Alasan yang Mengada-ada ALASAN investor PT TWBI mereklamasi - TopicsExpress



          

Alasan yang Mengada-ada ALASAN investor PT TWBI mereklamasi kawasan Teluk Benoa sebagai kawasan penyangga tsunami. Demikian pula DPRD Bali juga beralasan demikian. Bahkan, Ketua Komisi III DPRD Bali Suryanta Putra menyatakan pembangunan kawasan penyangga tsunami di Teluk Benoa merupakan hal yang penting dan mendesak. Alasan tersebut ternyata dikritisi akademisi Unud. Bahkan, alasan itu dinilai mengada-ada dan lebih pada upaya mengeruk keuntungan, karena nanti di kawasan hasil reklamasi itu dibangun sejumlah sarana dan akomodasi pariwisata. Ketua Pusat Penelitian Industri dan Energi Universitas Udayana (Unud) Prof. Ir. I Gusti Bagus Wijaya Kusuma, Ph.D., belum lama ini, mengatakan jika investor berdalih reklamasi itu dilakukan untuk menciptakan kawasan penyangga (barrier) tsunami jika ada tsunami di sekitar Teluk Benoa, itu sangat tidak beralasan. Menurutnya, tim pengkaji belum bisa menemukan bagaimana latar belakangnya itu bisa ada dan kemudian bagaimana efek kelayakan ekonomisnya. 'Secara ekonomis, tidak masuk akal reklamasi dikatakan untuk jalur evakuasi tsunami tanpa ada kepentingan ekonomi,' katanya. Bahkan, Wijaya merasakan ada kejanggalan di balik dalih itu. Alasannya, kawasan yang paling mungkin bisa kena tsunami yakni Bali Utara, dan barat laut Bandara Ngurah Rai, Bali. Sementara Teluk Benoa yang akan direklamasi berada di sebelah timur bandara dan juga bukan merupakan kawasan rawan tsunami. Dikatakan pula, syarat untuk terjadinya tsunami, laut itu harus mempunyai kedalaman di atas 3.000 meter. Sementara laut di Bali khususnya di Teluk Benoa merupakan laut dangkal dan jauh di bawah 3.000 meter. 'Teluk Benoa lautnya sangat dangkal. Jadi tidak masuk akal ada tsunami besar. Kalaupun ada tsunami itu skala kecil dan sudah disangga oleh Pulau Serangan dan Tanjung Benoa itu sendiri. Mestinya jika memang ingin membuat barrier tsunami, yang harus diselamatkan adalah Kuta dan mesti dibuat di sekitar itu,' paparnya. Selain itu, pusat gempa di Bali selalu terjadi di Banyuwangi, bawah Selat Bali, di Lombok (perbatasan Taliwang dan Lombok). Maka kawasan yang betul-betul kena tsunami adalah Bali Utara karena palungnya tinggi. Jadi kalau mau membangun pulau penyangga tsunami mestinya di Bali Utara diutamakan karena di sana paling rawan tsunami. 'Alasan itu tidak masuk akal. Banyak kepentingan investor di Bali dan semua tersembunyi. Jangan sampai masyarakat terjebak dengan rencana investor,' katanya mengingatkan. Ia juga meminta para pengambil kebijakan dalam hal ini pemimpin Bali agar berhati-hati menyikapi rencana investor itu. Jangan sampai lingkungan Bali dikorbankan dan dijual untuk kepentingan investor, namun bisa memicu bencana bagi masyarakat Bali. Lebih lanjut Prof. Wijaya mengatakan, kawasan Teluk Benoa memang telah lama menjadi incaran investor untuk direklamasi guna membuat pulau baru yang akan dijadikan kawasan marina dan wisata terpadu. Bahkan, pada 2009 ia sempat ditawari oleh investor dari Belanda yang bekerja sama dengan investor Indonesia untuk membuat kajian rencana reklamasi itu. Bahkan, luasan laut yang akan direklamasi tak tanggung-tanggung yakni mencapai 500 hektar. Kajian itu tentu dimaksudkan untuk memuluskan langkah investor. Namun, Prof. Wijaya dengan tegas menolak tawaran itu karena ia meyakini reklamasi itu akan membuat Bali Selatan makin sesak, merusak lingkungan dan menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat Bali. 'Waktu itu saya tolak tawaran membuat kajian karena reklamasi akan membawa kerusakan yang sangat besar. Untuk rencana reklamasi sekarang juga saya tidak sepakat,' katanya. (kmb29)
Posted on: Thu, 11 Jul 2013 01:34:56 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015