BANTUAN LUAR NEGERI AS DALAM RANGKA " S T R A T E G I - P O L I T - TopicsExpress



          

BANTUAN LUAR NEGERI AS DALAM RANGKA " S T R A T E G I - P O L I T I K - A G R E S I " - AMERIKA DI INDONESIA . B a n t u a n luar negeri merupakan alat yang amat penting bagi imperialisme AS dalam menjalankan politik luar negerinya dan dalam menjalankan usaha-usahanya untuk menguasai seluruh dunia termasuk Indonesia . Dalam waktu 18 tahun sejak tahun 1948, yaitu tahun permulaan program b a n t u a n AS dalam skala yang besar (dalam tahun itu, dimulailah apa yang dikenal sebagai b a n t u a n Marshall), imperialisme AS telah menyediakan - b a n t u a n - e k o n o m i - d a n - m i l i t e r - sebanyak $ 100 milyar atau lebih dari $ 5 milyar setahun kepada negeri-negeri di seluruh dunia kapitalis (Charles Wolf, Foreign Aid: Theory and Practice in Southern Asia). Sudah jelas bahwa sejak semula tujuan pokok daripada - b a n t u a n - tersebut, baik - b a n t u a n - e k o n o m i - maupun - b a n t u a n - m i l i t e r , ialah untuk membendung (meng-“contain”) kubu sosialis dan menguasai Negeri-negeri lain dalam usaha untuk menindas gerakan kemerdekaan nasional. Kalau kita mau percaya kepada kata-kata manis yang dikeluarkan setiap hari oleh kantor USIS, maka maksud daripada - b a n t u a n itu ialah - k e m a j u a n - e k o n o m i , - k e s e j a h t e r a a n - s o s i a l , p e m b a n g u n a n - e k o n o m i , dan macam-macam lagi tujuan yang enak didengar. Lebih baik kita pasang telinga bukan kepada USIS yang merupakan pabrik kebohongan yang ulung, tetapi mendengar apa yang dikatakan oleh tokoh-tokoh AS sendiri, oleh sarjana-sarjana AS yang sering membuat macam-macam analisis, biasanya dengan maksud untuk membuktikan bahwa penggunaan uang pajak AS untuk - b a n t u a n itu memang dapat dibenarkan dan berguna untuk d u n i a - b e b a s . Sudah berulang kali kaum imperialis AS mengakui dengan tak tahu malu bahwa setiap dollar yang dipergunakan untuk - b a n t u a n luar negeri adalah guna - m e m b e l i - s e c u r i t y atau keamanan dalam negeri bagi Amerika sendiri. Ini jauh lebih besar nilainya daripada jika dolar itu digunakan secara langsung di sektor pertahanan di AS sendiri. Pernah dikatakan oleh John Foster Dulles, misalnya, bahwa - “berkat program-program bantuan ini, kita dimungkinkan untuk mengeluarkan jumlah uang yang jauh lebih sedikit bagi program-program militer kita sendiri dan guna memperoleh keamanan yang jauh lebih besar.....”. Oleh Eisenhower pernah dikatakan dalam tahun 1959 bahwa -“ pengeluaran-pengeluaran kita untuk bantuan luar negeri adalah sama pentingnya bagi pertahanan nasional kita seperti pengeluaran-pengeluaran untuk tentara kita sendiri dan setiap dolar yang dipergunakan untuk itu dapat membeli lebih banyak security dalam negeri bagi kita ”. Dalam buku Charles Wolf yang berjudul Foreign Aid: Theory and Practice in Southern Asia dikemukakan suatu daftar panjang daripada apa yang dinamakan t u j u a n atau o b y e k t i v e s daripada - b a n t u a n - luar negeri AS. Daftar ini meliputi hal-hal seperti misalnya: memperbesar tentara-tentara lokal, mempertahankan persekutuan SEATO, memperoleh pangkalan-pangkalan militer untuk tentara AS, memperkokoh - s t a b i l i t a s - p o l i t i k -mendorong sikap yang - b e r s a h a b a t - terhadap AS, melawan tawaran-tawaran bantuan dari negeri-negeri sosialis dan memperoleh suara-suara pro-AS di PBB (Charels Wolf, Foreign Aid: Theory and Practice in Southern Asia, halaman 254). Mengenai apa yang dimaksudkan dengan s t a b i l i t a s - p o l i t i k Wolf mengutip Eisenhower dengan panjang lebar yang antara lain mengatakan bahwa bagi berjuta-juta Rakyat di dekat Uni Soviet dan RRC, kemerdekaan adalah suatu hal yang baru dan - “ Pemimpin-Pemimpin moderat dari nasion-nasion ini harus memperoleh bantuan yang cukup dari luar untuk dapat memberikan harapan-harapan yang cukup meyakinkan akan tercapainya kemajuan. Kalau tidak, Rakyat-Rakyat itu akan mengubah arahnya. Elemen-elemen ekstrim akan bisa merebut kekuasaan, menghasut kebencian-kebencian yang bersifat nasionalistis dan menimbulkan pertentangan-pertentangan. Dalam keadaan demikian, timbullah bahaya bahwa pemerintah-pemerintah bebas akan ditiadakan.....” (Idem, halaman 261). Dengan demikian diakui dengan tak tahu malu, bahwa - b a n t u a n - dipakai untuk mempertahankan apa yang dinamakan - p e m i m p i n - p e m i m p i n - m o d e r a t . Dan siapa yang dimaksudkan dengan “pemimpin-pemimpin moderat ” ? Kalau kita membaca uraian-uraian sarjana-sarjana yang dibiayai oleh kaum imperialis, seperti misalnya Guy Pauker, Arnold Brackman, dan lain-lain, atau di Australia Herbert Feith, maka yang dimaksudkan dengan “pemimpin-pemimpin moderat” di Indonesia adalah tokoh-tokoh Masyumi dan PSI yang masih mereka jagoi sampai detik ini. Oleh Wolf ditekankan juga mengenai tujuan b a n t u a n untuk - “membeli persahabatan, pengaruh, kemauan baik, dan kerja sama”. Tetapi dia juga mengutip Dulles yang pernah mengatakan sebagai berikut: “ Saya sama sekali tidak peduli apakah bantuan kita membikin sahabat-sahabat atau tidak.....Kita melakukan program-program bantuan itu hanya karena mengabdi kepada kepentingan-kepentingan Amerika Serikat sendiri ”. Demikianlah suaranya seorang yang tak berdaya menutup-nutupi lagi kenyataan bahwa makin lama imperialisme AS makin dibenci di seluruh dunia. Demikianlah mengenai tujuan-tujuan politik daripada- b a n t u a n - l u a r - n e g e r i Amerika Serikat. Tujuan-tujuan ekonomi juga memegang peranan yang besar. Hal ini pernah dirumuskan secara singkat tapi padat dalam Amanat Presiden AS kepada Kongres AS dalam tahun 1958 di mana dikatakan tentang tujuan-tujuan ekonomi dari - b a n t u a n - luar negeri AS, bahwa “ dalam mendorong pembangunan ekonomi di dunia bebas, kita mempunyai kepentingan-kepentingan yang bersifat ekonomis.....Dalam tahun-tahun yang akan datang, kemajuan ekonomi di negeri-negeri yang kurang maju akan menguntungkan bagi kedua belah pihak karena akan menyediakan pasaran-pasaran yang makin luas bagi ekspor-ekspor kita, kemungkinan-kemungkinan baru untuk investasi kapital kita serta akan membantu kita untuk memperoleh bahan-bahan pokok strategis yang kita butuhkan dari luar negeri ” (Idem, halaman 271). Kata-kata ini diucapkan dalam tahun 1958. Pada akhir bulan September 1964, USIS mengumumkan bahwa perdagangan AS dengan negeri-negeri Asia telah “bertambah sehat” sejak tahun 1959. Sehat untuk siapa? Hal ini dapat kita lihat dari angka-angka yang diberikan oleh USIS, yaitu bahwa jika dalam tahun 1959 kelebihan ekspor AS ke negeri-negeri Asia (khususnya Timur Jauh) hanya berjumlah $ 9,8 juta, maka dalam tahun 1963 kelebihan ekspor AS dengan negeri-negeri ini telah meningkat menjadi $ 1.296 juta. Artinya, dalam waktu 5 tahun itu perdagangan AS dengan Asia menjadi 130 x “lebih sehat” untuk AS. Dan bagaimana secara khusus mengenai “bantuan” AS yang diberikan kepada Indonesia? Mengenai hal itu, Charles Wolf, penulis buku itu, ternyata cukup ahli karena pernah bekerja di Kedutaan Besar AS di Jakarta. Dia secara tak tahu malu menjelaskan, bahwa “bantuan” AS kepada Indonesia sangat didorong oleh hasil-hasil pemilihan umum di Indonesia dalam tahun 1955 dan 1957. Penjelasan Wolf mengenai hal ini adalah sedemikian menarik sehingga saya akan mengutipnya secara lengkap: “Mengenai Indonesia, memang terdapat alasan-alasan untuk menghubungkan kenaikan bantuan dengan perkembangan-perkembangan dalam negeri karena hal-hal tersebut telah menjadikan bantuan AS sebagai hal yang lebih ‘bernilai’ dalam melakukan usaha-usaha untuk mencapai stabilitas politik. Singkatnya, perkembangan-perkembangan dalam negeri tersebut ialah hasil-hasil pemilihan umum di Indonesia dalam tahun 1955 di mana Partai Komunis Indonesia dengan tidak diduga-duga memperoleh 20 % daripada suara-suara. Pun di Indonesia hal-hal seperti pemilihan umum dapat dianggap kurang penting dalam mempengaruhi jumlah bantuan AS, jika dibadingkan misalnya dengan hal seperti sikap yang bersahabat dan mau bekerja sama daripada Pemerintah Burhanuddin atau kenyataan bahwa Presiden Sukarno menerima baik suatu undangan untuk berkunjung ke AS. Bagaimanapun juga, pengaruh-pengaruh dari berbagai hal ini mempunyai pengaruh yang besar terhadap ‘nilainya’ Indonesia sebagai suatu negeri penerima bantuan. Di satu pihak, bantuan dalam rangka Mutual Security Program telah diperbesar. Dan dalam bulan Maret 1956 telah disetujui untuk memberikan barang-barang pertanian (SAC) sejumlah $ 97,8 juta. Tidak pernah sebelumnya itu kepada suatu negeri Asia diberikan barang-barang SAC sebanyak itu” (Idem,halaman 221). Dan bagaimana tentang hasil-hasil pemilihan umum di Indonesia dalam tahun 1957? Dalam hal inipun, Wolf memberikan komentarnya yang sungguh menarik. Dia berkata: “ Dalam pemilihan umum pemerintahan daerah tahun 1957, K o m u n i s memperoleh jumlah suara yang terbesar di Jawa. Harus diakui dan disesalkan, bahwa cara-cara yang tersedia bagi AS untuk dapat mempengaruhi perkembangan-perkembangan semacam itu adalah terbatas. Yang paling menentukan dalam keadaan yang demikian terletak dalam hal pimpinan internal, sumber-sumber atau dana-dana yang tersedia dan ‘good fortune’ atau hal-hal yang kebetulan. Tetapi dalam keadaan yang demikian, sudah dapat dipastikan, bahwa salah satu senjata politik luar negeri AS yang paling ampuh ialah bantuan luar negeri, terutama segi e k o n o m i daripada bantuan luar negeri ” (Idem, halaman 415). Cukup kiranya dengan bahan-bahan di atas, untuk melihat betapa - b a n t u a n - luar negeri AS dipergunakan - s e b a g a i - s e n j a t a - bagi imperialisme AS untuk membendung kemajuan Rakyat-Rakyat di seluruh dunia dan untuk menguasai seluruh dunia termasuk Indonesia . B a n t u a n - A m e r i k a adalah campur tangan langsung dalam urusan internal D a l a m - N e g e r i - I n d o n e s i a .
Posted on: Sun, 11 Aug 2013 01:57:13 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015