AKIL, PKS, DAN UJIAN SIMPATI NIATNYA baik. Daripada koruptor - TopicsExpress



          

AKIL, PKS, DAN UJIAN SIMPATI NIATNYA baik. Daripada koruptor dihukum mati, mending dimiskinkan. Hartanya disita negara untuk rakyat. Biar malu, jari tangan si koruptor juga dipotong. Untuk ukuran Indonesia hari ini, usulan Akil Mochtar taklama saat dilantik menjadi Ketua Mahkamah Konstitusi itu terbilang galak. Galak tapi masuk akal. Dibui tidak mempan, ya dibuat sakit lahir dan batin. Sudah ditandai jari buntung, harta pun disita. Ide Akil pun dalam tanya, diam-diam, menuai puji. Orang tidak akan berang dengan omongan Akil. Tidak ada yang protes soal hak asasi pelaku korupsi. Pasalnya, korupsi sudah mendarah daging di negeri ini. Sudah banyak yang usul hukuman mati. Tapi, semuanya hanya sebatas wacana para akademisi. Sebagai pemangku kendali, layaklah bila gagasan Akil dinanti. Sayang, belum genap setahun, Akil tertelan ucapannya sendiri. Dia dimaki untuk siap pertanggungjawabkan soal pemiskinan dan potong jari. Akil yang sebenarnya lama digosipkan bermasalah, akhirnya tertangkap Komisi Pemberantasan Korupsi. Hanya berbilang jam, baju oranye peneman badan di dalam bui. Akil memang manusia. Tapi apa sebab dia mau terima uang haram sementara dia tantang pelaku korupsi? Taksalah bila media sentili begini: mulutmu harimaumu, Akil! Aki pun jadi bulan-bulanan publik di pelosok negeri. Ada pelajaran yang kita kadang abai. Khususnya bagi pemangku kepercayaan rakyat. Tidak perlu lontarkan gagasan ekstrem yang bikin ngeri. Misalnya Potong jari. Sebentar dinikmati sebagai pahlawan melawan korupsi, tidak lama malah peran berganti. Kasus Akil mengajari kita ihwal pembuktian diri. Senyampang dengan Akil yang pernah heroik kumandangkan potong jari, teringatlah saya pada aset umat Islam: Partai Keadilan Sejahtera. Teman-teman saya di PKS optimistis dan dengan bangga tapi bukan bermaksud takabur, menyebut partainya bersih. Partai paling giat bekerja membantu sesama kala ada bencana. Seperti Akil dengan wacana menghukum pelaku korupsi, begitu pun publik gayeng bersimpati pada PKS. Mendulang suara tinggi karena didukung rakyat yang bosan dengan partai-partai besar yang doyan korupsi. Orang bijak bilang, kelapa tinggi tanda ujian siap menanti. Tidak ada yang berubah dari perilaku teman-teman saya di PKS yang hanya pejabat bawahan. Tapi tidak dengan yang di posisi elitnya. Pujian salah dikira sebagai modal, bukan sebentuk kepercayaan. Bila modal untuk menjalankan amanah, tidak masalah. Lain bila untuk blusukan di kubangan subhat. Terjadilah yang semestinya tidak terjadi. Elit anutan teman-teman saya yang fasih teriakkan partainya bersih kini harus meregang malu. Tentu kalau saja mereka mau berkoreksi diri dan tidak melulu menuding ada konspirasi. “Kita partai dakwah, kenapa hujatan publik begitu deras?” Tanya ini patut ada. Ini bukan salahmu, kawan. Yang di ataslah yang lupa dengan slogan. Slogan bersih dan peduli barulah ikrar. Belum pembuktian. Sama ketika kita dulu naik di pelaminan, mengucapkan ijab dan qabul, tapi ini tidak serta-merta kita otomatis meraih sakinah. Hujatan rakyat pada kita taklebih penarikan cinta mereka yang pernah diberikan di masa lalu. Dulu kita bisa tarik mereka dengan slogan dan janji. Sayang, kita takmampu merawatnya, bahkan dalam bilangan lima tahun sekalipun menjelang pemilu. Akil, PKS, atau nama-nama lain yang pernah berbusa lantunkan kemegahan diri, pada suatu waktu berhasil mendapatkan simpati. Sebuah pembeda diri yang sudah benar ditempuh. Saat banyak hakim takbecus melawan korupsi, Akil tampil berani (kendati sayup-sayup reputasi banyak digunjingkan). Saat banyak partai demen menggarong uang rakyat, ada anak-anak muda bikin partai dan berhasil buktikan diri bersih. Untuk sementara waktu memang, tapi ini lumayan. Waktu di awal memang simpati hadir, tapi ini bukan akhir orang lain menilai. Kita tidak pernah tahu ujung menjelang kematian kita. Akil dari potong jari harus gigit jari di bui. PKS sering mendapat testimoni tulus banyak kalangan sebagai kalangan bersih. Saya, itu dulu, kini orang sinis menimpali. Jangan lupa, orang Indonesia itu paling doyan kalau ada yang unik dan lurus. Tapi begitu ada pihak yang mengakui diri bersih ataupun bebas dosa tapi di kemudian hari tersandung urusan duit haram, bersiaplah kritik, cacian hingga omongan ngawur menghabisi. Cerita lama memang indah, apalagi soal cinta. Cinta orang pada ucapan dan perilaku kita. Apalagi dengan kata-kata berani ataupun pembeda diri dari yang lain. Nikmat ini mestinya dijaga dengan cara jalankan amanah, bukan bersantai ria seakan publik mabuk dengan predikat yang kita miliki lantas lupa dan tidak peduli dengan jahatnya perilaku kita. Akil dan PKS ‘khilaf’ berikan pelajaran: mabuk pujian akan tingkah lama malah bikin mabuk. Dari sini potensi perilaku korupsi pun bermula. [] SELENGKAPNYA: islampos/akil-pks-dan-ujian-simpati-81681/
Posted on: Mon, 07 Oct 2013 11:12:19 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015