Ada 3 (tiga) hal terpenting yang harus dunia tau tentang Kota - TopicsExpress



          

Ada 3 (tiga) hal terpenting yang harus dunia tau tentang Kota Barus. 1. Barus, kota tertua di Indonesia. Barus amat mungkin merupakan kota tertua di Indonesia mengingat dari seluruh kota di Nusantara, hanya Barus yang namanya sudah disebut-sebut sejak awal Masehi oleh literatur-literatur Arab, India, Tamil, Yunani, Syiria, Armenia, China, dan sebagainya. Sebuah peta kuno yang dibuat oleh Claudius Ptolomeus, salah seorang Gubernur Kerajaan Yunani yang berpusat di Aleksandria Mesir, pada abad ke-2 Masehi, juga telah menyebutkan bahwa di pesisir barat Sumatera terdapat sebuah bandar niaga bernama Barousai (Barus) yang dikenal menghasilkan wewangian dari kapur barus. Bahkan dikisahkan pula bahwa kapur barus yang diolah dari kayu kamfer dari kota itu telah dibawa ke Mesir untuk digunakan bagi pembalseman mayat pada zaman kekuasaan Firaun sejak Ramses II atau sekitar 5. 000 thn Sebelum Masehi (Kompas, 01/04-2005). Sebuah Tim Arkeolog yang berasal dari Ecole Francaise D’extreme-Orient (EFEO) Prancis bekerjasama dengan peneliti Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (PPAN) di Lobu Tua, Barus, telah menemukan bahwa pada sekitar abad 9-12 Masehi, Barus telah menjadi sebuah perkampungan multi-etnis dari berbagai suku bangsa seperti Arab, Aceh, India, China, Tamil, Jawa, Batak, Minangkabau, Bugis, Bengkulu, dan sebagainya. Tim tersebut menemukan banyak benda-benda berkualitas tinggi yang usianya sudah ratusan tahun dan ini menandakan dahulu kala kehidupan di Barus sangatlah makmur (Kompas, 01/04-2005). Prasasti yang ditemukan di Lobu Tua, Barus dibuat tahun 1088 dalam bahasa Tamil. Prasasti itu menyebutkan bahwa paling sedikit semenjak abad ke-11, telah bermukim di kota Barus sebuah koloni bangsa Tamil. Menurut batu Lobutua itu, mereka tergabung dalam sebuah perusahaan, terkenal dengan nama ”kelompok 500″ yang tidak asing lagi bagi orang-orang India waktu itu. Perusahaan swasta yang mereka wakili, merupakan perusahaan dagang cuku kuat, merdeka dalam tindakan dan tidak gampang tunduk pada salah satu raja yang berkuasa di sekitar Barus. Mereka yang berdiam di Barus inilah yang membeli beberapa hasil dari rakyat (terpenting tentu saja kapur barus) untuk diekspor ke luar negeri (Kompas, 01/04-2005). Sebagai pelabuhan niaga samudera, Barus (Lobu Tua) diperkirakan sudah ada sejak 3.000 tahun sebelum Masehi. Bahkan, ada memperkirakan lebih jauh dari itu sekitar 5.000 tahun SM. Perkiraan akhir itu, didasarkan pada temuan bahan pengawet dari berbagai mummy Fir’aun Mesir Kuno salah satu pengawetnya menggunakan kamfer atau kapur Barus. Getah kayu kamfer yang paling baik kualitasnya, kala itu hanya ditemukan di sekitar Barus. Sejarawan era kemerdekaan Prof. Mr. Mohamad. Yamin, SH memperkirakan perdagangan rempah-rempah di antaranya kamfer, sudah dilakukan pedagang Nusantara sejak 6.000 tahun lalu ke berbagai penjuru dunia. Lebih ke depan dari perkiraan itu, berdasarkan arsip-arsip tua berasal dari kitab suci. Misalnya dala Perjanjian Lama, menceritakan Raja Salomo memerintahkan rakyatnya melakukan perdagangan dan membeli rempah-rempah hingga ke Ophir. Ophir patut diduga sebagai Lobu Tua, Barus. Peradaban lain sempat menyentuh emporium Barus, adalah Yunani yang diperkirakan para pedagangnya mengunjungi Barus di awal-awal Masehi. Seorang pengembara Yunani, Claudius Ptolomeus, mencatat perjalanannya hingga ke Barousai, sekitar tahun 70 Masehi. Pencatat sejarah Yunani itu menyebutkan bahwa selain pedagang Yunani, pedagang Venesia, India, Arab dan Tiongkok juga lalu lalang ke Barus untuk mendapatkan rempah-rempah (Waspada, 26/06-2007). #ILoveBarus @BarusRaya
Posted on: Sat, 17 Aug 2013 23:32:20 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015