Bagaimana Meningkatkan Budaya Perusahaan? (Business Lounge – - TopicsExpress



          

Bagaimana Meningkatkan Budaya Perusahaan? (Business Lounge – Leadership) – Budaya perusahaan yang positif dapat mempengaruhi banyak hal : - moral yang lebih baik, - kekurangan omset , - tingginya tingkat absensi, - besarnya efisiensi, dan - kurangnya inovasi. Di dalam perusahaan Anda terdapat apa yang namanya budaya perusahaan . Yang patut dipertanyakan, apakah budaya perusahaan dalam perusahaan Anda dapat diandalkan dalam arti budaya perusahaan dapat bekerja sama di dalam mendukung pencapaian target perusahaan. Atau sebaliknya budaya perusahaan ternyata berlawanan dengan tujuan perusahaan. Budaya perusahaan adalah kumpulan sikap-sikap, pengalaman dan nilai-nilai yang memandu cara karyawan berperilaku. Bahkan suatu bisnis berjalan dimulai dengan memiliki budaya perusahaan, namun dalam pelaksanaannya ada 3 group manager yang yang berbeda dalam cara menangani budaya perusahaan tergantung dari asal dekade pembangunan, yaitu: Group pertama, yang biasanya terlibat dalam bisnis manufaktur tradisional – biasanya yang termasuk dalam industry perakitan. Mereka mengabaikan pentingnya budaya perusahaan dan lebih banyak berupaya dalam menyempurnakan efisiensi operasi mereka. Group kedua mengakui pentingnya budaya perusahaan, tetapi tidak melakukan apa pun untuk mengembangkan atau meningkatkan itu. Kadang-kadang mereka overload dalam tugasnya dan tidak punya waktu untuk sisi “soft” dari bisnis. Di lain waktu, mereka memiliki waktu dan motivasi tetapi tidak tahu apa yang harus mengambil arah, atau mereka menganggap bahwa budaya akan mengurus dirinya sendiri. Group ketiga, termasuk manajer yang tidak hanya percaya bahwa budaya perusahaan adalah penting dan membutuhkan waktu untuk menciptakan dan memelihara budaya dalam bisnis namun mereka juga memiliki keterampilan yang mereka butuhkan untuk memelihara budaya perusahaan secara sehat. Dari pernyataan di atas maka dapat disimpulkan bahwa dua bagian yang pertama merupakan jenis perusahaan yang tidak memiliki budaya perusahaan sedangkan bagian yang ketiga merupakan perusahaan yang menikmati adanya perusahaan yang sehat karena ada budaya perusahaan. Apakah ada yang bisa mengatakan mana yang paling benar dari ketiganya? Yang tidak dapat dipungkiri bahwa dimana ada orang bekerja, maka biasanya disitu ada budaya yang dianut. Pertanyaannya adalah, apakah bedanya perusahaan yang punya budaya dengan yang tidak ada budaya? Hampir setiap pengamat perilaku organisasi selama tiga dekade terakhir telah menjawab pertanyaan ini secara afirmatif. Budaya yang sehat berarti moral yang lebih baik, omset kurang dan absensi menurun, efisiensi yang lebih besar, lebih banyak inovasi dan keuntungan yang lebih besar. Hal yang di timbulkan dari kenyataan bahwa salah satu keinginan dasar karyawan (untuk semua umat manusia) adalah berkorelasi ke hasil keseluruhan yang lebih besar. Dengan memiliki budaya yang sehat, maka ada keinginan dari karyawn yang mendorong mereka untuk membangun dan memelihara hubungan antara karyawan dan organisasi mereka. Perusahaan-perusahaan yang tidak berusaha untuk membangun budaya perusahaan berisiko mengembangkan budaya “Aku tidak peduli” . Yang ada adalah karyawan yang tidak memiliki cara untuk memperoleh tujuan yang lebih besar dalam organisasi, tidak ada cara untuk mengidentifikasi , tidak ada yang memberikan makna kerja lebih besar dari produksi. Perusahaan yang memiliki budaya fokus pada hasil kuantitatif, seperti efisiensi operasional, akan memiliki keberanian untuk mengambil risiko yang lebih besar. Mereka dengan mudah dapat lulus dari budaya yang sederhana yang seolah-olah mengatakan “Aku tidak peduli” untuk salah satu hal dan mengatakan, “Saya lebih peduli dengan angka-angka daripada aku peduli tentang Anda, karyawan.” Tidak mengherankan, perusahaan tersebut akan mengalami kesulitan memotivasi karyawan dan kesulitan. Yang termasuk dalam manajer di grup ketiga, merupakan grup yang sukses dalam menciptakan “Saya peduli” budaya perusahaan, sehingga dalam membangun hubungan diantara karyawan berpatokan setidaknya dalam lima cara, yaitu: Nilai Budaya perusahaan sukses dimana terdapat pernyataan yang jelas tentang arti nilai-nilai inti organisasi . Mereka memiliki kejelasan tentang apa yang mereka perjuangkan, apa yang mereka percaya, siapa yang mereka layani dan untuk apa yang mereka berusaha untuk menjadi. Tujuan Budaya sukses memiliki pernyataan target ke arah mana tujuan perusahaan . Karyawan ingin menjadi bagian dari sebuah organisasi yang bergerak maju akan menghargai dan mengetahui bagaimana upaya yang harus dilakukan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Konsistensi Budaya sukses konsisten. Ini bukan untuk mengatakan bahwa mereka statis, tentu tujuan adalah berubah secara berkala untuk mencerminkan perubahan suatu kondisi. Tapi mereka melakukannya dengan cara yang dapat diprediksi, sebagai hasil dari sesi perencanaan tahunan, misalnya. Komunikasi Budaya sukses berkomunikasi terus menerus dengan efektif. Karyawan tidak pernah terkejut, terutama oleh berita buruk karena proses komunikasi transparans. Ketidakpuasan dapat dibawa ke tempat terbuka dan dijinakkan sebelum kerusakan berakibat secara menyeluruh. Perayaan / Celebration Budaya sukses merayakan suatu prestasi. Mereka menciptakan pahlawan dan memastikan bahwa semua orang tahu tentang perbuatan mereka. Mereka juga menerima kegagalan, sampai titik tertentu. Karyawan tidak bisa diharapkan untuk mengambil risiko untuk mencapai hal-hal besar jika mereka takut bahwa pekerjaan mereka mungkin akan hilang segera. Ke lima cara di atas kalau dimiliki oleh satu perusahaan maka akan menjadikan suatu perusahaan sehat dan teratur di dalam melakukan pekerjaan-pekerjaannya. Semua terarah untuk satu pencapaian tujuan, yang dilakukan dengan cara terencana, baik dan dilakukan oleh semua karyawan. (Palimirma/IC/BL)
Posted on: Wed, 28 Aug 2013 05:30:26 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015