BAB IV PEMBAHASAN Dalam bab ini akan membahas tentang kajian - TopicsExpress



          

BAB IV PEMBAHASAN Dalam bab ini akan membahas tentang kajian alam bawah sadar tokoh utama pada novel Misteri Lukisan Nabila karya Sihar Ramses. Sebelum mendeskripsikan keadaan alam bawah sadar tokoh utama, terlebih dahulu menentukan tokoh utama, dan langkah yang kedua adalah membahas tentang struktur kepribadian tokoh utama pada novel Misteri Lukisan Nabila karya Sihar Ramses dengan menggunakan teori psikologi sastra yang diciptakan oleh Sigmund Freud. Struktur kepibadian meliputi id, ego dan superego.Setelah kedua hal tersebut telah dianalisis, barulah masuk ke dalam bagian inti yaitu mendeskripsikan keadaan alam bawah sadar tokoh utama.Perlu diketahui bahwa alam bawah sadar adalah salah satu kegiatan mental yang paling sering dialami manusia.Selain alam bawah sadar (ketidaksadaraan), ada dua alam lagi yang bisa dialami oleh manusia, yaitu alam sadar (kesadaraan) dan alam prasadar (alam prasadar). Namun penulis akan lebih memperdalam tentang bagian alam bawah sadar yang dialami tokoh utama dalam novel Misteri Lukisan Nabila karya Sihar Ramses. A. Struktur Kepribadian Tokoh Utama pada Novel Misteri Lukisan Nabila Freud mendeskripsikan struktur kepribadian manusia meliputi tiga unsur kejiwaan, yaitu : Pertama : Id dimaksud semua kecondongan irrasional yang muncul dari kedalaman diri kita dan menghadapkan kita dengan tuntutan-tuntutan dan keinginan-keinginan spontan, Kedua : Ego adalah “aku” yang sadar, subjektifitas kita, pusat kesadaran dan keinginan kita, dan Ketiga : Superego adalah perasaan bersalah yang kita rasakan apabila kita melakukan hal-hal yang terlarang. Nabila adalah seorang wanita yang sangat berbakat, khususnya dalam hal melukis. Bahkan, ia becita-cita ingin menjadi seorang pelukis terkenal. Selain hobi melukis dari kecil, Nabila juga sekarang sedang melanjutkan kuliahnya di sebuah Universitas Negeri Surabaya. Pada awal perkuliahan Nabila bertemu dengan Bentar teman kuliahnya. Mereka jatuh cinta dan akhirnya mereka menjalin hubungan selama kurang lebih satu tahun lamanya. Namun hubungan mereka berdua tidak direstui oleh orang tua Nabila. Orangtuanya melarang Nabila agar tidak berhubungan lagi dengan Bentar. Dalam hal ini, Nabila lebih kepada dorongan superegonya karena selalu menuruti perintah kedua orang tuanya yang ingin menjodohkannya dengan Feri. Jika Nabila mengikuti egonya, ia akan membantah perintah orangtuanya. Namun, Nabila lebih memilih menuruti semua yang orangtuanya kehendaki. Berikut kutipannya: “Jadi, Kau masih dekat dengan orang yang tidak Bapak restui itu ya?” ujar Bapak seketika itu. Bapaknya kecewa karena Bentar bukanlah sosok lelaki yang diinginkannya. “Nabila sayang dia Pak. Nabila sudah kenal sejak awal kuliah di Surabaya. Anaknya baik dan pintar,” ujar Nabila. “Tinggalkan dia...” ujar bapaknya. Suaranya pelan, tapi nadanya memerintah. “Nabila senang kalau jalan sama dia, Pak,” katanya lagi pada si Bapak. “Jangan membantah, Nduk.” Nabila tak menjawab. Nafas bapaknya yang mulai memburu membuat dia tak lagi mampu bersuara. Bagaimanapun, Dia sayang Bapak. (MLN hllm 49) Pada akhirnya, Nabila harus dengan kerelaan hati meninggalkan Bentar, lelaki yang sangat dicintainya. Nabila pun akhirnya menikah dengan Feri karena dijodohkan kedua orangtuanya. Meskipun hati Nabila hanyalah untuk Bentar. Lagi-lagi Nabila harus menuruti perintah ayahnya untuk menemui dan menemani Feri berbincang-bincang di rumah Nabila. Meskipun terpaksa, Nabila menemui Feri di ruang tamunya sampai berjam-jam dengan harapan orangtuanya tidak marah dan bangga kepada Nabila karena Nabila anak yang patuh dengan perintah orangtuanya. Nabila melakukan hal tersebut karena ego-idealnya yaitu salah satu subsistem dari superego yang mempunyai tujuan membuat orang yang ada di sekitarnya merasa senang. Berikut kutipannya: “Udah sana. Cepetan. Tuh Bapak manggil, katanya ada tamu yang datang...” kata Ibunya. “Ibu, siapa itu? Mas Feri?” tanya Nabila. “Iya, Dia mau menemui kamu...” “Enggak, aku nggak mau. Siapa sih yang mengundang Dia kemari?” Nabila hampir saja menangis. “Bu, kok bisa gini sih...” “Udah sana, udah...” tegas Ibunya, dengan nada setengah membnetak. “Nggih Bu,” ujar Nabila sekenanya. (MLN hlm 51) Setelah mereka berdua menikah selama kurang lebih lima tahun, walaupun Nabila menjalani hubungannya dengan bertepuk sebelah tangan, tetapi disisi lain Nabila merasa sangat berkecukupan dalam kehidupan sehari-harinya. Semua fasilitas mulai dari rumah, mobil, pembantu dan ruang galeri khusus untuk Nabila melukis telah disediakan sedemikian rupa oleh Feri. Namun, Feri jarang pulang karena alasan pekerjaan yang digelutinya yaitu bisnis batubara. Oleh sebab itu, Nabila habiskan waktu senggangnya untuk kegiatan melukis. Tidak jarang Nabila pergi bersama teman-teman sesama pelukis ke suatu tempat mencari suasana yang baru untuk mereka jadikan objek lukisan. Setelah kepulangan Nabila dari pulau Seribu yang didatanginya kemarin bersama teman-temannya, Nabila seperti dibayangi oleh sosok roh Bentar mantan kekasihnya yang dahulu menghilang bagai di telan bumi. Roh Bentar seakan-akan ingin menyampaikan sesuatu melewati mimpi-mimpi Nabila. Setiap malam Nabila bermimpi aneh, yaitu mimpi tentang penyiksaan Bentar dan para aktivis lainnya di lorong ruang bawah tanah. Nabila mendengar jeritan-jeritan orang kesakitan karena dipukul dan disiksa.Dari mimpi-mimpinya itulah Nabila mencoba visualkan ke dalam bentuk lukisan. Dahulu Nabila senang melukis apel, bunga, anjing dan sebagainya. Sejak mimpi itu datang dalam tidurnya, Nabila mulai melukis gambar-gambar yang menyeramkan seperti apa yang dilihat dalam mimpinya. Melihat hal tersebut, Feri merasa curiga akan perbuatannya di masa lalu. Feri pun marah dan melarang Nabila untuk melukis kejadian menyeramkan itu. Namun Nabila menghiraukan omongan Feri sang suaminya. Di sini, Nabila lebih mengikuti egonya dengan mengambil sikap bebas dan bertindak sendiri tanpa menghiraukan omongan Feri. Karena tujuan dari ego sendiri adalah bertindak sesuai yang diinginkan dengan mengesampingkan fungsi superego. Jika Nabila mengikuti fungsi superego, ia akan mengikuti apa yang diperintahkan suaminya. Berikut kutipannya: “Kenapa kau tak melukis yang kayak dulu saja?” ujar suaminya. Seperti kehabisan akal. “Kenapa? Lukisan-lukisanku yang sekarang justru lebih bagus!” “Yang dulu lebih bagus!”, bantah Feri. “Tapi ini prosesku yang sekarang. Ini alami. Aku juga tak sadar kalau aku mampu melakukan ini. Semua berawal dari mimpiku, Fer! Aku bisa lebih puas setelah melukisnya!” “Dan ini yang berhasil masuk Biennale kemarin...” ujar Nabila, menggantung kalimat susulan. (MLN hlm 129) Setelah melukis berbagai macam lukisan yang mengerikan itu, Nabila mendengar kabar yang menggembirakan, namun masih belum Nabila percayai. Kata seorang kawannya, ternyata lukisan Nabila ada yang terpilih dalam pameran Biennale 2008 di Galeri Nasional sebagai salah satu karya nominasi. Nabila merasa berterimakasih dengan memeluk kawannya dengan erat karena mendengar kabar gembira tersebut. Nabila beranggapan bahwa impiannya sudah hampir tercapai untuk menjadi seorang pelukis terkenal dengan terpilihnya lukisan dalam pameran Biennale. Dalam hal ini, perbuatan yang dilakukan Nabila lebih kepada proses id yang dengan begitu saja memeluk tubuh kawannya. Hal yang dialami Nabila pada kawannya merupakan proses primer yang merupakan dorongan dari idyang mempunyai tujuan untuk memperoleh ketenangan dan kesenangan. Berikut kutipannya: “Lukisanmu diikutkan, Nabila. Pak James Panggah minggu lalu datang kerumahku dan mengutarakan niatnya meminjam “Wine dan Darah” dan “Yang Terbenam di Laut” atas persetujuanmu. Kau tak dihubungi diakah?” (MLN hlm 144). Saat Nabila memutari ruangan tempat lukisan di Galeri Nasional, dilihatnya dua sosok lelaki yang sedang menikmati lukisan Nabila yang terpampang dan berjejer dengan lukisan-lukisan terkenal lainnya.Namun nampaknya, mereka lebih condong mengejek lukisan Nabila yang terkesan mencolok. Tetapi, Nabila tidak marah dan tersinggung dengan apa yang mereka perbincangkan terhadap lukisan Nabila, karena Nabila sangat menghormati orang yang lebih tua. Perbuatan yang dilakukan Nabila, lebih condong kepada proses superego yang tidak melakukan hal-hal yang kurang baik.Jika Nabila tak pedulikan superegonya, dan mengutamakan egonya, Nabila bisa saja marah-marah dan membentak kepada kedua orang tersebut karena telah mencemooh dan mengejek lukisannya. Berikut kutipannya: “Lukisan macam apa ini?” tanya si rambut jagung kemerahan dengan suara yang datar. Terkesan sombong dan angkuh.“Entah, Obyeknya agak aneh,” ujar si gendut.“Surealis.Agak mirip Lusi Suhartati…” ujar si rambut merah.Mendengar ocehan tersebut, Nabila hanya diam dan menggelengkan kepalanya.Dijauhinya kedua lelaki sok pintar itu. (MLN hlm 146-147) Semenjak lukisan Nabila muncul dalam pameran tunggal di Galeri Nasional, mulai saat itu juga Suaminya tidak pernah pulang ke rumah. Kehidupan Nabila sekarang mulai berbeda dengan yang dahulu, Nabila lebih sering mengurung diri di galeri tempat Nabila melukis.Tingkah laku Nabila lebih kepada hal-hal yang negatif misalnya dengan meminum minuman keras seperti vodka, wine dan anggur untuk sekadar menghilangkan rasa penat dan kegelisahan yang mengganggu pikirannya.Perbuatan yang Nabila lakukan lebih kepada Idnya dan mengesampingkan superego. Apabila Nabila lebih menonjollkan superegonya, Nabila tidak akan meminum minuman keras itu, karena perbuatan itu jelas-jelas dilarang oleh agama sebab bersifat memabukan dan dapat membunuh dirinya sendiri. Namun Nabila tetap meminumnya sambil melukis di dalam galeri lukisnya. Berikut kutipannya: Di dalam lukisan Nabila kini muncul senjata, lelaki yang marah, asap rokok mengawang, mesiu, pentungan, nisan dan kerudung, akibat gurat spontan dan tak sadar pengaruh vodka dan wine yang ditenggaknya saat melukis dimalam hari. Atau karena mimpi itu? Tak tahu! Nabila bingung! Dia terus melukis. Tanpa disadarinya, beberapa tetes darah kembali merembes keluar dari lubang hidung. . . Betapa mimpi menjadi pertemuan menyenangkan sekaligus menyakitkan! Anggur nostalgia itu manis dan membuat ketagihan, namun bercampur kesakitan dan merusak kehidupan yang dijalaninya selama ini. Menyisakan pertanyaan, mimpi apa yang dia bawa dan jalani selama ini? (MLN hlm 158) Freud menyebut id itu “kekacauan, kenikmatan yang meluap-luap”. Id tidak memiliki organisasi yang logis sehingga dorongan saling bertentangan dapat hidup berdampingan terus disini. Id juga tidak mempunyai nilai-nilai moral, dan gantinya itu sangat dikuasai oleh prinsip-prinsip kenikmatan. Keberadaan ego sendiri adalah dalam rangka membantu manusia mengadakan kontak dengan realitas. Untuk memuaskan rasa lapar bayi harus belajar menyesuaikan antara bayangan tentang makanan dengan makanan yang sesungguhnya. Hanya egolah yang dapat menjalankan fungsi ini dengan cara membedakan anatara yang ada pada pikiran dan yang ada pada dunia nyata. Dalam menjalankan fungsi ini, ego bekerja menurut prinsip realitas (reality principe). Superego hanya menekan, mengeram, menegur, tidak memperdulikan tepat tidaknya tindakan-tindakan dari sudut tanggung jawab. Superego hanya mengulang-ulang norma-norma yang pernah dibatinkan tanpa mempertanyakan apakah norma-norma itu masih tepat atau apakah sesuai dengan kasus yang dihadapi. Superego otomatis apabila kita melanggar garis normatif yang dibatinkan. Oleh karena itu, seperti telah kita lihat, dapat saja terjadi bahwa orang justru akan melanggar kewajibannya apabila ia mengikuti superegonya. Kesadaran moral menuntut agar kita justru kritis terhadap superego kita sendiri. B. Keadaan Alam Bawah Sadar Tokoh Utama dalam Novel Misteri Lukisan Nabila karya Sihar Ramses Sakti Simatupang Alam bawah sadar (Inggris: subconscious) adalah segi kehidupan mental manusia yang terpisah dari alam kesadaran normal manusia dan yang tak dapat diingat atas dasar kehendaknya saja. Alam bawah sadar merupakan terjemahan bahasa Inggris dari subconscious; beberapa pustaka menyatakan sebagai unconscious yang artinya tak sadar.Alam bawah sadar ini berupa suatu daerah yang terbenam tetapi luas sekali dalam jiwa manusia, serta bertindak sebagai suatu sumber kekuatan yang dapat mencetuskan pelbagai dorongan dalam tingkah laku manusia. Alam bawah sadar ini dianggap mengandung dorongan-dorongan insting serta pelbagai pengalaman dan keinginan yang sosial tak akseptabel, yang oleh individu sendiri didesak hingga lupa agar tak diketahuinya secara sadar.Isi pikiran bawah sadar setiap orang tentunya berbeda, tergantung pada pengalaman, lingkungan, dan hasil pembelajaran individu tersebut. Namun, bentuk, struktur, atau pola respon yang bersifat mendasar pada setiap pikiran bawah sadar manusia sangat mirip satu dengan yang lain. Bisa dikatakan bahwa manusia pada dasarnya sangat berbeda, namun juga sangat mirip. Milton Erickson (2007 : 97-99), ada sembilan hasil pengamatan terhadap pikiran bawah sadar sebagai berikut. 1. Kemampuan pikiran bawah sadar terpisah dengan pikiran sadar 2. Pikiran bawah sadar adalah gudang penyimpanan informasi 3. Pikiran bawah sadar adalah potensi yang belum digunakan 4. Pikiran bawah sadar sangat cerdas 5. Pikiran bawah sadar bersifat sangat sadar 6. Pikiran bawah sadar mengamati dan memberikan respons dengan jujur 7. Pikiran bawah sadar bersifat seperti anak kecil 8. Pikiran bawah sadar adalah sumber emosi 9. Pikiran bawah sadar bersifat universal Dari berbagai macam rentetan mimpi yang dialami oleh Nabila dalam dunia alam bawah sadarnya, peneliti akan berusaha mengamati dan kemudian menganalisis keadaan alam bawah sadar yang dialami Nabila. Berikut kutipan mimpinya: (Mimpi 1) Di atasnya, rembulan penuh sembilan puluh derajat di atas bumi. Tak banyak bintang di langit itu. Bunyi kukuk burung hantu. Kelelawar melayang di atas langit. Pohon kelapa menjulang, dedaunnya berdesir. Di tingkah desauan suara angin Nabila berjalan dari pantai berpasir ke pinggiran pantai yang tanahnya agak kecoklatan dan berpasir. Entah mengapa dia tiba-tiba saja sudah berada di tempat ini. Tubuhnya seakan dibawa pada sisi kanan pulau itu, menuju ke arah selatan. Ada jalan setapak di antara barisan ilalang dan sederet pohon waru tua. Bayangannya muncul dan menghilang, di antara tanah dan rerumputan. Dia terus melangkah. Ada pohon ketapang. Pohon beringin. Ilalang. Sosok putih serupa bayangan tiba-tiba melintasinya. Dia masih tak percaya pada sosok itu, yang dianggapnya sebagai halusinasi itu. “Nabila...” Dia tersentak. Takut. Mimpikah aku? Tapi entah kenapa dalam ketakutan kakinya tak mundur untuk keluar dari areal hutan ini dan kembali ke arah garis pantai. Dia malah penasaran. Keringat dan peluh keluar dari wajah dan lehernya membutiri rambut hitamnya yang lurus dan panjang. Saat bulan tak menghalangi, dia baru menyadari bahwa dia sedang memakai daster, pakaian tidur. (MLN hlm 14-15) Kutipan mimpi tersebut termasuk keadaan alam bawah sadar Nabila yang bersifatmengamati dan memberikan respon dengan jujur. Nabila dapat dengan jelas mengamati keadaan alam dan kondisi di sekitar pelataran rumahnya dan merespon kejadian yang dialaminya malam itu. Nabila berkata jujur dan tidak mengada-ada dengan apa yang dilihatnya malam itu, misalnya saat melihat rembulan yang berada di atasnya, dan mendengar bunyi kukuk burung hantu dengan seksama. Nabila dapat mengamati dengan jelas keadaan alam sekitar, padahal Nabila berada dalam alam bawah sadarnya.Dapat dibuktikan pada kalimat: Di atasnya, rembulan penuh sembilan puluh derajat di atas bumi. Tak banyak bintang di langit itu. Bunyi kukuk burung hantu. Kelelawar melayang di atas langit.Pohon kelapa menjulang, dedaunnya berdesir. Di tingkah desauan suara angin Nabila berjalan dari pantai berpasir ke pinggiran pantai yang tanahnya agak kecoklatan dan berpasir. Berdasarkan hal tersebut, keadaan alam bawah sadar yang dialami Nabila berada dalam potensiyang bersifatmengamati dan memberikan respon dengan jujur. Suasana di malam itu dapat dirasakan oleh semua panca indra Nabila baik indra penglihatan maupun indra pendengaran. Selain keadaan alam bawah sadar yang bersifatmengamati dan memberikan respon dengan jujur, dalam kutipan mimpi tersebutjuga terdapat kedaan alam bawah sadaryang berpotensi sangat cerdas. Dapat dibuktikan pada kalimat: Sosok putih serupa bayangan tiba-tiba melintasinya. Dia masih tak percaya pada sosok putih, yang dianggapnya sebagai halusinasi itu. “Nabila...” Dia tersentak. Takut. Mimpikah aku? Tapi entah kenapa dalam ketakutan kakinya tak mundur untuk keluar dari areal hutan ini dan kembali ke arah garis pantai. Dia malah penasaran. Keringat dan peluh keluar dari wajah dan lehernya membutiri rambut hitamnya yang lurus dan panjang. Saat bulan tak menghalangi, dia baru menyadari bahwa dia sedang memakai daster, pakaian tidur. Dalam kutipan tersebut, keadaan alam bawah sadar Nabila bersifat sangat cerdas.Dapat dibuktikan pada saat Nabila melihat sosok bayangan yang melintas di hadapan Nabila, bukan rasa takut yang Nabila alami, namun rasa penasaranyang munculpada dirinya, Nabila malah mendekat dengan alasaningin mencari tahu sosok apa yang sebenarnya melintas tadi. Banyak orang yang lebih condong untuk menghindar atau lari ketakutan apabila melihat sesuatu yang dianggap sebagai halusinasi atau bayangan yang tidak jelas sosok tubuhnya, terlebih pada waktu malam hari.Beberapa saat kemudian, tubuh Nabila seolah-olah dibawa dan dituntun menuju ke sebelah samping pulau.Nabila tidak sadar mengapa tubuhnya bisa tiba-tiba saja berada di tempat tersebut.Berdasarkan hal tersebut, keadaan alam bawah sadar Nabila terpisah dengan pikiran sadar. Dikarenakan, pada proses mimpi yang dialami Nabila, pikiran sadarnya terpisah dengan pikiran alam bawah sadar. Berikut kutipan kalimatnya: Entah mengapa dia tiba-tiba saja sudah berada di tempat ini. Tubuhnya seakan dibawa pada sisi kanan pulau itu, menuju ke arah selatan. Ada jalan setapak di antara barisan ilalang dan sederet pohon waru tua. Bayangannya muncul dan menghilang, di antara tanah dan rerumputan. Dia terus melangkah. Ada pohon ketapang. Pohon beringin. Ilalang. Pada saat Nabila bermimpi, terdengar suara yang memanggil-manggil namanya. Ternyata suara itu adalah suara Sisi teman sesama pelukis. Sisi mendapati Nabila tidur terduduk di bawah pohon waru. (Mimpi 2) Pintu kamar terbuka malam ini. Kini, di depan mata kepalanya sendiri, keanehan itu kembali terjadi. Dia terbangkit. Kembali rasa penasaran yang terjadi di depan mata Nabila mengalahkan rasa takut dalam haitnya. Dia malah seperti dibawa terbang tinggi hingga terpaan angin keras malah menerpa dan menyelubungi sekujur tubuhnya. Beberapa menit, dia merasa melayang tinggi. Lalu tiba-tiba Nabila seperti terjatuh dari ketinggian, lalu terhempas di lantai yang dingin. Dia merasa di tempatkan ke sebuah ruangan gedung gelap. Bau apak.Bau bacin.Bau anyir.Nabila kemudian mengedarkan pandangan. Dia baru sadar, dia berada di tengah lorong yang panjang dan gelap. Lorong itu menyisakan cahaya secuil dari tiap ujungnya. Dia mulai peduli pada keanehan ruang-ruang disisi kiri-kanannya. “Bila, Nabila. Kamu bermimpi, Bila” ujar Feri. Feri mengangkat kepala dan tubuh Nabila yang terbaring. Sejak tadi rupanya Nabila tertidur di pelataran rumah. (MLN hlm 43) Berdasarkan kutipan tersebut, mimpi yang dialami Nabila merupakan kondisi keadaan alam bawah sadar bersifat sangat sadar, karena Nabila sendiri merasakan keanehan yang sedang dialami saat mimpi aneh itu mulai muncul secara sadar. Dapat dibuktikan pada kalimat: Pintu kamar terbuka malam ini. Kini, di depan mata kepalanya sendiri, keanehan itu kembali terjadi. Dia terbangkit. Kembali rasa penasaran yang terjadi di depan mata Nabila mengalahkan rasa takut dalam hatinya.Dia malah seperti dibawa terbang tinggi hingga terpaan angin keras malah menerpa dan menyelubungi sekujur tubuhnya. Beberapa menit, dia merasa melayang tinggi. Ketika Nabila terbangun dalam tidurnya, Nabila ternyata tertidur di pelataran rumahnya.Hal tersebut membuktikan bahwa keadaan alam bawah sadar terpisah dengan alam sadar, sebab Nabila benar-benar tidak merasakan dan tidak mengetahui bahwa ternyata Nabila berjalan dalam tidurnya menuju ke pelataran rumah dengan sendirinya. Mimpi yang Nabila alami menceritakan keberadaan dirinya di dalam lorong bawah tanah yang sangat gelap.Nabila mencium bau apak, bau bau bacin, bau anyir di dalam lorong tersebut. Saat Nabila berada dalam lorong tersebut, Nabila benar-benar sadar bahwa dirinya sekarang berada dalam lorong ruang bawah tanah yang sangat gelap dan menakutkan .Keadaan tersebut condong kepada alam bawah sadar yang bersifat sangat sadar sekaligus mengamati dan memberikan respon dengan jujur. Berikut kutipan kalimatnya: Dia merasa di tempatkan ke sebuah ruangan gedung gelap. Bau apak.Bau bacin.Bau anyir.Nabila kemudian mengedarkan pandangan. Dia baru sadar, dia berada di tengah lorong yang panjang dan gelap. Lorong itu menyisakan cahaya secuil dari tiap ujungnya.Dia mulai peduli pada keanehan ruang-ruang disisi kiri-kanannya. “Bila, Nabila. Kamu bermimpi, Bila” ujar Feri. Feri mengangkat kepala dan tubuh Nabila yang terbaring. Sejak tadi rupanya Nabila tertidur di pelataran rumah. Nabila dapat merasakan betapa menyeramkannya ruang bawah tanah yang gelap gulita itu.Indra penciumannya menghirup bau bacin bercampur bau apak yang sangat menusuk hidung, dikarenakan bekas darah yang mengering atau bau daging yang telah membusuk berhari-hari.Setelah Nabila mengamati ruangan sekitar, Nabila melihat cahaya, dan kemudia mendekatinya.Ternyata, cahaya tersebut adalah cahaya yang berasal dari lampu rumahnya.Nabila disadarkan oleh suara Feri yang memanggil-manggilnya dan menjelaskan bahwa Nabila sejak tadi tertidur di pelataran rumahnya sendiri. (Mimpi 3) “Aku tak mau mendengarnya malam ini, Nabila. Istirahatlah”, ujar lelaki itu. Di kamar itu, tiba-tiba saja yang dihadapi Nabila di tempat tidurnya adalah tatapan Bentar. Tapi Nabila tak merasa takut. Yang terjadi justru dia merindukan tatapan mata lelaki itu. “Prakkkk...” Nabila terkejut. Tubuh Bentar mendadak sempoyongan dan terlempar ke lantai. Sosok tubuh lain telah menindih dan menggempur tubuh kekasihnya itu. Sosok tubuh dengan jaket dan celana panjang yang tebal... Feri !!! tangan Feri terkepal dan menjotos wajah lelaki itu. Nabila ingin memisahkan. Tapi tangan Feri tiba-tiba mengeluarkan alat dari saku jaketnya. Wajah Bentar berdarah, darahnya melebar kemana-mana, ke tubuh Bentar, ke pakaiannya yang putih, ke tubuh Feri, memerciki dan melebar di lantai, hingga ke tembok, ke lantai dekat kaki Nabila. Nabila menuju ke arah cahaya. Cahaya itu berubah jadi cahaya lampu. Cahaya yang dari langit-langit rumahnya. Cahaya yang kemudian tertutup oleh wajah Bibi Sumi. Kepala perempuan tua itu tiba-tiba saja sudah berada di depan matanya. Dia yang sedang memakai daster kuning dan tidur di atas dipan tempat tidur. “Nyonya kenapa? Nyonya mengigau?” tanya Bibi Sumi cemas. “Minumlah, Nyonya. Sepertinya Nyonya habis mimpi buruk”. (MLN hlm 60-61) Berdasarkan kutipan tersebut, keadaan alam bawah sadar yang dialami Nabila adalah potensi yang belum digunakan. Pada saat Nabila melihat Bentar disiksa, Nabila berpotensi sekali untuk memisahkan atau menghentikan penyiksaan tersebut. Namun nampaknya Nabila tidak bisa melakukannya, karena Nabila takut jika keberadaan Nabila diketahui oleh para pelaku penyiksaan. Berikut kutipan kalimatnya: Tubuh Bentar mendadak sempoyongan dan terlempar ke lantai. Sosok tubuh lain telah menindih dan menggempur tubuh kekasihnya itu. Sosok tubuh dengan jaket dan celana panjang yang tebal... Feri !!! tangan Feri terkepal dan menjotos wajah lelaki itu. Nabila ingin memisahkan. Nabila melihat semua tragedi penyiksaan yang dilakukan oleh orang yang tidak dikenalinya. Namun Nabila dapat melihat jelas bahwa pelaku penyiksaan itu memakai jaket dan memakai celana panjang yang tebal.Di antara para penyiksa Bentar, Nabila melihat sosok yang tidak asing baginya. Ternyata salah satunya adalah Feri sang suaminya sendiri.Nabila dapat merekam seluruh kejadian tersebut dengan indera penglihatannya secara sadar dan jelas dalam mimpinya.Berikut kutipan kalimatnya: Sosok tubuh lain telah menindih dan menggempur tubuh kekasihnya itu. Sosok tubuh dengan jaket dan celana panjang yang tebal... Feri !!! tangan Feri terkepal dan menjotos wajah lelaki itu. Nabila ingin memisahkan. Tapi tangan Feri tiba-tiba mengeluarkan alat dari saku jaketnya. Wajah Bentar berdarah, darahnya melebar kemana-mana, ke tubuh Bentar, ke pakaiannya yang putih, ke tubuh Feri, memerciki dan melebar di lantai, hingga ke tembok, ke lantai dekat kaki Nabila. Melihat kejadian mengerikan yang tidak mempunyai rasa peri kemanusiaan tersebut, Nabila lebih memilih pergi dari ruangan itu dan menuju sebuah cahaya, cahaya yang berasal dari langit-langit rumahnya.Namun cahaya itu tiba-tiba tertutup oleh wajah Bibi Sumiyang sedang memakai daster kuning.Saat itulah Nabila tersadar dari mimpi buruknya. (Mimpi 4) Pada suatu saat, tiba-tiba saja Nabila bisa terbang. Ada sayap pada permukaan pundaknya. Seperti bidadari terbang.Atau malaikat.Tapi ketakutannya membuat dia seperti kurcaci bodoh yang ditarik oleh tali langit, dipermainkan oleh angin.Camar-camar yang berkaok-kaok di sekelilingnya pun seperti mengejek. “Nabila, Nabila...” Dia membiarkan suara yang datang lagi menyapa. Konsentrasinya masih pada suatu benda. Benda yang berwarna hitam, atau buram menampilkan lekuk yang berbeda ketimbang bayangan karang atau ubur atau udang atau ikan. Makhluk itu, sesungguhnya telah bergerak di sepanjang waktu dan terus bergerak, namun semakin tak bisa dan tak mampu mengingat memori lama. Dia mendengar suara seseorang. Tapi dia tak tahu suara siapa dan dari mana suara itu berasal. Nabila melihat orang-orang yang berkerumunan itu tak ada seorang pun yang memandang kepadanya. “Kau lupa? Aku Bentar, kekasihmu...” ujar suara itu. “Aaahhh...” Tiba-tiba saja Nabila berteriak dalam tidurnya. Feri yang sejak tadi merokok di kursi seberang tempat tidur, terkaget. Feri memeluk wanita yang tampaknya masih berusaha untuk mengenal sekelilingnya itu. “Kenapa sayang? Kau bermimpi?” “Ya aku mimpi...” “Mimpi apa?” “Tentang mereka lagi, Fer. Ada Bentar juga,” ujaar Nabila. (MLN hlm 98-99) Mimpi yang dialami Nabila tersebut, merupakan keadaan alam bawah sadar yang bersifat seperti anak kecil.Nabila tiba-tiba saja bisa terbang, ada sayap pada pundak Nabila ibarat bidadari yang bisa terbang.Khayalan itu seperti khayalan anak kecil yang sering berkhayal menjadi bidadari atau peri yang bisa terbang. Berikut kutipan kalimatnya: Pada suatu saat, tiba-tiba saja Nabila bisa terbang. Ada sayap pada permukaan pundaknya. Seperti bidadari terbang. Dalam kutipan kalimat yang lainnya terdapat keadaan alam bawah sadar yang berpotensi sebagai gudang penyimpanan informasi.Nabila dapat merekam semua kejadian yang Nabila alami dalam mimpi-mimpinya. Seperti melihat sosok hitam yang kemudian Nabila coba amati. Berikut kutipan kalimatnya: Konsentrasinya masih pada suatu benda. Benda yang berwarna hitam, atau buram menampilkan lekuk yang berbeda ketimbang bayangan karang atau ubur atau udang atau ikan. Setelah Nabila larut dalam mimpi anehnya, Nabila terbangun lalu memeluk suaminya.Hal semacam ini sering terjadi pada Nabila, sehingga Feri merasa prihatin dengan kejadian yang menimpa istrinya. (Mimpi 5) Kepala ini lebih pening dari malam sebelumnya. Dia merasa suara itu, jeritan itu semakin pelan menjauh dari telinga. Lamat-lamat. Ruangan dan bayangan itu pun makin mengabur dari ingatan. Tapi dia harus tetap minum sampai mabuk. Agar galau tak semakin perih. Agar lukisan ini dapat tuntas. Nabila mulai limbung. Sekarang, dia bersandar ke bantal besar. “Sekarang, saatnya aku pergi, Bila...” “Aku mau ikut, Bentar. Aku mau ikut. Aku tak mau hidup dengan pembunuh...” desah Nabila. “Tidak, kau mabuk. Dan orang mabuk tak boleh ikut!” “ Feri pembunuh! Pembunuhmu! Aku tak mau hidup dengan pembunuh!!!” Tatapannya rawan. Getir sekali senyum itu dalam pandangan Nabila. Lalu kepala Bentar menggeleng. Nabila mendengar semayup suara. Bukan suara Feri! Feri sudah tak diterima di rumah ini! “Nabila... Bila ” Suara itu, suara Bapak-Ibunya. Terdengar pintu diketuk. Lama kelamaan semakin keras. Untuk apa bapak dan ibunya datang ke rumah di malam selarut ini? “Aku ikut Bentar!” “Sudah kukatakan, orang mabuk tak boleh ikut!” “Ikut, Bentar. Aku tak mau bersuami seorang pembunuh... Feri pembunuh!!!” “Nabila... Bila...” Suara itu memanggil namanya. Kedengaran agak jauh, seperti suara dari ruang tamu atau dari beranda depan. Suara itu bukan milik kekasihnya. Suara itu mirip suara bapak. “Nabila! Bangun, Nak! Bila!” “Kenapa dia begini, Bibi?” “Bibi Sumi tak tahu, Nyonya. Nyonya Bila sejak dua hari mengunci pintu kamarnya. Kalau Bibi Sumi ketok, gak dibukain. Untung Tuan Feri pernah memberikan saya nomor rumah Tuan dan Nyonya...” Si istri panik menatap suaminya. Ada busa di bibir putrinya. Mereka tak mau putrinya mati! Kemana juga Feri, suami yang tak bertanggung jawab pada istri! (MLN hlm 160-161) Sebelum Nabila masuk ke alam bawah sadar yang berupa mimpi, Nabila sempat masuk ke alam prasadar. Nabila merasakan pandangan matanya mulai tidak jelas, dikarenakan pengaruh minuman keras yang Ia minum sambil melukis di malam itu. Dalam kutipan mimpi tersebut, keadaan alam bawah sadar yang dialami Nabila berpotensi sebagai sumber emosi. Ketika Nabila bertemu Bentar dalam mimpinya, Nabila ingin ikut bersama Bentar. Namun, Bentar melarangnya ikut, sebab Nabila dalam kondisi sedang mabuk. Alasan Nabila ingin ikut Bentar dikarenakan suaminya yang sekarang yaitu Feri, ternyata adalah pembunuh Bentar. Berikut kutipan kalimatnya: “Aku mau ikut, Bentar. Aku mau ikut. Aku tak mau hidup dengan pembunuh...” desah Nabila. “Tidak, kau mabuk. Dan orang mabuk tak boleh ikut!” “ Feri pembunuh! Pembunuhmu! Aku tak mau hidup dengan pembunuh!!!” Berdasarkan kutipan kalimat tersebut, dapat dikatakan bahwa keadaan alam bawah sadar yang dialami Nabila berpotensi sebagai sumber emosi. Nabila sangat kesal bercampur emosi kepada pelaku penculikan sekaligus pembunuhan Bentar dan para aktivis lainnya. Dan salah satu pelaku tragedi tersebut adalah Feri yang ternyata menjadi suami Nabila. Disaat Nabila bermimpi, ada suara yang Nabila dengar namun kurang jelas, seperti suara dari ruang tamu dari beranda depan. Suara itu bukan suara kekasihnya, tetapi suara itu mirip suara ayah Nabila. Dalam keadaan tak sadar, Nabila dapat mendengar suara yang memanggil-manggil namanya. Hal tersebut membuktikan bahwa keadaan alam bawah sadar bersifat sangat sadar. Berikut kutipan kalimatnya: “Nabila... Bila...” Suara itu memanggil namanya. Kedengaran agak jauh, seperti suara dari ruang tamu atau dari beranda depan. Suara itu bukan milik kekasihnya. Suara itu mirip suara bapak. “Nabila! Bangun, Nak! Bila!” “Kenapa dia begini, Bibi?” “Bibi Sumi tak tahu, Nyonya. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Deskripsi struktur kepribadian tokoh Nabila, Feri, dan Bentar lebih mendominasi pada superego. Superego merupakan nilai-nilai moralistik dengan menyatakan diri dalam konflik dengan ego, yang dirasakan dalam emosi-emosi seperti rasa bersalah, rasa menyesal, rasa malu, dan sebagainya. Adapun id yang beroperasi dengan tidak sepenuhnya karena masih memikirkan impuls-impuls dari ego dan superegosehingga dapat meredam dorongan-dorongan yang dilaknat oleh masyarakat. 2. Deskripsi keadaan alam bawah sadar tokoh Nabila lebih condong kepada potensi mengamati dan memberi respon dengan jujur. Nabila melihat banyak keanehan yang terjadi pada kehidupan sehari-hari. Daftar Pustaka Aminudin.1995.Pengantar Apresiasi Karya Sastra.Bandung:sinar baru Algesindo. Djuanda, Dadan dan Prana Dwi Iswara. 2006. Apresiasi Sastra Indonesia. Bandung: Upi press. Endraswara, Suwardi.2008.Metodologi Penelitian Sastra.Yogyakarta:Medpress. Endraswara, S.2008.Metodologi Penelitian Sastra.Yogyakarta:Medpress. Nurgiantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi.Yogyakarta: Gajah Mada Universisity Press. Nurgiantoro, B. 1995.Teori Pengkajian Fiksi.Yogyakarta: Gajah Mada Universisity Press. Ratna, Nyoman Kutha. 2008. Teori, Metode, Teknik, dan Penelitian Sastra. Yogyakarta:Pustaka Pelajar. Ratna, N. K. 2008. Teori, Metode, Teknik, dan Penelitian Sastra. Yogyakarta:Pustaka Pelajar. Sangidu.2004. Penelitian Sastra, Pendekatan, Teori, Metode, Teknik, dan kiat.Yogyakarta:Unit Penerbitan Sastra Asia Barat Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gajah Mada. Semiun,Yustinus.2006.Teori Kepribadian, dan Terapi Psikoanalitik Freud.Yogyakarta:Kanisius. Semiun,Y.2006.Teori Kepribadian, dan Terapi Psikoanalitik Freud.Yogyakarta:Kanisius. Siswantoro.2010.Metode Penelitian Sastra (Analisis Struktur Puisi).Yogyakarta:Pustaka Pelajar. Suroto.1989.Apresiasi Sastra Indonesia.Jakarta:Erlangga. Waseso, Mulyadi Guntur dan Ali Saukah.2010.Pedoman Penulisan Karya Ilmiah.Malang:Universitas Negeri Malang SINOPSIS Novel Misteri Lukisan Nabila karya Sihar Ramses Sakti Simatupang Novel ini berusaha mengingatkan kembali pembacanya pada kasus menghilangnya sejumlah aktivis politik penentang rezim Orde Baru (Orba) di tahun 1998.Kasus yang tidak pernah dituntaskan secara hukum, dan saat ini seakan dilupakan begitu saja.Dikisahkan bahwa kekasih Nabila, seorang aktivis bernama Bentar, hilang ketika memperjuangkan reformasi.Hilangnya Bentar menjadi urusan pribadi belaka, yakni urusan Nabila sang kekasih Bentar dan Sutarmi Ibu yang telah melahirkan dan membesarkan Bentar. Nabila dan Sutarmi mengalami tekanan batin yang sangat mendalam atas kehilangan Bentar. Waktu demi waktu semenjak hilangnya Bentar, Nabila pun menikah dengan Feri karena dijodohkan oleh orang tuanya. Padahal sesungguhnya Nabila tidak mencintai Feri, karena Nabila sangat menyayangi Bentar dan merekapun sering pacaran diwaktu perkuliahan. Feri bekerja di suatu perusahaan batubara, dan didapati Feri jarang pulang ke rumah dengan alasan pekerjaan. Untuk mengisi kekosongan waktunya, Nabila isi dengan hobi yang sangat ia gemari dari kecil yakni melukis. Kerap kali Nabila pergi dengan teman sesama pelukisnya ke suatu tempat untuk mendapatkan imajinasi sebagai objek lukisan mereka. Hingga suatu saat Nabila beserta temannya pergi ke Pulau Bidadari atau Pulau Seribu. Nabila seorang pelukis yang kemudian tergerak hatinya merombak setiap gagasan estetik karya lukisannya dari realisme menjadi surealisme, karena dirinya terus dirasuki roh kekasihnya yaitu Bentar terutama melalui mimpi. Di pulau itulah Nabila mulai menemukan keanehan dan keganjilan selama tiga hari dua malam di Pulau Bidadari. Ada bisikan dalam mimpi di tidurnya yang menuntun Nabila untuk menguak hilangnya Bentar dan tokoh para aktivis lainnya lima tahun silam. Dari berbagai rangkaian mimpi aneh itu, Nabila visualkan dalam bentuk lukisan yang sangat mengerikan. Lukisan itu seolah-olah menceritakan tragedi penculikan, penyiksaan sekaligus pembunuhan sadis Bentar dan para aktivis lainnya yang dahulu menghilang secara misterius. Setelah lima tahun menjalin rumah tangga dengan Feri, Nabila merasakan kecurigaan dan kejanggalan kepada suaminya sendiri karena Nabila mendapati kumpulan surat dari Bentar di sudut rumahnya. Dengan mengaitkan lukisan-lukisan yang aneh itu, dan beberapa lembar surat dari bentar, sedikit demi sedikit Nabila mulai mengerti dan paham tentang kasus hilangnya para aktivis termasuk Bentar sang kekasihnya. Lukisan-lukisan itu Nabila peroleh dari mimpi-mimpi yang sangat mengganggu dalam tidurnya semenjak kepulangan dari pulau Seribu. Nabila sering berteriak dan mengigau dalam tidurnya. Ternyata roh Bentar lah yang selama ini masuk dalam mimpi-mimpi Nabila. Roh Bentar lah yang memberikan isyarat bahwa dirinya dan para aktivis lainnya itu diculik, disiksa dan dibunuh dalam sebuah lorong bawah tanah lalu mayatnya dibuang ke dalam laut dengan di masukan ke dalam tong. Tulang belulang dan tengkorak mayat korban penyiksaan terhempas ke Pulau Seribu termasuk tulang belulang Bentar. Kasus penculikan, penyiksaan dan pembunuhan yang dihadirkan lewat tanda-tanda, keingintahuan, mimpi dan kecurigaan yang begitu besar. Akhirnya Nabila diberikan jawaban melalui dunia alam bawah sadarnya. Hingga akhirnya Nabila mengetahui secara jelas dan tegas, bahwa kekasihnya Bentar diculik, dibunuh dan disiksa oleh suaminya.
Posted on: Wed, 30 Oct 2013 17:10:21 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015