ACEH SUMATRA Kita bangsa-bangsa Sumatera terlalu lambat belajar, - TopicsExpress



          

ACEH SUMATRA Kita bangsa-bangsa Sumatera terlalu lambat belajar, terlalu lambat berpikir, terlalu lambat bertindak yang akhirnya membawa kepada kehancuran kita sendiri, karena gagal mempergunakan kesempatan-kesempatan yang tiba. Semua yang lambat adalah bodoh; semua yang cepat itulah yang cerdik. Karena kita lambat ini, maka 17 kesempatan untuk merdeka sudah kita sia-siakan dan lepas dari tangan kita sejak Perang Dunia kedua: Ketika Belanda dikalahkan oleh Jepang pada tahun 1942 dan Sumatera terlepas dari tangannya; Ketika Jepang dikalahkan oleh Amerika Serikat ditahun 1945 dan Sumatera lepas lagi dari tangannya; Ketika Acheh sudah merdeka de facto antara tahun-tahun 1945-1950, yang seharusnya sudah meminta jadi anggota PBB dengan syarat-syarat yang cukup 100% dan tidak ada sanggahan dari pihak manapun jua; Belanda sudah resmi tidak berani kembali lagi, sedang bandit-bandit Jawa di Jakarta masih belum dapat berdiri sendiri, mereka tegak berkat bantuan uang dan senjata dari Acheh; bendera merah-putih hanya berkibar di Acheh; seluruh pulau Jawa dan indonesia mereka sudah duduki kembali oleh Belanda; Ketika Belanda menyerahkan kedaulatan kepada Indonesia-Jawa pada 27 Desember, 1949, seharusnya Sumatera sudah dikembalikan kepada kita tetapi kita gagal menuntutnya karena kita didalangi oleh quisling-quisling sebagai pemimpin; Ketika Maluku Selatan menyatakan kemerdekaan dari Indonesia-Jawa pada 25 April, 1950; Ketika gerakan DI terjadi di Jawa antara tahun-tahun 1951 - 1956; Ketika Malaysia mendapat kemerdekaan dari Inggeris pada 31 Agustus, 1957; Ketika terjadi Gerakan PDRI melawan Sukarno ditahun-tahun 1958-1960; Saya menganjurkan untuk menyatakan Sumatera Merdeka pada waktu itu tetapi ditentang oleh quisling-quisling Sumatera yang jiwa mereka sudah diperbudakkan oleh bandit-bandit Jawa; Ketika Indonesia-Jawa menyerang Papua Barat pada tahun 1959; Ketika terjadi Konfrontasi antara Indonesia-Jawa dengan Malaysia di tahun-tahun 1961-1965; Ketika Singapura merdeka dari Malaysia pada 9 Augustus, 1965; Ketika terjadi perebutan kuasa antara PKI dengan golongan serdadu-serdadu upahan yang didalangi Suharto pada tahun 1965; Ketika Indonesia-Jawa menyerang Timor Timur pada bulan Desember, 1975; Ketika Angkatan Acheh-Sumatera Merdeka menyatakan kemerdekaan Acheh dari Indonesia-Jawa pada 4 Desember, 1976; Ketika bangsa-bangsa Baltik, Estonia, Latvia, dan Lituania menyatakan kemerdekaan dari Uni Soviet pada tahun 1991; Ketika bangsa-bangsa dibawah penjajahan Uni Soviet, dari Eropa Timur sampai ke Asia Tengah - dari Ukraina sampai ke Tadjikistan - menyatakan kemerdekaan mereka di tahun 1992; Ketika Yugoslavia - semacam indonesia di benua Eropa - hancur lebur pada tahun 1992 karena bangsa-bangsa yang dijajahnya selama ini: Bosnia, Croatia, Slovenia, Macedonia memerdekakan diri dari penjajahan bangsa Serbia yang menjajah mereka atas nama Yugoslavia sebagai bangsa Jawa menjajah kita atas nama Indonesia. Semua kejadian-kejadian politik yang diatas merupakan riak gelombang Sejarah yang mempunyai pengaruh atas pendapat umum di dunia, yang akhirnya turut menetukan nasib sesuatu bangsa: merdeka atau dijajah. Atas semua itu bangsa-bangsa Sumatera telah tidak menghiraukan dan ketiduran dalam arti politik. Bangunlah! Kesempatan-kesempatan itu masih akan datang lagi! Kita sudah terlalu lama membiarkan bandit-bandit Jawa memisahkan kita dari perkembangan politik dan budaya dunia, sehingga kita seakan-akan hidup atas planet yang lain, terpisah jauh dari perkembangan politik dan budaya dunia ini. Hukum Internasional seakan-akan tidak berlaku disini, dan hak setiap bangsa untuk merdeka seakan-akan tidak ada. Kita bukan saja sudah dipisahkan dari masyarakat dunia internasional oleh bandit-bandit Jawa itu, tetapi kita telah dapat dipisahkan pula dari satu sama lain! Hal ini tidak boleh kita biarkan berlaku walaupun satu hari lagi! Dibagian dunia yang lain, yang sama luasnya dengan Indonesia seperti Amerika Tengah dan Kepulauan Caribian, terdapat 31 buah negara-negara merdeka yaitu: Mexico, Cuba, Haiti, Dominican Republic, Jamaica, Puerto Rico, Anguilla, Saint Kit-Nevis, Antigua, Monserrat, Guadalupe, Dominica, Martinique, Saint Lucia, Saint Vincent, Barbados, Grenada, Trinidad & Tobago, Surinam, Guyana, Venezuela, Colombia, Ecuador, Panama, Costa Rica, Nicaragua, Honduras, El Salvador, Belize, Bahamas dan Virgin Islands. Tiga puluh satu negara merdeka dan berdaulat dalam satu wilayah yang lebih kecil dari Indonesia-jawa! Diseluruh dunia ini hanya masih ada satu negara penjajahan yang masih belum dibubarkan dan masih diteruskan. Negara penjajahan ini didirikan dengan membunuh nenek-moyang kita dan masih diteruskan oleh turunan upahan itu dengan membunuh saudara-saudara kita. Tanah jajahan Belanda tidak pernah dibubarkan dan tidak pernah dimerdekakan. Hanya namanya saja yang diganti, dari Nederlandsch Indie menjadi Indonesia dan sipenjajah Belanda diganti dengan sipenjajah Jawa, yang menjadi kaki-tangan Belanda dari dahulu sampai sekarang. Tahukah Saudara-saudara bagaimana maka Belanda dapat melakukan penjajahannya atas negeri kita? Belanda hanya membawa 10% tentaranya dari negeri Belanda ke Sumatera, sedang yang 90% lagi terdiri dari bangsa-bangsa Jawa, Sunda, Madura, Ambon dan Menado. Bangsa-bangsa serdadu upahan ini, yang mencari makan sebagai pembunuh kita dan mereka digaji oleh Belanda, yang akhirnya menamakan diri mereka bangsa Indonesia, sesudah Belanda pergi, untuk dapat meneruskan negara penjajahannya yang berpura-pura sebagai negara dari satu bangsa merdeka. Ketika kita bangsa-bangsa Sumatera bersedia membuang nama baik bangsa-bangsa kita sendiri, yang bersejarah, beradat, dan beradab itu, yang kita terima dari nenek-moyang yang penuh kemuliaan, yang tidak pernah mengizinkan kita untuk hidup sebagai serdadu pembunuh upahan, untuk terjun dalam kancah pergaulan dibawah serdadu-serdadu upahan, pembunuh nenek-moyang kita sendiri, dalam satu mercenary society alias Indonesia itu, maka kita sudah menuju kehancuran dan kebinasaan. Sebab kita sudah mendurhakai segala yang mulia yang kita terima dalam darah kita! Bagaimanakah kita dapat mengharapkan hidup dengan ketinggian moral dan akhlak dibawah pimpinan serdadu-serdadu upahan dan pembunuh-pembunuh makan gaji? Bagaimana kita bisa mengharapkan keadilan dengan pimpinan mereka yang hidup dari perkosaan dan perampokan? Bagaimana kita bisa mangharapkan kejujuran dari bangsa-bangsa serdadu upahan yang hidup mereka, dari nenek-moyang mereka, berdasarkan atas ketiadaan rasa-keadilan dan korupsi? Dengan menamakan diri, dengan nama palsu Indonesia, kita bangsa-bangsa Sumatera sudah menghina diri-sendiri dan nenek-moyang kita, yang berakibat kehilangan kehormatan, kehilangan negeri, kehilangan kekayaan dan kehilangan nyawa. Sekarang penyakit dan kejahatan bangsa-bangsa serdadu upahan itu sudah menular kepada bangsa-bangsa Sumatera sehingga sudah banyak bangsa-bangsa Sumatera yang dengan tidak malu-malu lagi telah terjun kedalam kancah kehidupan serdadu-serdadu upahan Jawa, untuk membunuh bangsa-bangsa mereka sendiri di Sumatera atas perintah bandit-bandit Jawa dan konco-konco mereka yang sudah saya sebut tadi. Hal ini yang tak pernah dapat dilakukan oleh Belanda dahulu, tetapi sudah berhasil dilakukan oleh bandit-bandit Jawa sekarang. Satu bukti bahwa moral dan akhlak bangsa-bangsa Sumatera pun sudah mulai merosot. Ribuan pemuda-pemuda Sumatera konon sudah menjadi serdadu upahan Jawa untuk membunuh sesama Sumatera sendiri. Kita sudah melihat pasukan-pasukan Batak, Minang, Mandailing dikirim untuk membunuh bangsa Acheh Merdeka; dan pasukan Acheh dikirim untuk mengamankan wilayah-wilayah Sumatera yang lain, dengan maksud mengadu-domba kita sesama kita, agar persatuan bangsa-bangsa Sumatera tidak dapat terjalin lagi sehingga bangsa-bangsa Sumatera tidak bersatu untuk melawan sipenjajahnya, Jawa. Bagaimanakah budaya atau culture dari bangsa serdadu upahan tersebut yang sudah berhasil dimasukkan kedalam otak tiap-tiap bangsa di Sumatera?
Posted on: Thu, 17 Oct 2013 15:22:47 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015