Apakah ada sebuah kebahagiaan yang sempurna, bulat? Seratus - TopicsExpress



          

Apakah ada sebuah kebahagiaan yang sempurna, bulat? Seratus persen? Tidak ada. Setidaknya, tidak dalam kehidupan kita yang sekarang. Mengharapkan sebuah penikahan yang bahagia, sempurna, total, bulat seratus persen bahagia,.. dream on. Not in this life. If you do, then you sucks. Loser. Try to get sober. Wake up. Hang on, get a grip. Whatever. namun TIDAK MENUTUP KEMUNGKINAN pernikahan yang –"relatif"– bahagia, bisa jadi ada. Walaupun jarang. Berapa lama kita bisa tampil sempurna di hadapan pasangan? yang sesuai standar kesempurnaan yang pasangan harapkan? Nggak mungkin, karena standar kesempurnaan tiap orang pun terus berubah. Honeymoon –will– be over no matter what. But at least, we hope that the biggest portion of our marriage is happines. Itu –relatif–, bukan sempurna namanya. Mencintai itu ‘memberi’. Tanpa mengharapkan apapun. Seperti matahari yang memberikan sinarnya, atau pohon yang memberikan buah dan manfaatnya tanpa mengharapkan balasan apa-apa hingga dia menjadi layu dan mati. Seperti laut yang terus memberikan mutiara biarpun triliunan ton sampah dibuang kepermukannya setiap hari. kesempurnaan itu terasa nyata saat kita mampu menterjemahkan ungkapan: "Aku ingin mencintaimu dengan sederhana dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu. Aku ingin mencintaimu dengan sederhana dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada. Namun itu level mencintai Ilahiyah, atau Divine Love. dan sejak manusia pertama hingga sekarang, hanya beberapa gelintir manusia yang mempu mencintai seperti itu. Bener Bahkan seorang ibu pun mengharapkan balasan dari anak-anaknya, apakah itu berupa perhatian, bakti, kesopanan maupun tanda terima kasih. Bahkan istri-istri nabi pun cemburu, mengharapkan sesuatu yang ‘lebih’ dari suaminya untuk dirinya, dan membuat lelah dan murung Sang Rasul hingga harus turun wahyu untuk menghibur Beliau saw. Think: if you were accidentally burnt from head to toe, you become really ugly and disgusting, can’t work anymore, paralyzed… all money’s gone for medication.. will your spouse still love you –’as you are’– ? Apakah kata-kata indah saling mencintai dan menyayangi masih bertaburan? Saya benar-benar berharap, semoga masih, demi Allah. Semoga. Jika demikian maka itu pasangan sejatimu, dan doakan semoga Allah membalasnya dengan cinta-Nya yang sejati, karena engkau telah sepenuhnya ridha pada pasanganmu. jadi Jika demikian maka ia lebih layak untuk Dia daripada untukmu. Serahkan pada-Nya. Berikan kekasihmu untuk-Nya sebagai persembahan tertinggimu kepada-Nya. Tapi, kalau ternyata tidak, who will love you then? Cinta sempurna, hanya bisa diraih dan didapatkan dari sosok yang Maha Sempurna. seperti "Divine Love" Itulah yang dicari para ruhani sejati: menginginkan dicintai dan mencintai secara sempurna, oleh dan untuk Yang Maha Sempurna Cintanya. Lalu untuk apa menikah? Justru itu. Kalau menikah hanya untuk mengejar cinta (psikologis), ia akan habis suatu saat. Apalagi kalo cuma mengejar ketampanan dan kecantikan, harta dan status. Then you will spent the rest of your life, sharing your bed and giving your body to someone that you know he/she ‘just doesn’t have it anymore’. Deep in your heart, you will sigh every second. Helpless. Trapped in your life, breathing in something you don’t like, in every single moment for the rest of your life. You –lose–. Cinta memang sebuah perasaan yang dahsyat, sering membuat lupa diri, dan sangat jarang orang yang tidak ‘mabuk’ dan mampu menguasai rasionalitasnya ketika dihantam cinta. Tentu saja, karena cinta adalah proyeksi terendah dari asma ‘Ar-Rahiim’, sesuatu milik Yang Maha Agung. Proyeksi terkecilnya saja, bahkan dalam level cinta fisikal dan mental, sudah sedemikian dahsyat efeknya kepada makhluk. Hidup jadi indah, inspirasi mengalir, dan karya-karya raksasa dan monumental akan lahir dari tangan kita karena proyeksi terkecil asma Ilahiyah itu. We become drunk, and try everything we can to not get sober. Not now. No way. Apalagi ketika Allah percaya pada pengabdian kita, dan berkenan menugaskan malaikat untuk menyematkan asma ‘Ar-Rahim’-Nya, yang ‘asli’ dan bukan proyeksi, di dada jiwa kita. Kayak apa dahsyatnya. Nah, jika dilihat dari kacamata para pejalan ruhani (sufi yang beneran, bukan ngaku sufi atau baru baca beberapa buku sufi macam saya ini ^_^) menempatkan pernikahan sebagai kerangka untuk belajar, tangga untuk meraih cinta sejati ini. That Divine Love. To love and be loved, divinely. Perfectly. Sejak awal, paradigmanya beda: baik si pria atau si wanita, sepenuhnya memahami dan mau menerima ketidaksempurnaan pasangannya. Di dalam hati akadnya justru itu: ‘pasangan saya akan ada buruknya, but yet i’m marrying him/her‘. Hmm,hmm, bener..Ituah sebabnya, kata rasul, bumi dan langit, dan para penghuni langit berguncang, bergetar ketika ada pasangan manusia yang mengucap akad nikah, sumpah nikah mereka. Karena pada hakikatnya mereka berdua bersumpah di hadapan seluruh keagungan majelis Allah untuk bersama-sama melangkah memasuki sebuah ‘keber"SERAH"dirian’: mereka tidak tahu akan mengalami apa di dalam sana. Proudly (or foolishly) stepping one’s foot into the realm of absolute unknown. Sumpah ini adalah sumpah kedua terberat setelah sumpah eternal jiwa manusia yang seperti di Qur’an 7:172. Bumi dan langit tidak habis pikir dan ngeri: kok berani-beraninya ngambil SKS seberat itu, padahal nanti mereka akan dihakimi Allah langsung. Kuliah pertama manusia yang diabadikan di surat 7:172 nya saja belum lulus. Padahal yang mengucapkan sumpah itu ketawa-ketiwi setelahnya, (ya sekarang didunia ini), Bumi sebenarnya udah mau geleng-geleng kepala, tapi teringat bahwa kalau ia geleng-geleng maka seluruh penghuni bumi kiamat dilanda gempa. Makanya semakin ada orang nikah, maka bumi semakin sabar, belajar menahan dirinya untuk tidak geleng-geleng kepala, hehe... Makanya, beragama lewat pernikahan itu lebih berat daripada selibat. Kata pujangga hindu yang ngefans sama Nabi muhammad, “kalau engkau termasuk manusia pemberani, maka tempuhlah jalan Muhammad (yaitu menikah dan membersihkan diri lewat pasangan). Tapi kalau tidak, maka setidaknya tempuhlah jalan Isa.” Justru tujuan pernikahan bagi mereka masing-masing lelaki dan wanitanya adalah ‘menggunakan’ ketidaksempurnaan pasangannya itu untuk membersihkan jiwanya sendiri. Dia mengamplas hatinya lewat pasangannya, demi meraih Cinta Sempurna (C dan S nya kapital) untuk diri dan pasangan mereka, karena masing-masing diri mereka menyadari bahwa cinta mereka untuk pasangannya bukanlah cinta yang tertinggi. seorang pencari kebenaran hakiki, justru mencari wanita berperangai paling buruk untuk ia nikahi. adalah untuk mengasah kebijaksanaan dan kesabarannya lewat istrinya.: “By all means, get married! If you get a good spouse you’ll be happy. If you get a bad one, you’ll become a philosopher. You have nothing to lose.” Lucu sih. Tapi dalem. tentang pernikahan sebagai jalan secara syariat bisa saya simpulkan : Siang dan malam engkau senantiasa berperang, berjuang dalam berupaya mengubah akhlak dari lawan-jenismu, untuk membersihkan ketidak-sucian mereka dan untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan mereka. Lebih baik mensucikan dirimu-sendiri melalui mereka daripada mencoba mensucikan mereka melalui dirimu-sendiri. Ubahlah dirimu-sendiri melalui mereka. Temuilah mereka dan terimalah apa saja yang mereka katakan, walaupun dari sudut-pandangmu ucapan mereka itu terdengar aneh dan tidak-adil. tolong di tambahin..hehehe Kalau merenungi landasan pernikahan lumayan membuat saya ‘berkeringat dingin’. Bukan mikirin malam pertama, tapi mikir landasan pernikahan kami nanti "Proudly (or foolishly). kata komunikasi, nah itu dia Udah benar belum ya, landasannya, niatnya, paradigmanya, harapannya, agar terjalinnya suatu landasan komunikasi yang verb bukan yang egosentris? Kalo salah gimana? Apa yang terjadi nanti? Apakah langgeng, berantem, bercerai? Kaya, melarat? Nggak tau. Mutlak nggak tau. Saya hanya berharap semoga Allah tidak pernah meninggalkan kami nanti, dan mencukupi kebutuhan kami lahir dan batin, jasad dan jiwa. Semoga dari ketidaktahuan itu akan lahir sebuah Keberserahdirian yang mendatangkan rahmat. Islam, aslama, berserah diri. Makanya kata Rasul, menikah adalah setengah diin, diinul-Islam, jalan keberserahdirian. Sebuah kebergantungan hati yang mutlak kepada Allah ta’ala, no matter how good we are. That sense is so hard to accomplish. Pada hakikat dari persoalan itu lah, nabi Muhammad S.A.W. berkata: “Tidak ada kerahiban dalam Islam.” Jalan para rahib adalah kesendirian, tinggal di pegunungan, lelaki hidup tanpa perempuan dan berpaling dari dunia. Allah menunjukkan jalan yang lurus dan tersembunyi kepada Sang Nabi. Jalan apakah itu? Pernikahan, agar kita dapat menanggung ujian kehidupan bersama dengan lawan-jenis, mendengarkan tuntutan-tuntutan mereka, agar mereka memperlakukan kita dengan keras, dan dengan cara demikian memperhalus akhlak kita. Menanggung dan menahan penindasan dari pasanganmu itu bagaikan engkau menggosokkan ketidak-murnianmu kepada mereka. Akhlakmu menjadi baik melalui kesabaran; sementara akhlak mereka menjadi buruk melalui pendominasian dan agresi mereka. Jika engkau telah menyadari tentang ini, buatlah dirimu bersih. Ketahuilah bahwa mereka itu bagaikan pakaian; di dalamnya engkau dapat membersihkan ketidak-murnianmu dan engkau sendiri menjadi bersih Singkirkan dari dirimu kebanggaan, iri dan dengki, sampai engkau alami kesenangan dalam perjuangan dan penderitaanmu. Melalui tuntutan-tuntutan mereka, temukanlah kegembiraan ruhaniah. Setelah itu, engkau akan tahan terhadap penderitaan semacam itu, dan engkau tidak akan berlalu dari penindasan, karena engkau melihat keuntungan yang mereka berikan. Jalan dari Sang Nabi adalah seperti ini: Menanggung kesedihan itu perlu untuk membantu kita membuang egoisme, kecemburuan dan kebanggaan. Menahan sakit dari keinginan-keinginan berlebihan dari pasangan kita, sakitnya beban ketidak-adilan, dan ratusan ribu macam sakit lainnya yang tidak terbatas, agar jalan ruhaniah dapat menjadi jelas. Jalan dari Nabi Isa a.s. adalah bergulat dengan kesepian dan tidak meladeni syahwat. Jalan nabi Muhammad S.A.W. adalah dengan menanggung penindasan dan kesakitan yang ditimbulkan oleh lelaki dan perempuan satu sama lain. kata gede parma tokoh hindu itu George, "Jika engkau tidak dapat menempuh jalan Muhammad, setidaknya tempuhlah jalan Isa, artinya ada suatu mekanisme awal yang pada gilirannya sehingga dengan demikian kita tidak sepenuhnya berada di luar jalan ruhaniah. Jika kita mempunyai ketenangan untuk menanggungkan seratus hantaman, dengan memandang buah dan panen yang lahir melalui mereka, atau jika kita diam-diam meyakini di dalam kalbu, “Walaupun saat ini aku tidak melihat hasil-panen dari penderitaan ini, pada akhirnya aku akan meraih harta-karun,” bahwa engkau akan meraih harta-karun, itu benar adanya; dan yang jauh lebih berlimpah dibandingkan dengan yang pernah engkau inginkan dan harapankan. Jadi, justru di jalan nabi Muhammad orang yang mau menikah seharusnya sepenuhnya menyadari bahwa sifat-sifat pasangan yang ‘buruk’ itu akan menempa kita, demi menjadi bijak, bersih, matang, dan suci, untuk meraih cinta tertinggi bagi masing-masing pasangan. Ini bahagia atau tidak bahagia? Tergantung cara memandang ‘kebahagiaan’. Bahagia kelas permen atau bahagia kelas langit. Di sisi lain, Rasul melarang menikah tanpa cinta, sekalipun itu paksaan orangtua sendiri. Cinta adalah landasannya pernikahan. Tapi justru kita kadang tidak tahu ini, bahwa hanya ada dua kemungkinan arah cinta di awal pernikahan itu: cinta itu akan mati saja, atau cinta itu akan mati dan tertransformasi menjadi cinta yang lebih tinggi, dalam tiap tahapan pernikahan. Itu artinya menanggung tempaan secara teratur, selang seling senang dan martil. Sekarang, kalau saya ditanya, memang mau menempuh pernikahan seperti itu? Berani? Sejujurnya, rasanya nggak lah. No way. Not way. Semua juga tentu mengharapkan kebahagiaan dalam pernikahan itu. Tapi pada saat yang sama, juga mengharapkan adanya transformasi. Agaknya kalau mau enak semuanya itu jawaban hawa nafsu saya saja. menurutku.. Semoga Allah menguatkan kita dalam penempaannya. Semoga Allah berkenan hadir mengunjungi kita dalam kebahagiaan-kebahagiaannya #DiskusiOrang_OrangSuper SEMOGA BERMANFAAT
Posted on: Fri, 04 Oct 2013 07:20:33 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015