kita untuk masuk ke dalam tempat kudus melalui doa dan penerapan iman kita yang sungguh-sungguh. Kedua, dengan penuh keyakinan bahwa doa-Nya telah dijawab. Kristus pun menyatakan: a. Pengabulan jawaban doa-Nya itu dengan penuh rasa syukur: Aku mengucap syukur kepada-Mu. karena Engkau telah mendengarkan Aku. Sekalipun mujizat itu sendiri belum dilakukan, tetapi doa itu sudah terjawab dan Kristus pun bersuka ria sebelum kemenangan-Nya terjadi. Tidak ada seorang pun yang dapat mengaku-ngaku memiliki keyakinan sebesar Kristus itu. Namun demikian, melalui iman akan janji Allah. kita pun dapat memperoleh belas kasihan sebelum hal itu benar-benar diberikan, dan bersukacita serta bersyukur kepada Allah walaupun belum memperoleh belas kasihan itu. Dalam renungan-renungan Daud. mazmur yang sama yang diawali dengan doa untuk mohon belas kasihan selalu ditutup dengan pengucapan syukur atasnya. Perhatikan: (a) Belas kasihan yang diberikan sebagai jawaban doa harus diakui dengan cara istimewa melalui pengucapan syukur. Selain belas kasihan itu sendiri. kita pun harus menghargai pengabulan doa itu sendiri sebagai sebuah kebaikan besar karena doa -doa kita yang sederhana telah didengar. (b) Kita harus menyambut penampakan awal atas jawaban doa kita dengan pengucapan syukur sedini mungkin. Sebagaimana Allah menjawab kita dengan belas kasihan-Nya, bahkan sebelum kita memanggil- Nya, dan mendengarkan kita bahkan ketika kita masih berbicara, begitu pula kita harus menjawab Dia dengan pujian bahkan sebelum Ia mengaruniakan belas kasihan-Nya itu. dan mengucap syukur kepada-Nya sementara Ia tengah menyampaikan kabar baik dan perkataan yang menghibur. b. Keyakinan-Nya yang penuh keceriaan akan jawaban atas doa-Nya di setiap waktu (ayat 42): Aku tahu. bahwa Engkau selalu mendengarkan Aku. Janganlah ada orang yang berpikir bahwa ini hanyalah sebuah kebaikan luar biasa yang hendak diberikan kepadaNya sekarang. sesuatu yang tidak pemah Ia peroleh sebelumnya. dan yang tidak akan lagi Ia miliki setelah itu. Tidak, Dia selalu memiliki kuasa ilahi yang sama, yang menyertai-Nya dalam setiap pekerjaan yang Ia lakukan, dan Ia selalu mengerjakan apa yang seturut dengan hikmat Allah. "Aku mengucap syukur" (kata-Nya) "sebab dalam perkara ini pun Engkau mendengarkan-Ku. sebab Aku yakin selalu didengar dalam segala hal." Lihatlah di sini: (a) Betapa pentingnya kedudukan Tuhan Yesus di sorga. Bapa selalu mendengar-Nya, dan la selalu dapat menghampiri-Nya setiap waktu. dan berhasil dalam menunaikan setiap tugas yang diemban-Nya. Dan kita juga dapat yakin bahwa kedudukan pentingnya itu tidak berkurang dengan kepergian-Nya ke sorga, dan karena itu kita dapat tetap berteguh untuk menggantungkan diri pada doa-doa syafaat-Nya dan menaruh semua permohonan kita ke dalam tangan-Nya. sebab kita yakin bahwa Bapa selalu mendengar-Nya. (b) Keyakinan-Nya akan kedudukan-Nya yang penting itu: Aku tahu. Ia sama sekali tidak pemah meragukan hal itu, tetapi benar-benar merasa puas dalam pikiran-Nya sendiri akan perkenanan Bapa-Nya terhadap Dia dan akan kesesuaian Bapa dengan Dia dalam segala hal. Kita tidak dapat memiliki keyakinan seteguh yang dimiliki Yesus, tetapi kita tahu bahwa Ia akan mengabulkan apa saja yang kita minta menurut kehendak-Nya (l Yohanes 5:14-15). Ketiga, namun, mengapa Kristus harus menunjukkan di depan khalayak ramai bahwa Ia memperoleh kuasa untuk melakukan mujizat itu melalui doa? Ia pun menambahkan, "Karena orang banyak yang berdiri di sini mengelilingi Aku, supaya mereka percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku," Sebab, doa juga dapat dipakai untuk berkhotbah. 1. Hal itu dimaksudkan untuk menghapuskan keberatan dan tuduhan para musuh-Nya. Orang-orang Farisi dan antek-antek mereka telah menghujat Dia melakukan mujizat dengan bantuan Iblis, Sekarang, untuk membuktikan sebaliknya. kini Ia pun terang-terangan memohon kepada Allah melalui doa-doa, bukan mantera-mantera, bukan bisik-bisik dan komat-kamit seperti orang-orang yang meminta petunjuk kepada arwah dan roh-roh peramal (Yesaya 8:19), tetapi dengan pandangan yang menengadah dan suara yang menyatakan hubungan dan ketergantungan-Nya pada sorga. 2. Hal itu dimaksudkan untuk meneguhkan iman orang-orang yang berpihak kepada-Nya: supaya mereka percaya. bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku, bukan untuk membinasakan hidup manusia, melainkan untuk menyelamatkan mereka, Untuk membuktikan bahwa Allah-lah yang mengutusnya, Musa membuat tanah terbelah dan menelan orang-orang (Bilangan 16:31). sedangkan Elia membuktikan dirinya diutus Allah dengan membuat api turun dari langit dan memusnahkan manusia. Demikianlah, hukum Taurat adalah tata aturan yang memberi penghukuman dan kematian. tetapi Kristus membuktikan amanat-Nya dengan membangkitkan hidup orang yang telah mati. Beberapa orang mengartikannya demikian: Seandainya Kristus secara terbuka mengumumkan bahwa mujizat-Nya itu dilakukan dengan kuasa-Nya sendiri, beberapa murid-Nya yang beriman lemah, yang belum memahami sifat keilahian-Nya, mungkin akan mengira bahwa Ia terlalu menyombongkan diri-Nya, sehingga mereka bisa saja tersandung karena itu, Bayi-bayi seperti mereka belum sanggup diberi makanan keras seperti itu. sehingga Ia pun memilih untuk menyatakan bahwa kuasa-Nya itu Ia peroleh dan terima dari Allah. Dengan begitu, Ia menyangkal diri-Nya. su-paya Dia dapat berbicara dengan lebih jelas kepada kita. Non ita respexit ad swam dignitatem atque ad nostram salutem - Dalam apa pun yang Ia katakan. Ia lebih mementingkan keselamatan kita daripada kehormatan-Nya sendiri. - Jansenius (seorang theolog Belanda abad keenam belas - pen.). 2. Kini Ia mengalihkan perhatian-Nya kepada kawan-Nya yang sudah terbujur kaku di dalam tanah. Berserulah Ia dengan suara keras: Lazarus. marilah ke luar! (1) Kristus bisa saja membangkitkan Lazarus dengan mengerahkan kuasa dan kehendak-Nya secara diam-diam, dan bekerja tanpa terlihat melalui Roh kehidupan. Namun demikian. Ia melakukannya melalui sebuah panggilan yang nyaring, [1] Untuk memaknai kuasa yang dikerahkan dalam membangkitkan Lazarus, bagaimana Ia menciptakan hal yang baru ini. Dia berfirman, dan hal itu pun terjadi. Ia berseru dengan suara nyaring, untuk menandakan kebesaran pekerjaan itu dan kebesaran kuasa yang di-gunakan. dan untuk menyemangati diri-Nya sendiri bahwa seolah-olah Ia sedang menyerang gerbang maut, bagaikan para serdadu yang menyerang sambil berseru nyaring. Untuk memanggil Lazarus, memang selayaknya dilakukan dengan seruan nyaring, sebab. Pertama, jiwa Lazarus yang hendak dipanggil kembali berada di tempat yang jauh. Jiwanya tidak berkeliaran di sekitar kubur sebagaimana yang dibayangkan orang-orang Yahudi, melainkan telah dipindahkan ke Hades (dunia orang mati). dunia roh, Jadi. wajar saja untuk berseru nyaring saat kita memanggil seorang yang sudah jauh. Kedua, tubuh Lazarus yang hendak dipanggil itu kini telah tertidur, dan kita memang biasa berseru nyaring saat hendak membangunkan seseorang dari tidurnya. Kristus berseru dengan suara nyaring supaya tergenapilah firman Allah (Yesaya 45:19): Tidak pemah Aku berkata dengan sembunyi atau di tempat bumi yang gelap. [2] Untuk menjadikannya sebagai perlambang atau gambaran akan pekerjaan ajaib lainnya, terutama kebangkitan-kebangkitan lain yang hendak diperbuat Kristus dengan mengerahkan kuasa-Nya. Seruan nyaring itu menjadi gambaran dari, Pertama, panggilan Injil, yang melaluinya jiwa-jiwa yang mati dibangkitkan dari kuburan dosa. Inilah kebangkitan yang dibicarakan oleh Kristus itu (Yohanes 5:25), dan yang dimaksudkan oleh perkataan-Nya itu (Yohanes 6:63). Kini, melalui peristiwa Lazarus ini la pun memberikan contoh tentang kebangkitan itu. Melalui firman-Nya, Ia berkata kepada jiwa-jiwa itu, "Engkau harus hidup" (Yehezkiel 16:6), "Bangkitlah dari antara orang mati" (Efesus 5:14). Roh kehidupan dari Allah memasuki orang-orang yang telah mati dan kering tulang belulangnya, ketika Yehezkiel bernubuat tentang mereka (Yehezkiel 37:10). Orang-orang yang berkesimpulan atas dasar perintah untuk berbalik dan hidup tersebut, bahwa Dia memiliki kuasa dalam diri-Nya sendiri untuk mengubahkan dan menanamkan hidup yang baru, juga dapat menyimpulkan atas dasar panggilan terhadap Lazarus, bahwa la juga memiliki kuasa untuk membangkitkan diri-Nya sendiri. Kedua, peristiwa kebangkitan Lazarus itu merupakan gambaran dari suara sangkakala penghulu malaikat pada akhir zaman, yang membangunkan orang-orang yang sedang terlelap dalam debu dan mengum¬pulkan mereka ke depan pengadilan agung, saat Kristus akan turun dengan sebuah seruan, panggilan, atau perintah seperti di sini, marilah ke luar (Mazmur 50:4). Ia berseru, baik kepada langit di atas untuk memanggil jiwa-jiwa mereka, maupun kepada bumi untuk memanggil tubuh-tubuh mereka, supaya Ia dapat mengadili umat-Nya. (2) Seruan yang nyaring ini singkat saja, tetapi dahsyat melalui kekuatan Allah untuk mengguncangkan benteng pertahanan kubur itu. [1] Kristus memanggilnya dengan namanya sendiri, "Lazarus," seperti jika kita memanggil nama orang yang sedang tertidur untuk membangunkannya. Untuk menunjukkan penyertaan-Nya. Allah berkata kepada Musa, "Aku mengenal namamu." Panggilan dengan memakai nama itu menandakan bahwa orang yang sama yang sudah mati itu akan bangkit lagi di akhir zaman. Ia yang menamai bintang-bintang juga dapat membedakan nama-nama bintang-Nya yang bertaburan seperti debu jika dilihat dari bumi, dan tidak akan kehilangan satu pun dari antara mereka. [2] Ia memanggil Lazarus supaya keluar dari dalam kubur. berkata kepadanya seolah-olah ia telah hidup lagi dan tidak punya tugas lain selain keluar dari kuburannya itu. Kristus tidak mengatakan kepadanya, hiduplah, sebab Kristus sendirilah yang harus memberikan hidup itu. Sebaliknya, Ia berkata padanya, bergeraklah, karena kita memang wajib untuk bergerak saat kehidupan rohani kita dibangkitkan oleh kasih karunia Kristus. Kubur dosa dan dunia ini bukanlah tempat bagi orang-orang yang telah dihidupkan oleh Kristus, dan karena itulah mereka harus keluar dari sana. [3] Peristiwa itu berlangsung sebagaimana yang telah dimaksudkan: Orang yang telah mati itu datang ke luar (ayat 44). Kuasa mengikuti Firman Kristus untuk menyatukan jiwa dan raga Lazarus, dan ia pun datang ke luar. Mujizat tersebut digambarkan tidak dengan merincikan asal muasalnya yang tidak kelihatan supaya rasa penasaran kita terjawab, tetapi melalui hasilnya yang tampak, supaya iman kita boleh diteguhkan karenanya. Apakah ada orang yang bertanya di mana jiwa Lazarus berada selama empat hari saat terpisah dari raganya? Kita tidak diberi tahu mengenai hal itu. tetapi kita memiliki alasan kuat untuk percaya bahwa jiwanya ada di firdaus, dalam sukacita dan kegembiraan. Tetapi kini Anda mungkin ingin berkata, "Bukankah itu menjadi sebuah hal yang tidak menyenangkan bagi Lazarus karena menyebabkan jiwanya kembali lagi ke dalam penjara tubuh jasmani?" Sekalipun demikian, hal itu terjadi demi kehormatan Kristus dan kepentingan kerajaan-Nya, sehingga bagi Lazarus, hal itu pun tidak lebih dari siksaan yang harus dialami oleh Rasul Paulus yang harus terus merasakan duri dalam dagingnya saat ia tahu bahwa pergi menghadap Kristus tentunya akan jauh lebih menyenangkan. Jika ada yang bertanya ke¬pada Lazarus setelah ia dibangkitkan, apakah ia dapat menceritakan atau menggambarkan bagaimana jiwanya keluar atau bersatu kembali dengan tubuhnya, atau apa yang dilihatnya di dunia lain, saya kira perubahan-perubahan itu tidaklah dapat dijelaskan oleh dia, sehingga ia pun akan setuju dengan pernyataan Paulus. "Entah di dalam tubuh, entah di luar tubuh. aku tidak tahu." Juga, apa yang ia lihat dan dengar, mungkin saja hal itu memang tidak diperbolehkan atau tidak mungkin diungkapkan. Dalam dunia yang penuh dengan logika, kita tidak bisa memahami gagasan-gagasan yang memadai mengenai dunia roh dan perkara yang terjadi di dalamnya, apalagi menyampaikannya kepada orang lain. Biarlah kita tidak menjadi terlalu bernafsu untuk mengetahui lebih dari apa yang telah dicatatkan bagi kita mengenai kebangkitan Lazarus. selain bahwa orang yang telah mati itu datang ke luar. Sebagian orang mengamati bahwa sekalipun kita dapat membaca kisah tentang banyak orang yang dibangkitkan dari kematian, yang tidak diragukan lagi bergaul karib dengan orang lain setelah mereka bangkit, Kitab Suci tidak mencatatkan satu pun perkataan yang mereka ucapkan setelah kejadian itu, selain yang terlontar dari mulut Tuhan Yesus sendiri. (3) Mujizat itu dilaksanakan: [1] Dengan segera. Tidak ada apa pun yang terjadi di antara seruan marilah ke luar dengan hasilnya, ia datang ke luar. Dictum factum - segera terjadi setelah dikatakan. Biarlah kehidupan datang, dan kehidupan pun benar-benar datang. Demikianlah perubahan akibat kebangkitan itu akan terjadi dalam sekejap mata (1 Korintus 15:52). Kuasa mahabesar yang sanggup melakukan hal itu sanggup juga melakukannya dalam sekejap: maka Engkau akan memanggil, dan aku pun akan menyahut. Aku akan datang saat dipanggil, sebagaimana Lazarus, ya, Tuhan. [2] Dengan sempurna. Tubuh Lazarus dibangkitkan secara menyeluruh sampai-sampai ia bangun dari kuburnya dalam keadaan yang sehat walafiat, seolah-olah ia baru saja bangun dari ranjangnya. Dia bukan saja kembali menjadi hidup, tetapi juga dalam keadaan bugar. Dia tidak dibangkitkan dalam keadaan sakit seperti dulu, melainkan untuk hidup sebagaimana orang-orang lain-nya. [3] Dengan diiringi mujizat tambahan lain ini, sebagaimana yang dipikirkan beberapa orang, yaitu bahwa Lazarus keluar dari kuburnya sekalipun ia masih terbebat kain kapan, yang mengikat kaki dan tangannya, dan mukanya tertutup dengan kain peluh (sebab demikianlah cara orang Yahudi menguburkan orang mati). Lazarus pun keluar dalam balutan yang sama yang ia pakai saat ia dikuburkan, supaya nyata bahwa dia memang benar-benar Lazarus dan bukan orang lain, dan bahwa ia bukan saja hidup, tetapi juga sehat dan mampu berjalan, sekalipun ia masih terbebat kain kapan. Kain peluh yang menutupi mukanya juga membuktikan bahwa ia telah benar-benar mati, sebab jika tidak demikian, pasti ia juga tidak akan bertahan hidup karena kain itu telah membekapnya selama beberapa hari. Orang-orang yang menonton di sana membuka ikatan kain itu dan mengurusinya, dan dapat melihat bahwa itu benar-benar Lazarus, sehingga mereka pun menjadi saksi dari mujizat itu. Lihatlah di sini: Pertama, betapa sedikitnya yang kita bawa bersama-sama dengan kita saat kita meninggalkan dunia ini, hanya sehelai lilitan kain dan sebuah peti mati. Tidak perlu berganti pakaian dalam kubur, hanya perlu sehelai kain kafan saja. Kedua, bagaimana keadaan kita nanti di dalam kubur. Hikmat atau rupa seperti apakah yang kiranya terdapat di tempat di mana kita menutup mata. dan apalah gunanya tangan dan kaki yang terbebat? Begitulah yang akan terjadi dalam kubur, tempat yang kita tuju itu. Saat Lazarus keluar dengan tersandung-sandung dan merasa malu berada dalam balutan kain kapan itu, kita mungkin dapat membayangkan betapa takut dan terkejutnya orang-orang yang ada di sana melihat hal itu. Kita pun akan merasa demikian bila melihat seorang yang mati hidup lagi. Tetapi Kristus, untuk mencairkan suasana, menyuruh mereka untuk segera bekerja: "Bukalah kain-kain itu, longgarkan ikatan kain kafan yang membebatnya supaya ia dapat memakainya seperti pakaian biasa sampai ia tiba di rumahnya sendiri. Ia akan pergi sendiri ke sana dengan pakaian itu. tanpa harus diantar atau dituntun siapa pun." Sebagaimana dalam Perjanjian Lama, pengangkatan Henokh dan Elia merupakan penggambaran dari keadaan di masa depan yang masih kabur - yang satu diangkat di tengah-tengah zaman nenek moyang dulu. dan yang satunya lagi semasa pemerintahan Musa, demikian pula kebangkitan Lazarus dalam Perjanjian Baru dimaksudkan untuk meneguhkan ajaran mengenai kebangkitan.
Posted on: Wed, 04 Sep 2013 11:53:18 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015