Arena Bobotoh: Legenda Persib yang Dipuji Fabio Capello itu - TopicsExpress



          

Arena Bobotoh: Legenda Persib yang Dipuji Fabio Capello itu Bernama Yudi Guntara Tulisan ini merupakan lanjutan dari tulisan Arena bobotoh sebelumnya untunk mengenang kemenangan Persib Bandung di kompetisi Perserikatan 1994. Tulisan ini menyoroti Yudi Guntara, salah satu pahlawan Persib musim itu, dan salah satu pemain yang bermain cemerlang di partai final melawan PSM Makassar. Persib Bandung, mendengar nama itu pasti langsung teringat dengan tim besar asal Bandung yang terkenal dengan bobotohnya yang fanatik. Tim yang berjuluk “Maung Bandung” ini tidak cuma mengharumkan Kota Kembang, tetapi Persib juga adalah tim yang dibanggakan warga Jawa Barat. Persib pernah mengharumkan Indonesia setelah berhasil mencapai babak perempat final Liga Champions Asia pada tahun 1995. Tahun 1995 adalah masa jaya bagi Persib. Pada tahun ini Persib adalah tim pertama yang menjuarai Liga Indonesia. Di partai puncak musim 1994/1995, Persib berhasil menumbangkan Petrokimia Gresik dengan skor 1-0. Stadion utama Senayan jadi saksi kedigjayaan Persib pada saat itu. Goal tunggal dicetak oleh striker Sutiono. Kejayaan Persib pada tahun 1995 itu, tak lepas dari kekompakan dan kuatnya skuad yang dilatih Indra Tohir. Walau murni pemain lokal, tangan dingin Abah Indra bisa menunjukkan taji dan menghancurkan tim lawan yang notabene diperkuat oleh pemain asing. Salah satu pemain yang menarik perhatian saya pada saat itu adalah Yudi Guntara. Saya mulai mengenal dia saat tahun 1993. Gocekan maut, penetrasi di lapangan tengah dan umpan-umpan yang menawan, membawa Persib juara perserikatan musim 1993/1994. Bahkan goal cantiknya saat melawan PSM di final perserikatan tahun 1993/1994, membuat Yudi Guntara makin melekat di hati bobotoh. Saat itu goal Yudi Guntara bersanding di papan skor dengan Sutiono. Keunggulan 2-0 atas PSM, membawa Persib menjuarai Piala Perserikatan yang terakhir. Dalam website simamaung, @hevifauzan memberikan julukan “Tendangan Ular” untuk goal Yudi Guntara tersebut . Bola dilepaskan dari luar kotak penalti, bergerak datar, kemudian bergerak sedikit ke bawah ketika mendekati penjaga gawang yang nampaknya terkejut dan tidak siap menerima bola. Penjaga gawang mencoba mengulurkan tangannya, dan berhasil menepis bola, namun sayang, bola tepisan tadi malah mengarah keras ke rumput yang berada di dalam area gawang. Jejak Karier Yudi Guntara Seperti yang penulis baca dalam vikingpersib.net, Jerman mendapat tempat khusus dalam catatan karir sepakbola Yudi Guntara, pasalnya dua kali ia bersama tim nasional junior melakukan pemusatan latihan di negara tersebut yaitu pada 1986 dan 1988, masing-masing selama 2 bulan. Kunjungan pertama Yudi ke Jerman adalah untuk persiapan menghadapi Pra Piala Dunia U-19 di Singapura. Dua tahun kemudian menjelang Pra Piala Dunia U-19, kembali ia berlatih di negerinya Michael Ballack. “Banyak hal yang saya peroleh dalam dua kali pelatnas di Jerman, terutama ilmu sepakbola modern dan displin.” ujar pengagum legenda sepakbola Argentina, Diego Maradona ini. Keikutsertaan Yudi dua kali memperkuat Indonesia dalam Pra Piala Dunia Junior merupakan pengakuan terhadap kualitasnya di lapangan hijau. Bakat besarnya sudah tercium semenjak ia masih berusia 14 tahun. Arena Piala Coca Cola U-15 yang digelar di Bangkok Thailand pada 1983 adalah pengalaman internasional Yudi yang pertama. Ia masuk skuad timnas setelah tampil memukau dalam invitasi Sepakbola Nasional U-15 di Jakarta. Pada invitasi itu, Yudi yang berasal dari klub Elput Lembang memperkuat tim Persib. Sejak invitasi itu, Yudi yang saat itu duduk di bangku SMP diboyong ke Diklat Sepakbola di Salatiga, Jateng. Demi mengejar cita-citanya sebagai pesepakbola andal, ia rela hidup jauh dari keluarganya di Lembang. Pada usia belasan sampai awal usia 20 tahun, karir sepakbolanya lebih banyak ia habiskan di daerah lain. Padahal hati kecil Yudi ingin segera bergabung dengan Persib, tim idamannya sejak masih kecil. Untuk mewujudkan obsesinya itu, ketika lulus dari SMA Ragunan pada 1987, ia sempat pulang ke Bandung untuk kuliah dan membela Persib. Tapi karena tak ada kepastian, Yudi pun cabut ke Jakarta memenuhi tawaran beasiswa dari STIE Perbanas. Tapi keinginan masuk Persib belum juga pupus, Yudi pernah kabur dari pelatnas tim sepakbola mahasiswa menghadapi Pekan Olahraga Mahasiswa (POM) Asean hanya untuk ikut main dengan Persib pada salah satu turnamen. Pada periode 1988-1990, anak Lembang ini tercatat sebagai pemain Persija. “ Saya masuk Persija karena ketika itu STIE Perbanas punya klub sepakbola yang menjadi anggota Persija. Sehingga saya tak dapat menolak ketika dipanggil oleh Persija.” ungkap Yudi. Di Persija, ia sempat sekamar dengan Rahmad Darmawan, yang sekarang menjadi pelatih top Liga Indonesia. Bersama tim ibu kota ini prestasinya cukup bagus, yaitu menduduki peringkat 3 pada tahun 1987 dan peringkat 4, dua tahun kemudian. Kelar kuliah pada 1991, Yudi pun pulang kandang masuk klub Pro Duta sekaligus gabung dengan Persib, tim idamannya sejak kecil. Bersama Maung Bandung, walau berbekal pengalaman segudang, Yudi tidak langsung nyetel. Ia harus menjalani proses penyesuaian satu tahun lebih. “Karakter permainan Persija dan Persib berbeda. Di Jakarta, pemainnya lebih individual, sedangkan Persib lebih mengutamakan kerja sama tim.” sebut Yudi. Setelah melewati masa transisi yang cukup sulit sekitar 1 tahun lamanya, akhirnya Yudi mampu meyakinkan pelatih. Wajar jika kemudian dia menjadi pilihan utama Persib di sektor gelandang serang. Bersama Persib, 2 kali Yudi naik podium sebagai jawara kompetisi Perserikatan 1993 dan Liga Indonesia 1994. “ Inilah fase terindah sepanjang karir saya sebagai pesepakbola yang tidak akan terlupakan seumur hidup. Saya sangat bangga pernah jadi bagian tim besar seperti Persib.” kata Yudi. Sayangnya pada tahun-tahun terakhirnya di Persib, terkadang Yudi tak bisa tampil maksimal lantaran cedera yang sudah dideritanya ketika masih bergabung dengan Persija. Bersama Persib, Yudi Guntara beruntung bisa menjajal beberapa klub beken dari mancanegara diantaranya Sao Paulo dari Brazil, PSV Eindhoven dari Belanda dan AC Milan dari Italia. Pertandingan yang paling berkesan bagi Yudi adalah saat Persib menjamu klub elite dari Italia, AC Milan pada 1994 di Stadion Utama Senayan, Jakarta. Maklum, saat itu ia berkesempatan menjajal bintang-bintang sepakbola yang biasanya hanya dilihat di layar televisi. “Itu merupakan pengalaman amal luar biasa. Meski Persib kalah telak, saya dan teman-teman mendapat pelajaran berharga dari para pemain professional tersebut.” papar Yudi. Yang membuatnya bangga, aksi Yudi di lapangan hijau dipuji oleh Fabio Capello. Komentar Capello tentang Yudi sempat muncul di media massa. Kepada para wartawan, Capello mengatakan dengan kualitas permainan yang dimilikinya, pemain Persib nomor 5 (nomor punggung na Yudi Guntara) pantas masuk klub Serie A Italia. Terakhir kali, penulis bertemu dengan kang Yudi juga skuad 94/95 pada acara ‘Hiji Oge Maung’ yang diselenggarakan di Bikasoga, Jalan Suryalaya, Buahbatu, Bandung, Sabtu (29/12). Acara ini menggelar nonton bareng final Liga Indonesia tahun 1994/1995 yang dijuarai Persib. Kini sehari-hari kang Yudi aktif bekerja di Bank Jabar Banten (BJB) Tamansari. Walau sibuk bekerja, kang Yudi tidak akan pernah melupakan sepakbola. Beliau terus mengikuti perkembangan Persib hingga sekarang. Beberapa hari lalu, Kang Yudi datang langsung memberikan support ke event League of Change 2013 di Bandung, ajang seleksi bagi pemain yang akan berangkat Homeless World Cup 2013. Jejak karier Yudi Guntara tersebut mudah-mudahan bisa menjadi inspirasi bagi pemain Persib yang tergabung di skuad musim ini untuk meraih gelar Juara. Juga bisa menjadi inspirasi pagi para bibit muda yang berkarier di dunia sepakbola. ~BOMBER~
Posted on: Mon, 15 Jul 2013 08:44:28 +0000

Trending Topics




© 2015