AROGANSI DAN WIBAWA YANG HILANG. I think weve played a very - TopicsExpress



          

AROGANSI DAN WIBAWA YANG HILANG. I think weve played a very good side and its the sort of standard and level we need to try and aspire to get ourselves to at this moment in time, ujar David Moyes pasca United kalah 0-3 dari City. Jika diterjemahkan, kurang lebih artinya: Manchester City adalah tim yang bagus dan standart permainan mereka akan menjadi acuan permainan United. Kami akan berusaha bermain seperti mereka. Ini bukan pertama kalinya Moyes berkata seolah Manchester United lebih rendah dari Liverpool dan Manchester City. Sebelum North West Derby, Moyes mengatakan jika Liverpool datang ke Old Trafford sebagai favorit. Jauh sebelum itu, saat melakukan tur pra-musim di Jepang, Moyes mengatakan penyebab utama United bermain buruk adalah karena tim lawan bermain sangat bagus. Perlu digarisbawahi, tim yang saat itu dihadapi United HANYA Yokohama Marinos dan Cerezo Osaka. Kami tidak pernah mendengar Sir Alex Ferguson membuat pernyataan yang merendahkan klub asuhannya sendiri. Selama ini beliau dikenal sebagai sosok yang sanggup membuat kuping rivalnya panas melalui segudang pernyataan kontroversial di media. My greatest challenge was knocking Liverpool right off their perch Manchester City is a small club with small mentality. Itu adalah dua pernyataan terkenal Sir Alex yg ditujukan untuk dua rival United. Siapapun yang mendengarnya pasti akan langsung mengernyitkan dahi dan menganggap beliau adalah seorang yang arogan. Masih ingat saat Manchester City menjuarai Premier League dua musim lalu? Sir Alex tidak melontarkan pujian sedikitpun. Beliau hanya berkata kami tidak akan membiarkan mereka melakukannya musim depan. Masih bernada sinis dan arogan meski dalam kondisi kalah sekalipun. Sir Alex bahkan tidak segan menunjukkan tajinya kepada FA. Berkali-kali beliau mendapat hukuman atas komentar pedas kepada lembaga tertinggi sepakbola Inggris tersebut. Wasit? Tidak perlu ditanya. Mantan wasit Inggris, Graham Poll, mengatakan jika dirinya sering diteror sampai ruang ganti saat Sir Alex menganggap dia merugikan United di lapangan. Itulah Fergie dengan segala kesombongannya. Resiko dibenci publik beliau tempuh asal Manchester United tidak diremehkan orang lain. Arogansi semacam itu yang tidak kita lihat musim ini dari David Moyes. Saat wasit melakukan keputusan kontroversial, Moyes hanya bisa melihat dari pinggir lapangan. Dalam keadaan tertinggal, dia hanya bisa menundukkan kepala di bench. Puja puji selalu dilontarkan kepada lawan setiap minggunya tanpa sadar itu sangat merendahkan kultur dan tradisi klub. Dalam sepakbola, rivalitas adalah bagian yang membuat ini bukan lagi sekadar olahraga -- tapi jalan hidup --. Sikap Moyes yang terlalu lunak kepada rival tidak bisa ditolerir oleh supporter. Itu bukan sikap yang lazim dilakukan oleh seorang manajer United. Di 4 pertandingan terakhir, chant Come On David Moyes tak lagi terdengar. Banner The Choosen One pun diminta untuk diturunkan. Ini bukan berarti Moyes kehilangan dukungan, itu hanyalah bentuk kekecewaan kepada manajer yang terlihat seperti TIDAK PUNYA SEMANGAT JUANG. Supporter sadar musim ini sulit. Hasil buruk ini sudah bisa dimaklumi dengan keyakinan United akan bangkit musim depan. Mereka tetap menjalankan mandat Sir Alex untuk tetap berdiri mendukung manajer. Namun ini semua akan berakhir sia-sia jika Moyes terus menerus merendahkan diri dengan komentarnya di media dan memimpin klub ini tanpa wibawa sedikitpun. Meski tanpa gelar musim ini, kami akan baik-baik saja. Tapi rasanya tidak berlebihan jika supporter meminta Moyes untuk belajar cara berbicara kepada publik dan bersikap layaknya seorang PEMENANG. Ini adalah Manchester United, manajer tidak dibayar untuk duduk diam merenungi kekalahan dan melakukan pujian terus menerus kepada lawan. Give us 90 minutes your fighting spirit. We will give you a lifetime! #MUFC
Posted on: Thu, 27 Mar 2014 11:49:26 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015