Bahaya Panjang Angan-Angan Seringkali Melalaikan - TopicsExpress



          

Bahaya Panjang Angan-Angan Seringkali Melalaikan Manusia Faj@r...... :-* Bahaya Panjang Angan-Angan Seringkali Melalaikan Manusia. “Di jadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (QS. Ali Imraan:14) Dunia seringkali melalaikan manusia. Di cinta dan dipuja karena begitu indah mempesona, namun di balik keindahannya sungguh banyak hal yang menghancurkan manusia. Para pengejar dunia tak pernah puas. Yang dikejar adalah yang bersumber dari angan-angan dan lamunan yang tak ada habisnya. Keinginan-keinginan ini datang dari hawa nafsunya. Seringkali keinginan tersebut tak terkendali sehingga melanggar aturan dan kebiasaan yang ada di tengah masyarakat. Ada jiwa yang begitu lemah sehingga menjadi mangsa berbagai objek yang menumbuhkan keinginan untuk meraih kesenangan hidup sementara yang amat terbatas. Sangat sedikit mereka yang mampu bertahan dengan cita-cita luhur dan keinginan membaja untuk meraih nilai-nilai tinggi yang disediakan Allah bagi hamba-hamba-Nya yang beriman. Rasulullah Saw bersabda, “Dunia ini cantik dan hijau. Sesungguhnya Allah menjadikan kamu khalifah dan Allah mengamati apa yang kamu lakukan, karena itu jauhilah godaan wanita dan dunia. Sesungguhnya fitnah pertama yang menimpa bani Israil adalah godaan kaum wanita.” (HR. Ahmad) Dunia Mengendalikan Nafsu Ketika seseorang memiliki akidah yang lemah, dia akan melihat dunia itu begitu besar, teramat penting , dan harus dikejar sekuat tenaga. Padahal dia tengah tertipu dengan tampilan dunia yang “manis” dikemas dengan gincu-gincu yang diberi istilah baru seperti “kemajuan”, “kemakmuran”, ’’model”, “life style”, “tuntutan modemisasi”, dan sebagainya. Dunia kita saat ini penuh dengan iklan, propaganda, dengan aneka ragam polesan warna-warni. Padahal pada kesungguhannya, segala polesan itu berasal dari kepentingan para pebisnis dunia yang akan meraih untung sebesar- besarnya bagi kehidupan mereka. Kemasan dunia merupakan iklan yang melalaikan sehingga seringkah manusia dibuat mabuk dengan tampilannya. Mereka mengalihkan fungsi dunia yang sebenarnya merupakan “wasilah” (sarana) bagi kehidupan menjadi “ghayyah” (tujuan). Mereka menjadikan dunia sebagai orientasi hidup, dan lupa atau setidaknya lalai terhadap Akhirat. Sebagaimana kebanyakan manusia memang lemah dalam masalah hawa nafsu ini. Tatkala dilahirkan di muka Bumi, Allah telah melengkapi kita dengan “hubbusy syahwat” (menyukai hal-hal yang diingini). Ini telah dinyatakan Allah Azza wa Jalla : “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (QS. Ali Imraan:14) Orang-orang pemuja syahwat ini mengejar kesenangan dunia untuk kepentingan hobbi atau “kepentingan duniawi” itu sendiri. Sebagai contoh, saat ini dalam berpakaian orang-orang yang orientasinya duniawi mengejar model terbaru dan menghabiskan milyaran rupiah untuk kesenangan beli baju di toko-toko busana terkemuka. Dalam teknologi orang-orang berlomba-lomba membeli hand phone jenis baru semata untuk bergaya dan ingin kelihatan trendi, demikian halnya dengan mobil, jam tangan, rumah, atau apa saja yang mereka sebut sebagai ‘gaya hidup” yang trendi dan modem. Dalam ayat disebutkan wanita sebagai kesenangan dunia yang pertama karena banyak orang yang dipengaruhi wanita (isteri atau “kekasih”nya) sehingga menjadi para pengejar harta kekayaan, properti, kendaraan dan sebagainya. Berapa banyak pejabat korupsi karena didorong oleh isteri dan keluarganya. Tidak sedikit mereka teijerumus dalam dosa karena mengejar kesenangan bersama isteri “simpanan” atau WIL-nya. Para ulama berkeyakinan bahwa iblis dan bala tentaranya telah ikut berperan memutar-balikan pikiran manusia sehingga berorientasi dunia semata dan melupakan Allah dalam banyak hal. Sebagaimana ketertipuan nenek moyang manusia yaitu Adam As dan isterinya. Waspadalah, dendam iblis masih berlanjut hingga saat ini. “Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syaitan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapakmu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dan suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan syaitan-syaitan itu pemimpin-pemimpim bagi orang-orang yang tidak beriman.” (QS. Al-Aaraf: 27) Ketertipuan ini akan membuat manusia menjadi frustasi dan terganggu kondisi jiwanya. Karena keterbatasan dunia membuat mereka seringkali kecewa disebabkan keinginan-keinginan mereka yang besar tidak tercapai. Akibatnya jiwa mereka dirundung keletihan dan penyakit yang membawa kepada stress, depresi, dan tarjangkiti aneka ragam penyakit hati yang berbahaya seperti iri dengki, kebencian, mudah tersinggung, tergesa-gesa, banyak mengeluh dan sebagainya. pangkal dari segala penyakit kejiwaan ini adalah menjadikan hawra nafsu duniawi sebagai tujuan hidup. Rasulullah Saw bersabda, “Demi Allah, bukanlah kemelaratan yang aku takuti bila menimpa kalian, tetapi yang kutakuti adalah bila dilapangkannya dunia bagimu sebagaimana pernah dilapangkan (dimudahkan) bagi orang-orang yang sebelum kalian, lalu kalian saling berlomba sebagaimana mereka berlomba, lalu kalian dibinasakan olehnya sebagaimana mereka dibinasakan.” (HR. Ahmad) Sehingga tatkala tidak tercapai mereka frustasi dan depresi. Bahkan di antara mereka yang sama sekali tidak mampu kembali ke jalan Allah karena telah menjadikan kesenangan duniawi sebagai “Tuhan” yang diikuti. Mereka itu sudah kehilangan kendali karena hawa nafsunya sudah menghamba kepada kesenangan duniawi yang menipu. “ Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran? Dan mereka berkata: “Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang akan membinasakan kita selain masa”, dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja.” (QS Al-Jatsiyah : 23-24) Mengobati Penyakit Cinta dunia Jalan keluar dan penyakit “hubbud dunya ” (cinta dunia) dalam Islam tiada lain Iman kepada Allah, Rasul dan Han Akhirat. Hamba-hamba Allah yang beriman tentu mengutamakan kesenangan Akhirat dan dunia. Sebenarnya seperti apakah dunia jika dibandingkan dengan Akhirat di dalam Kitabullah? Inilah jawaban Rasulullah : “Perbandingan dunia dengan akhirat seperti seorang vang mencelupkan jari tangannya ke dalam laut lalu diangkatnya dan dilihatnya apa yang diperolehnya.” (HR. Muslim dan Ibnu Majah) Allah Azza wa Jalla telah pula menerangkan hakikat kehidupan dunia yang merupakan kesenangan yang menipu hamba-hamba Allah dari kesenangan yang disediakan Allah di Akhirat nanti. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. “Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (QS. Al hadiid: 20) Maukah Anda menjadi orang yang tertipu kemudian menyesal seumur hidup? Penyesalan ketertipuan hidup di dunia adalah neraka jahannam yang sangat mengerikan dan menakutkan. Karena pada dasarnya kehidupan Akhirat merupakan kehidupan kekal abadi dan kehidupan yang sebenarnya di dalam Alqur-an, Allah Azza wa Jalla berulangkali mengingatkan manusia tentang betapa pentingnya meraih kebahagiaan Akhirat yang kekal abadi. Katakanlah: “Inginkah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu? “. Untuk orang-orang vang bertakwa (kepada Allah), pada sisi Tuhan mereka ada surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai, mereka kekal didalamnya. Dan (mereka dikaruniai) isteri-isteri yang disucikan serta keridhaan Allah. Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nva. (Yaitu) orang-orang yang berdoa : Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah beriman, maka ampunilah segala dosa kami dan peliharalah kami dari siksa neraka,” (Ali Imraan: 15-16) Kesenangan Akhirat itu suatu kesenangan yang nyata dimana manusia diminta Allah untuk berlomba-lomba mengejarnya. Dengan demikian “hubbud dunya” (kecintaan terhadap dunia) akan terkikis. Yang lebih penting dari itu adalah ingatan yang terus menerus kepada Allah, ingatan yang membuat hati , jiwa, dan pikiran terkendali dalam jalan Allah dan meraih ketentraman, “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah.. Ingatlah hanya dengan mengingat Allah-lah hati hati menjadi tentram” (QS. Ar-ra’du: 28) TIPUAN DUNIA Sebuah seruan diteriakkan oleh seorang ulama salaf, Maimun bin Muhran, ketika ia khawatir akan tipuan nafsu yang dikemas dengan nama-nama yang indah. Gaung seruan itu terus terdengar sepanjang sejarah Islam, “lyyakum wa kuliu hawwan yusamma bi-ghoiril Islam” (Hindarilah setiap hawa nafsu (keinginan) yang bukan atas nama Islam). Dengan seruan itu beliau ingin mengingatkan kita bahwa segala perkara yang bukan bersumber dari Islam tidak lain dan tidak bukan. adalah hawa nafsu belaka, dalam segala bentuknya dan di zaman manapun ia muncul. Pemahaman ini ma’tsur (resmi bersumber) dari para ulama islam sebab bagi mereka hanya ada satu kebenaran, yaitu wahyu Allah yang dijelaskan oleh Sunnah Rasulullah. Segala sesuatu yang berbeda dan bertentangan dengan wahyu adalah hawa nafsu yang tercela. Tidak ada sedikit pun dari hawa nafsu yang patut dipuji atau berdampingan dengan kebenaran. Jangan sampai seorang muslim memutuskan sesuatu dengan hawa nafsu atau natinya merasa tenang dengan mengikuti hawa nafsu. Sesungguhnya Allah telah menjadikan pengikut hawa nafsu sebagai penentang kebenaran sebagaimana firman Allah Taala: “Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang- orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.” (QS. Shaad: 26) Kemudian Allah berfirman tentang sifat yang berlawanan dengan hawa nafsu dan solusinya: ”Adapun orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal (nya). Dan adapun orang- orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal (nya).” (QS. An-Nazi’at: 40-41) Ayat di atas menunjukkan bahwa bagi kita hanya ada dua pilihan, Wahyu (syariat) atau hawa nafsu. Tidak ada pilihan ketiga. Jelaslah bahwa keduanya adalah dua hal yang berlawanan. Apabila wahyu mengatakan sesuatu itu hak, maka lawannya adalah hawa nafsu dan apapun yang mengikuti hawa nafsu bertentangan dengan yang hak. Dalam Alqur-an setiap ayat yang menyebut tentang keinginan hawa nafsu, maka selalu berisi celaan terhadap hawa nafsu dan pelakunya. Maksud kenyataan ini sama sebagaimana yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. Beliau berkata, “Tidaklah Allah menyebut keinginan hawa nafsu di dalam Alquran, kecuali Dia mencelanya.” Semua itu jelas mengisyaratkan bahwa maksud Allah sebagai pembuat syariat adalah untuk mengeluarkan kita dari golongan yang mengikuti hawa nafsu. Allah memerintahkan Rasulullah Saw untuk mengambil satu syariat dan manhaj: “Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dan urusan (agama) itu, maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang- orang yang tidak mengetahui.” (QS. Al-Jatsiyah: 18) Pilihan itu hanya ada dua, syariat Allah atau mengikuti keinginan orang-orang jahil. Tidak ada pilihan ketiga, jalan tengah antara syariat yang lurus dan keinginan hawa nafsu yang berubah. Seseorang yang meninggalkan syariat Allah berarti telah berhukum kepada keinginan nafsunya. Segala sesuatu selain syariat Allah adalah keinginan hawa nafsu yang disukai oleh orang yang jahil. Syariat hanyalah satu, yaitu syariat Allah dan selain itu hanyalah keinginan hawa nafsu yang bersumber dari kejahilan. Penerus dakwah wajib mengikuti syariat Allah semata dan meninggalkan segala keinginan hawa nafsu.Mereka tidak boleh menyeleweng sedikit pun dari syariat untuk kemudian mengikuti keinginan hawa nafsu...... Semoga bermanfaat untuku,untukmu & untuk semua.... :-* faj@r........ :-*
Posted on: Mon, 22 Jul 2013 15:53:18 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015