Ayam Pun “Minum Jamu” Digunakan untuk membatasi penggunaan - TopicsExpress



          

Ayam Pun “Minum Jamu” Digunakan untuk membatasi penggunaan antibiotik, meningkatkan performa dan mendongkrak efisiensi melalui perbaikan tingkat konversi pakan Tak hanya berisikan probiotik sebagai kandungan utama, produk keluaran CV Pradipta Paramita itu juga mengandung komponen herbal dalam takaran tertentu. Dalam keterangan kemasan disebutkan adanya penambahan jamu jawa, herbal dan rempah-rempah di dalamnya. Agnes Herartri, pemilik CV Pradipta Paramita sekaligus peracik produk menyebutkan adanya imbuhan temulawak (curcuma), jahe (Zingiber officinale), kunyit, kencur dan beberapa jejamuan lainnya. Agnes memberi penjelasan, curcuma mengandung zat aktif yang bersifat fitobiotik yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri merugikan (patogen). Dengan demikian bakteri ‘baik’ dalam probiotik bisa lebih berkembang dan ‘menjalankan’ tugasnya di saluran pencernaan. Sementara kunyit bertugas melancarkan metabolisme dan memperbaiki fungsi saluran pencernaan. Dan kencur, memiliki khasiat meningkatkan stamina serta membantu memperbaiki fungsi saluran pernafasan. “Jadi satu produk bisa mendapat dua keuntungan, fungsi probiotik dan fungsi herbal,” terang alumnus Fakultas Biologi UGM ini. Probiotik, kata Agnes, berperan menghasilkan enzim untuk mencerna bagian dari pakan yang sulit dicerna oleh unggas. Serta mampu membersihkan dinding saluran pencernaan dan berkembang di usus sehingga mendesak populasi mikroorganisme yang merugikan. Sementara komponen herbal, dipastikan Agnes, disatukan bersama probiotik dengan tujuan memaksimalkan kerja probiotik. Menekan Stres & Penyakit Selain mendukung kinerja probiotik, kombinasi herbal juga memiliki efek positif mengurangi risiko stres dan penyakit pada ayam. Ini karena metabolisme tubuh ayam terjaga. Karena itu, kata Agnes, pemberiannya bukan untuk mengatasi kasus unggas yang sudah mengalami stres, melainkan sebagai tindakan preventif. Ia menyarankan, suplemen probiotik plus herbal diberikan secara kontinu sehingga tujuannya sebagai langkah preventif bisa tercapai. Keterangan serupa disampaikan Yatie Setiarsih, Chief Operating Officer PTBiomin Indonesia. Menurut dia, herbal diberikan sebagai feed additive (imbuhan pakan) karena sifatnya sebagai pendukung bukan pengganti nutrisi dalam pakan. Banyak digunakan untuk meningkatkan performa umum dan efisiensi pakan melalui perbaikan tingkat konversi pakan. Mengantisipasi Iklim Salah satu yang mempercayakan kesehatan ternak unggasnya pada keampuhan herbal adalah Joko, peternak broiler asal Ciampea, Bogor. Ia mengaku selama ini menambahkan temulawak, kunyit dan bawang putih dalam pakan ayamnya. Ramuan tersebut hasil racikannya sendiri, dengan dosis perkiraan. Langkah ini ditempuh Joko sebagai tindakan antisipasi atas cuaca yang belakangan semakin tidak bersahabat, danmenyebabkan potensi stres ayam kian tinggi. Selain itu, ia memberikan imbuhan jamu tersebut utamanya pasca pelaksanaan vaksinasi untuk menghindari reaksi negatif post vaccinal. Menghindari Antibiotik Sementara menurut Petty Kristiani, Sales Manager PT Vaksindo Satwa Nusantara (Vaksindo), tren herbal tidak lepas dari gejala tuntutan pasar yang mulai sadar bahaya residu antibiotik. Kebijakan negara-negara maju, terutama Eropa, melakukan pengetatan terhadap penggunaan antibiotik pada usaha peternakan. Bahkan untuk tujuan memicu pertumbuhan (sebagai growth promoter) kawasan tersebut jelas memberlakukan larangan. Dan produk-produk yang masuk pasar, berbagai negara di dunia saat ini mensyaratkan batas residu antibiotik. Boris memberikan komentar, mengganti fungsi antibiotik dengan herbal dalam pengobatan tentu tidak bisa karena cara kerja yang berbeda antara keduanya. Ia menjelaskan, untuk mencapai budidaya unggas yang bebas antibiotik mungkin dilakukan, tetapi menggantikan fungsi antibiotik menurutnya tidak bisa. “Tetapi herbal bisa disinergikan dengan antibiotik,” ujarnya. Pendapat sedikit berbeda justru dikemukakan Hasbullah. Menurut dia, herbal dapat menggantikan fungsi antibiotik karena memiliki sifat antiviral, antibakterial. Terlebih dengan dukungan aplikasi sistem budidaya closed house, sangat mungkin sekali antibiotik ditiadakan dan digantikan dengan herbal. Bisa jadi yang dimaksudkan Hasbullah adalah penggunaan antibiotik sebagai growth promoter, dan mencegah timbulnya kasus-kasus infeksi pencernaan semisal necrotic enteritis (NE). Tren Terus Naik Makin besarnya permintaan produk herbal produksi pihaknya dari waktu ke waktu, dijadikan Petty sebagai indikator ukuran keberhasilan atau efektivitas penggunaan herbal pada ternak. “Tren permintaan selalu naik, artinya produk herbal dipercaya dan terbukti memberi hasil positif di lapangan,” kata Petty . Indikator lain adalah makin maraknya perusahaan kompetitor yang meniru produk sejenis. Tujuan penggunaan herbal sangat tergantung pada zat aktif yang terkandung di dalamnya. Untuk produk Vaksindo dengan merek dagang Vitakur, dikatakan Petty, mengandung kunyit dan temulawak. Temulawak lebih utama dimaksudkan pada membantu fungsi hati,sementara kunyit digunakan dengan tujuan sebagai antibakterial atau fungsi antibiotik. “Tetapi keduanya men-support kerja hati dan pencernaan. Karena pencernaan di atas lebih efisien, maka proses ke bawah akan lebih efisien pula. Sehingga absorbsi maksimal, dan produk buangan yang keluar sebagai feses tinggal ampas saja,” jabarnya. Mekanisme ini juga akan mengurangi problem usus seperti misalnya NE (necrotic enteritis). Ahmed Aufy, Manajer Teknis, Kompetensi Pusat Phytogenics, Biomin Holding GmbH, Austria dalam tulisannya yang dimuat Magazine All About Feed, Vol 20-No 5-2012 menjelaskan, dengan mengontrol mikroflora usus, aditif phytogenic (herbal) berpotensi meningkatkan kecernaan nutrisi. Dengan penambahan herbal, minyak esensial dapat membatasi pertumbuhan bakteri patogen dalam usus, sehingga mengurangi kompetisi untuk nutrisi antara bakteri dan inang (ayam). Alhasil, lebih banyak nutrisi yang tersedia untuk diserap ayam. Alternative Feeding Program Lebih lanjut menurut Ahmed, selama beberapa dekade produsen broiler cenderung menggunakan pakan high-density diet (padat nutrisi) untuk mencari keuntungan setinggi mungkin. Tapi, dengan harga pakan meningkat, seluruh proses produksi mencari alternatif program pemberian pakan untuk meningkatkan profitabilitas. Edy Djauhari Purwakusumah, Head of Division Natural Resource Development and Cultivation, Pusat Studi Biofarmaka, IPB membenarkan tanaman herbal mulai banyak digunakan pada unggas. Utamanya sebagai growth promoter dan pencegahan. “Tetapi sebagaimana pemanfaatan jamu pada manusia, selain berperan sebagai pencegahan dan pertumbuhan, herbal juga ditujukan untuk pengobatan,” katanya. Temulawak, dengan kandungan curcuminoid-nya digunakan pada manusia untuk meningkatkan daya tahan tubuh, terbukti di ayam pun memiliki efek serupa. Pihaknya saat ini tengah memproses hak paten untuk produk olahan temulawak. Selengkapnya baca di majalah Trobos edisi September 2012
Posted on: Mon, 15 Jul 2013 02:44:03 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015