Ayooo Belajar Teknik Fokusing BANTEN WILDLIFE - TopicsExpress



          

Ayooo Belajar Teknik Fokusing BANTEN WILDLIFE PHOTOGRAPHER Didedikasikan untuk rekan-rekan pemula /penggemar wildlife photography Dampak Focusing, Shutter Speed dan Shake terhadap Sharpness Oleh : Ridhwan Bachsin Tanggal Launching : 15 Oktober 2013 Disamping setting pencahayaan, Tingkat kualitas suatu hasil foto ditentukanoleh tingkat ketajamannya(sharpness). Mengingat kualitas lensa dan sensor modern dari hampir semua produser kamera yang sudah nyarissetara serta akurasi pembacaanpencahayaan yang semakin sempurna, sehingga tinggal faktor “Man behind thegun” lah yang akan menentukan foto yang dihasilkan tajam atau tidak. Ada 3 (tiga ) faktor yangakan menentukan tingkat ketajaman dari hasil sebuah foto, yaitu : 1). Penempatan Titik Fokus (Focusing). 2). Kecepatan Rana (Shutter speed). 3). Guncangan (shaking). BAB-1 Penempatan Titik Fokus (FOCUSING) Terlebih dahulu, ada baiknyakita memahami bagaimana cara kerja kamera kita dalam menempatkan titik fokusnyasecara tepat serta faktor-faktor yang akan mempengaruhinya. Secara umum ada 3 (tiga) metodayang dijadikan dasar design untuk dapat memfokus secara otomatis, Ketiga metodaini biasanya bekerja secara kombinasi , namun dengan tingkat prioritas penggunaanyaakan secara berurutan sesuai dengan urutan di bawah ini : 1.1.Perbedaan tingkat kuat cahaya (Level ofContrast) Faktor ini akan menjadi pilihan utama darisebuah kamera dalam menentukan titik fokusnya apabila dioperasikan secaraotomatis. Semakin kuat perbedaan tingkat kontras (dinyatakan dalam satuan EV atau stops), akan membuat membuat kameramenjadikannya sebagai pilihan utama. Sebagaimana kita ketahui, tingkatefektifitas pemantulan cahaya akan sangat bergantung pada warna objek. Warnaputih akan memantulkan cahaya secara sempurna , sedang warna hitam adalah warnayang paling buruk tingkat pemantulannya. Response mata ataupun sensor kamera akanlebih tinggi bila melihat “sedikit warnaputih di area gelap (hitam)” dibandingkan dengan “sedikit warna hitam di area terang (putih)”, karena itulah kameraakan lebih sulit untuk memfokusnya secara otomatis. Sebagaicontoh :objek yang membelakangi sumber cahaya (backlit) akan lebih sulitdifokus dibandingkan dengan objek yang tersiram oleh cahaya secara penuh walaupun background objek tersebut gelap. Dalam bidang wildlife photography dimanayang menjadi objek adalah makhluk hidup, ciri dari suatu kehidupan adalah pancaran mata, sehingga penempatantitik focus di mata objek hidup menjadi suatu hal yang sangat penting. Untuk dapat menempatkan titik fokussecara tepat di mata yang mana hampir semua makhluk hidup memiliki retina yangberwarna hitam sehingga kita bisa mendapatkan sedikit titik putih dari cahayayang memantul, terlebih dahulukita harus membuat kondisinya menjadi “sedikit warna putih di suatu bidang/areagelap” dengan cara membatasi luas areanya. Pilihan mode “spot focusing” yang luasnya sekitar 1 ~2 % darikeseluruhan luas bidang sensor diyakini menjadi satu pilihan yang terbaik,sehingga “bintik” putih yang jatuh di retina mata yng memiliki contrast palingtinggi akan dijadikan target utama dari sensor kamera. 1.2.Perbedaan warna (color different) Metodasystem focusing jenis ini akan sangat berguna apabila objek berada di areashadow (kerimbunan canopy hutan, dll) dan tidak mendapat pencahayaan secaralangsung. Yang diukur oleh sensor dalam hal ini adalah “color temperaturenya”. Warnayang bersifat complementer (berlawanan) akan lebih mudah untuk dideteksidibandingkan dengan warna yang senada. Sebagai contoh : kamera akan lebih mudahendeteksi perbedaan warna merah/biru dan merah dibandingkan dengan merah/hijau. Hampirkeseluruhan vendor kamera belum dapat memfungsikan metoda sensing ini secaramemuaskan, sehingga dapat kita rasakan fungsi fokus otomatis akan bekerjasangat lambat apabila objek bersembunyi di area shadow. Untuk membantumempercepat proses focusingnya dapat dilakukan dengan membantunya dengan meng-“override”sesa’at mode focus secara manual agar lebih mendekati target focus yang kitainginkan. Saranpenulis, untuk lebih memahami lebih mendalam tentang perbedaan warna , dapatdibaca artikel-artikel mengenai “creativefilter”. 1.3.Perbedaan Phase (Phase Detection System). Metodaini lebih dikenal dengan nama “phase detection system” yang secara umumdigunakan untuk pemotretan objek bergerak pada kamera yang dilengkapi dengan multipoint focus pada mode burst. Carakerjanya adalah sbb : · Pertama-tama “otak”kamera akan dikenalkan terlebihdahulu dengan suatu “bentuk objek” atau “bidang dengan komposisi beda kuatcahaya tertentu” yang tertangkap olehsatu titik/bidang fokus yang telah ditentukan dan kemudian “bentuk” ini akan di”ingat”oleh prosesor kamera. · Dikarenakankamera mengaktifkan semua titik fokusnya , maka adakemungkinan objek yangbergerak tersebut akan tertangkap oleh titik fokusnya yang lain. · Prosesor kameraakan menghitung kecepatan dan arah gerak dari objek tersebut dan akanmemprakirakan di titik mana objek tersebut akan muncul untuk selanjutnya danakan “mengunci”nya di titik ini, dan dilanjutkan ke titik yang lain secaraotomatis. Kelemahannya: 1).System ini tidak dapat bekerja dengan baik untuk objek yang bergerak secarafrontal (bergerak maju) ke arah lensa. 2).System akan gagal mengunci titik fokus yang berikutnya, apabila ada objekdengan tingkat contrast yang lebih baik menghalangi “penglihatan lensa”terhadap objek yang dibidik. BAB-2 Kecepatan Rana (Shutter Speed). Pemilihan kecepatan rana(shutter speed) ditujukan untuk “membekukan” objek yang disebabkan olehpergerakan objek. Tidak ada rumus pasti untuk menentukan kecepatan yang tepatuntuk setiap objeknya, namun yang pasti , semakin tinggi kecepatan rana(shutter speed) akan semakin “beku” objek yang difoto yang artinya akan semakintajam pula hasilnya. Untuk membedakan apakahketidak-tajaman hasil foto kita disebabkan oleh pergerakan benda atau“guncangan” kamera adalah dengan membandingkan tingkat ketajaman objek ygbergerak tersebut terhadap benda-benda diam yang berada pada titik fokus yangsama. Kunci sukses dari pemahamankecepatan rana ini adalah dengan berlatih dan mencoba sebanyak mungkin danmengevaluasi kembali hasil-hasilnya baik yang belum ataupun sudah sempurnauntuk mengetahui penyebabnya. BAB-3 Guncangan (Shaking) Shaking / guncangandisebabkan oleh adanya pergerakan badan kamera yang diakibatkan baik olehpergerakan photographeritu sendiri ataupun bagian-bagian dari komponen kamera tersebut(contoh pergerakanmirror). Tingkat kestabilan ini akan sangatmenentukan kualitas ketajaman dari hasil suatu pemotretan, seberapapunkecilnya, karena itu, para pakar seringmengatakan bahwa lensa yang paling tajam di dunia adalah “TRIPOD”. Khusus untuk pemotretanwildlife yang pada umumnya menggunakan lensa-lensa super-tele (>= 400mm),efek dari adanya “guncangan” ini seberapapun kecilnya akan sangat mempengaruhikualitas hasil pemotretannya, sehingga banyak kalangan menyatakan bahwapenggunaan tripod pada pemotretan wildlife adalah “wajib”, sedang untuk pemotretanMacro penggunaan tripod saja belumlah cukup, mengaktifkan fungsi “mirrorlock-up” akan meningkatkan ketajaman hasil secara signifikan. BAB-4 Upaya Perbaikan Teknis Latar Belakang : Wildlife Photography adalahlevel tertinggi ditinjau dari teknis pemotretan yang harus dikuasai, khususnyauntuk pemotretan burung di hutan-hutan tropis lebat seperti yang ada di negarakita ini dikarenakan oleh faktor-faktor akan coba dipaparkan di bawah inibeserta upaya perbaikannya : 1. Objek hanya muncul “sesa’at” dengan pergerakan yang dapat dikatakan tiada hentinya. è Tidak memungkin untuk dilakukannya setting secaramanual baik focusing, exposure (pencahayaan) serta muncul kelemahan yangdiakibatkan oleh penggunaan tripod dimana arah pandang lensa tidak dapat diubahdengan cepat. Koreksi Teknis : a. Lakukan pre-setting parameter kamera secara tepat(lihat tips-1) b. Berlatih focusing secara handheld berkala (lihat tips-2) c. Berlatih anti-shaking secara handheld berkala (lihat tips-3) d. Mengamati/mencari info spot-spot khusus dimana objekbiasa muncul / hinggap 2. Kamuflase yang nyaris sempurna dengan warna yang nyaris senada dengan lingkungannya. è Sulit untuk dapat melihat keberadaan objek secarapasti, namun pada umumnya system autofocus kamera masih bisa dengan mudahmengunci objek pada titik fokus. Koreksi Teknis : a. Pelajari dari literatur tentang morphology objek sertakebiasaannya dan mentoring ke para senior yang telah mengenal lebih dahulukebiasaan dari objek yang akan dibidik. 3. Nyaris tidak pernah objek “tampil bersih”, selalu ada benda penghalang di depannya. è Sering terjadi “miss-focus” Koreksi Teknis : a. Berlatih focusing secara handheld berkala (lihat tips2). b. override fokus secara manual atau cari objek lain(seperti ranting atau daun) yang berada pada jarak fokus yang sama dan memilikitingkat kontras lebih tinggi. 4. Kurangnya cahaya, akibat objek lebih cenderung untuk bersembunyi di area shadow. è Fokus tidak mau mengunci Koreksi Teknis : a. override secara manual atau cari objek lain (sepertiranting atau daun) yang berada pada jarak fokus yang sama dan memiliki tingkatkontras lebih tinggi. b. Gunakan flash jika memungkinkan, dengan mengunci titikfokus secara manual. 5. Medan yang berat dan sulit dijangkau dengan menggunakan kendaraan è Beban fisik akan cukup tinggi untuk bisa membawatripod yang bobotnya relative cukup berat ( 3 – 8 Kg) ditambah lagi dengankamera dan lensa yang berat. Koreksi Teknis : a. Latihan fisik atau gunakan jasa porter b. Berlatih focusing secara handheld dan berkala (lihat tips-2) c. Berlatih anti-shaking secara handheld berkala (lihat tips-3) 4.1. Tips-1 Pre-setting Parameter Kamera : a. Dial Mode : AV (aperture priority) b. ISO :400 atau Auto dengan limiter (biasanya saya batasi hingga 800), atau boleh jugadicoba lebih rendah bila memungkinkan. c. AF Selecting :Auto (pada lensa) dan spot pada kamera. d. AF Mode :AI Focus (lebih berguna jika objek selalu bergerak dan berhenti secaraintermittent) dibandingkan dengan AI Servo yang akan gagal mengunci pada saatobjek berhenti bergerak. e. White Balance :AWB f. Processing Parameter :Landscape, dengan presetting : sharpness = maximum, contrast = +1 , saturasi =+1 g. Metering Mode :spot evaluative 4.2. Tips-2 Berlatih Focusing : a. Gunakan lensa Tele dengan panjang lensa minimum 100mm. b. Gunakan objek untuk target berupa karton dengancetakan angka atau huruf dengan kualitas cetak yang baik, beri tanda/warnamencolok pada titik yang ditentukan sebagai target (titik fokus). c. Tempatkan objek pada jarak 2.5 sampai 3.5 meter secaradiagonal. d. Setting diaphraghma pada angka terkecil (bukaandiaphraghma terbesar) untuk mendapatkan DOF yang sempit. e. Lakukan shooting secara handheld lalu check hasilnyadi computer pada perbesaran maximum (100%), evaluasi hasilnya. f. Standard passing grade : >80%. 4.3. Tips-3 Berlatih Anti-Shaking: a. Lakukan item a,b dan c pada point 4.2 b. Setting angka diaphraghma hingga didapatkanshutter speed -1 stops dibandingkan dengan panjang c. Lakukan shooting secara handheld lalu check hasilnya di computer padaperbesaran maximum (100%), evaluasi hasilnya. d. Standard passing grade : >80%. Selamat mencoba…. Semogasukses.. Serang , 15 September 2013 Ridhwan Bachsin Seorang Penggemar Photography
Posted on: Tue, 15 Oct 2013 09:20:32 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015