Asia Timur dan Pembangunan Ekonomi Indonesia Belum lama ini - TopicsExpress



          

Asia Timur dan Pembangunan Ekonomi Indonesia Belum lama ini Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa melakukan pertemuan bilateral dengan Deputi Menteri Ekonomi Jepang Yasutoshi Nishimura. Dalam pertemuan itu Hatta bersama perwakilan Jepang membahas mengenai investasi dan perdagangan antar kedua negara. Jepang menegaskan komitmen untuk terus meningkatkan investasi di Indonesia, terutama bidang otomotif dan energi. Selain itu, juga meningkatkan investasi dalam bidang energi serta mendorong volume perdagangan dengan Indonesia. Indonesia dan Jepang memang dikenal memiliki hubungan kerja sama erat di bidang ekonomi. Bukan kali ini saja, Februari lalu delegasi asosiasi pengusaha asal Jepang Kansai Economic Federation (Kankeiren) melakukan kunjungan ke Indonesia bertemu sejumlah menteri bidang ekonomi. Kunjungan delegasi Kankeiren untuk menindaklanjuti kesepakatan yang tertuang dalam cetak biru pembangunan kawasan prioritas metropolitan (metropolitan priority area) yang telah disepakati pemerintah Indonesia dan pemerintah Jepang pada Oktober 2012. Kabar rencana investasi kedua macan Asia Timur itu tentu merupakan kabar gembira karena akan membawa dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Memang, Jepang dan Korea Selatan telah sejak lama dikenal sebagai negara yang memiliki minat sangat serius dalam melakukan investasi di Indonesia. Sebagai ilustrasi, Jepang akan merencanakan gelombang ketiga investasi (the third wave investment) ke Indonesia. Setelah era 1970-an dan 1990-an Jepang menanamkan modal secara massif. Kali ini diperkirakan ada Rp410 triliun yang akan digelontorkan Jepang hingga tahun 2020 dengan 45 proyek prioritas. Jepang bukan satu-satunya negara di kawasan Asia Timur yang juga memiliki catatan baik dalam kerjasama ekonomi dengan Indonesia. Satu negara lain adalah Korea Selatan. Kerjasama ekonomi antara Indonesia dan Korea Selatan juga menunjukkan peningkatan pesat selama beberapa tahun terakhir. Total perdagangan Indonesia-Korea Selatan tahun 2012 tercatat mencapai US$ 27 miliar. Total nilai perdagangan itu terdiri dari nilai ekspor sebesar US$ 15 miliar dan impor sebesar US$ 11,9 miliar. Sebelumnya, di tahun 2011 total perdagangan Indonesia-Korea Selatan US$29,4 miliar dollar dengan nilai ekspor US$16,4 miliar dan impor US$12,9 miliar. Lalu total perdagangan kedua negara di tahun 2010 sebesar US$20,3 miliar. Data-data di atas menunjukkan kedua macan Asia itu sangat memandang penting keberadaan Indonesia. Meskipun demikian, jalan Indonesia menuju negara baru tujuan utama investasi dunia bukan lantas tanpa hambatan sama sekali. Harus diakui persoalan ketersediaan infrastruktur memadai kerap kali menjadi batu sandungan bagi realisasi target investasi. Hambatan infrastruktur akan menjadi kendala besar bagi pertumbuhan ekonomi suatu negara. Jika infrastruktur suatu negara tidak memadai, maka kegiatan investasi serta arus barang dan jasa otomatis akan turut mengalami gangguan. Infrastruktur merupakan roda penggerak pertumbuhan ekonomi. Bukan tidak mungkin persoalan infrastruktur akan mengandaskan ambisi bangsa Indonesia untuk menjadi negara baru tujuan utama investasi dunia. Namun, jika persoalan itu dapat segera diatasi oleh pemerintah, maka jalan bagi Indonesia untuk mewujudkan mimpi menjadi kekuatan ekonomi baru dunia dan tujuan utama investasi akan semakin lapang terbuka. (**) Fatur Anas Pengamat Sosial Ekonomi
Posted on: Fri, 26 Jul 2013 20:32:40 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015