3 kawanku yang berjuang DOKTER, adikkandungku DOKTER, suami - TopicsExpress



          

3 kawanku yang berjuang DOKTER, adikkandungku DOKTER, suami sepupuku DOKTER Tentang dokter saya memiliki pengalaman hidup yang berkesan. Pengalaman pribadi tentang medis adalah soal istri dan anakku. Istriku pada waktu kehamilan anak pertama pada usia kandungan 6 (enam) bulan “ngeplek” ----keluar bercak darah-----tiap pagi. Saat itu aku bawa ke dokter spesialis kandungan bernama dr R di kotaku. Hasil diagnosis konon Placenta Previa, sontak aku shock karena sedikit banyak aku membaca banyak buku. Dan aku tidak percaya, aku konsultasi ke adikku yang juga dokter danj adikku yang lain yang lebih dulu pengalaman dengan kehamilan istrinya. Aku butuh second opinion, dan aku periksakan istriku ke dokter spesilis opgin yang lain yakni dr R, dan dari diagnose dan analisa istriku menderita infeksi jamur di mulut rahim dan cukup diobati biasa. Terbukti dokter R diagnosanya lebih tepat. Pikirku jika andai aku percaya diagnosa dokter R, maka aku tidak tahu apa yang akan terjadi karena placenta previa efek resiko terburuk bayinya harus diangkat untuk menyelamnatkan sang ibu. Pengelaman kedua saat memeriksakan anakku yang pertama yang saat itu usia 2,5 tahun ke dokter anak bernama dokter T, dokternya enak diajak konsultasi. Tiba pada pemberian resep aku kurang nyaman karena isi resep jenis obat yang harus kubeli komponennya banyak sekali, resep kutunda tebusannya di apotek aku tilpun adikku yang saat itu bertugas di kota W, dan adikku menyarankan resep tidak usah dibeli karena ada komponen obat yang sama yang seharusnya tidak diduplikasi sehingga membuat obat menjadi mahal dan tidak efektif. Pengalamanku memeriksakan anakku didokter anak yang berbeda juga berbeda-beda: ada dokter anak sebut saja dr O, dia dikenal dokter yang suka merujuk pasien anak untuk opname tanpa memberikan alternatif rawat jalan, namun akomodatif tehadap asupan obat yang terlanjur diberikan dan tinggal ditambahkan jenis obat yang harus dikomsumsi. Ada dokter W yang dikenal cermat memeriksa namun galak dalam memberikan nasihat: “dokternya aku atau kamu?”---ketika ada pasien yang meminta obat jenis sirup… Begitulah kisahku dengan dokter yang aku menghormati mereka namun aku juga kadang tidak mempercaya diagnose mereka dan aku butuh second opinion dari dokter lain….. =============================================== Aku memiliki pengalaman “political memorial” dengan 3 orang calon dokter (kini dokter) yang bersama-sama sedikit berperan dalam gerakan mahasiswa tahun 96an sampai 2000n. Ketiga calon dokter tersebut adalah aktifis yang tergabung dalam KPMD (komite perjuangan mahasiswa dan demokrasi) UNS. Ketiga dokter saat itu calon dokter adalah Dokter Dede RM, Dokter Priyo dan pacarnya dokter Ignatia Shinta. Ketiga dokter yang pintar, militant dan cerdas. Mereka bertiga termasuk pilar dalam membangun gerakan mahasiswa di Solo dalam momen penjatuhan kediktatoran orba. Tentang dokter Dede Rus M----yang kini menempuh pendidikan spesialis Psikiatri--------adalah putra mantan dandim disebuah kota di jawa barat, termasuk aktifis yang tahan banting. Dia adalah kader seorang sosok legendary gerakan mahasiswa di solo 90an Prijo,--------pernah memimpin organisasi mahasiswa persatuan di solo yakni Dewan Reformasi Mahasiswa Surakarta (DRMS) dan juga kader PRD yang hebat. Bersama dengan Dede adalah kenangan tentang gerakan dan konsistensi kritik atas gerakan tersebut. Dede pernah bersama denganku dalam sebuah wadah LSM yakni akarrumput, LPSM dalam berbagai program dan program yang berkesan ketika bekerjasama dengan Direct Aid program (DAP) kedutaan Australia tahun 2004 dan program “fasilitasi kesehatan bagi masyarakat miskin” bersama embassy of finland yang saat itu kontak personnya mr esko mannisto (yang kini jadi atase kedutaan finlandia di spanyol dan e-mailnya masih aktif); dede bersama calon dokter Co-ass melalui program tersebut menyelenggarakan pelayanan kesehatan gratis di kampong pemulung di jembatan sungai Nayu, solo dan juga kawasan pemukiman Becak dibelakang kampus UNS. Dede juga ku ajak untuk program pengobatan gratis bagi pemulung di TPA Tanggan sragen tahun 2005 kerjasama dengan SIIMAVI Netherland. Mengenal Dede adalah mengenal heroic: Dede terkenal sebagai sosok yang fleksibel dalam pergaulan dan memiliki idealism e dalam berpolitik; Dikenal sebagai sosok korlap yang “provokator” dalam aksi-aksi radikal tahun 98: Barisan orator provokator didalam elemen gerakan mahasiswa sayap kiri saat itu adalah dede, Edi seno, dan (konon aku?betulkah?); yang paling aku berkesan adalah ketika Dede memimpin barisan “kompi” buruh dalam aksi buruh spektakuler di Ungaran tanggal 1 Mei 2000, yang melibatkan hampir 30 ribu massa dede andil dalan pengorganisasian pemogokan buruh yang akhirnya Longmarch dari Bawen ke gedung DPRD Ungaran sejauh 10 KM….. Dede diakhirnya karir gerakan mahasiswa, dikenal sebagai tokoh pembangkang instruksi orthodox partai bersama kawan swett memory,, dan sebagainya (termasuk aku?);----dan kiprah politik dede yang aku ingat dan saat itu kamu sudah berbeda jalan adalah : dede bersama faisal Basri (ekonom yang sering masuk TV) dan Dr Arie Sudjito (dosen Fisipol UGM dan tangan kanan rector UGM yang sekarang) mendirikan organisasi Pergerakan Indonesia (PI) yang haluan ideologinya sosdem….dan saya tidak tahu kabar PI, dan sontak muncul ormas pergerakan yang didirikan Anas Urbaningrum (anas membajak label mulia PI-nya kawan-kawan); Terakhir bertemu Dede adalah sebulan yang lalu disebuah rumah makan prasmanan di Kota Sragen: dede bersama sang istri yang akan mengantarkannya di terminal untuk naik bis untuk kuliah spesialisnya: satu kata yang berkesan dari jawaban dede: “De bagaimana kabar dokter-dokter sekarang ini?” Jawab dede: ya ada yang idealis dan berkomiitmen dan ada juga yang dilanda Moral hazard, menjadikan pelayanan sebagai bisnis. Ya biasa Pak, karena sistem kapitalisme:-----“he. He, he masih anti Kapitalisme kamu, Kawan!!!!” Tentang Dokter Priyo dan Dokter Shinta aku tidak begitu dekat meski dahulu satu blok dalam setiap agenda setting aksi mahasiswa tahun 98. Kini Dokter Priyo konon menjadi dokter di kampong halamannya di Cilacap dan dokter Ignacia shinta menjadi dokter spesialis di samarinda dan menikah dengan mantan teman gerakan (yang sering bersilang pendapat denganku, Yakni kelik Ismunandar) dan dkaruniai seorang putra. Dokter priyo dan dokter Shinta adalah bagian inti gerakan mahasiswa 96an dan mereka yang menggerakan barisan calon dokter (co-ass) dan Residen dalam barisan pelopor aksi tanggal 16 mei 1998 (aksi besar turun jalan setelah kota solo tanggal 14-15 mei terbakar hebat karena kerusuhan massa) dan juga aksi tanggal 21 Mei longmach dari kampus Kentingan sampai Balaikota, aku lihat ratusan dokter, co-ass dan residen mengenakan pita hitam menjadi barisan pembuka aksi mahasiswa solo yang melegenda; aku sempat Tanya kepada dokter priyo (saat itu baru co-ass): Yo mengapa teman-temanku kau suruh dibarisan depan? Jawabnya yang kuingat:”biar merasakan pentungan, gas air mata dan peluru karet---jawabnya sambil tersenyum: ya jelas briomob dan tentara sudah tidak laku berani me nghadang setelah kemarahan rakyat 14-15 mei… Tentang adik kandungku dan suami sepupuku hanya satu cerita: keduanya orang pinter sejak masa sekolahan dan menjadi dokter lewat jalur PMDK dan kini menempun spesialis di UGM: dokter yang idealis dalam pengabdian dan tidak berambisi meraih harta kekayaan, selalu care pada orang miskin. Dan adikku sempat menjadi relawan dalam gempa jogja 2006 dan bersua dengan dokter-dokter Cuba yang hebat dalam pelayanan medisnya. Dokter Cuba adalah dokter sederhana dan berfikir sosialistik, jelas sahabat Vera yang pernah membantu menerjemahkan bahasa mereka…dokter-dokter idealis saya hormat padamu, dokter kapitalis aku benci kamu!
Posted on: Wed, 27 Nov 2013 22:45:58 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015