Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para - TopicsExpress



          

Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya, ungkapan tersebut dikatakan oleh seorang tokoh besar Bung Karno. Siapapun mengenal dan mengenang kebesaran beliau sebagai sosok pejuang kemerdekaan, pejuang penghapusan rasdiskriminasi dan pejuang HAM. Bung Karno tidak berjuang sendirian, ribuan bahkan jutaan pahlawan, baik yang tercatat di buku sejarah ataupun tidak tercatat, bersama-sama turut menanamkan saham besar bagi perjuangan kemerdekaan. Tepatnya tanggal 17 Agustus 1945 bangsa Indonesia terlepas dari cengkeraman kolonialis dan imperialis bangsa Eropa. Bangsa Indonesia telah menjadi bangsa yang Merdeka. Perjuangan berat generasi 45 pada masa lampau, sama beratnya dengan perjuangan generasi penerus di masa sekarang, Generasi 45 telah mewariskan kekayaan yang tak ada bandingannya, yaitu sebuah kemerdekaan. Dalam arti inti dari kemerdekaan itu adalah kebebasan, baik kebebasan dari rasa takut, bebas ber- pendapat, bebas menentukan nasib sendiri. Namun sayang dalam kurun waktu rentang yang panjang, 68 tahun, hakekat kemerdekaan belum dapat dinikmati oleh mayoritas rakyat Indonesia. Kemerdekaan secara penuh dan utuh masih belum tercapai, yaitu kemerdekaan yang meliputi, memperjuangkan hak-hak rakyat, merdeka politik, merdeka ekonomi dan sosial budaya, merdeka dari penjajahan global yang akan merusak identitas dan jati diri bangsa Indonesia. Apakah kita telah Merdeka ? Pertanyaan konyol tersebut akan menemukan jawaban panjang apabila diruntut secara rinci dan detail. Ibarat benang kusut, perlahan-lahan di cari ujung dan pangkalnya. Menurut Prof. Dr. Sutan Takdir Alisyahbana, walaupun telah merdeka secara penuh, namun kemerdekaan berfikir mayoritas anak bangsa dikebiri. Dampak dari pengebirian kemerdekaan berfikir, kebudayaan bangsa Indonesia masih terbelakang. Ini diakibatkan oleh garis kemiskinan di sektor ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi. Akibat fatal dari proses tersebut adalah rakyat menjadi bodoh, karena tradisi berfikir dan mengasah otak ditinggalkan Sehingga tidak mengherankan apabila bangsa Belanda mampu menjajah bumi nusantara selama 350 tahun. Menurut tokoh sastrawan dan budayawan gaek ini, bangsa Indonesia sebenarnya kaya raya, namun kekayaan tersebut tidak mampu menaikkan derajat rakyat. Hal tersebut sangat erat kaitannya dengan kultur bangsa Indonesia, menganut parasiteren, yaitu ber-pola hidup bagaikan benalu yang menetek pada kejayaan masa silam, tidak ber-upaya melahirkan pemikiran sendiri dan hanya menjadi manusia yang berhamba pada kebiasaan dan tradisi. Akibat dari kultur tersebut negara Indonesia masih tetap menjadi negara terbelakang dan miskin. Untuk mengejar ketertinggalan maka kultur baru harus dibangun, yaitu mau belajar dan bekerja keras, hemat, cermat, disiplin dan pintar. Seharusnya rakyat Indonesia mencontoh budaya kerja orang-orang Cina, hanya bermodalkan “katok kolor”, datang ke Indonesia. Dalam kurun waktu tidak lama, orang-orang Cina mampu menguasai mata rantai perdagangan sekaligus memposisikan dirinya sebagai konglomerat. Sementara itu D. Zawawi Imron, penyair kondang dengan sebutan si celurit emas memberikan gambaran yang lebih kompleks tentang hakekat kemerdekaan. Kemerdekaan merupakan hak manusia untuk mendapatkan hidup yang cukup dan tanpa merasakan kekurangan, mudah berusaha tanpa adanya tekanan dan rasa ketakutan, merasa aman dan damai sesuai kodratnya, mendapat tempat layak bagi diri sendiri maupun orang lain. Secara politis bebas dalam mewujudkan kemerdekaan, baik dalam dinamika pendidikan, kemerdekaan sosial, perbaikan ekonomi, perjuangan dalam zona kebudayaan. Dalam seluruh proses pemberdayaan hendaknya berpangkal dan bermuara pada akal sehat dan hati nurani. Dengan demikian agama, moralitas dan budaya menjadi pokok refleksi yang menyatu dalam mewujudkan kemerdekaan. Dari uraian kedua tokoh tersebut, dapatlah disimpulkan bahwa kemerdekaan merupakan hak yang paling azasi bagi setiap manusia. Sehingga menjadi sebuah kewajiban bagi generasi muda (penerus) untuk mempertahankan kemerdekaan dengan jalan melaksanakan kewajiban membangun. Membangun dalam arti yang sangat luas dan mencakup semua dimensi, pembangunan fisik, mencetak Sumber Daya Manusia berkualitas, ber-ilmu, ber-iman dan ber-taqwa. Sehingga pembangunan yang dicapai akan mampu mengangkat derajat bangsa ini mencapai sebuah peradaban yang tinggi. Kalau kita menengok ke belakang dan kembali membuka lembaran sejarah, maka akan didapatkan sebuah mutiara tentang jiwa dan semangat perjuangan 45. Para pahlawan 45 telah mewariskan sebuah nilai tentang “kerelaan berkorban”. Jiwa rela berkorban seharusnya dimiliki kembali oleh semua komponen anak bangsa untuk mengejar ketertinggalan. Tak kalah penting adalah mempererat kembali tali persatuan dari Sabang sampai Merauke, yaitu dengan jalan membangun jiwa dan semangat nasionalisme yang mulai tercabik-cabik. Memperkokoh mental generasi muda serta penekanan pada moralitas keagamaan. Nilai-nilai pejuang 45 selayaknya dilestarikan kembali sebagai modal mengisi kemerdekaan, dengan demikian semua komponen anak bangsa bersama-sama, bersatu-padu membenahi penyakit sosial yang mulai meraja- lela, memberantas segala bentuk anarkhisme, kolusi, korupsi, nepotisme. Membangun kembali nilai moralitas agama serta me- reformasi mental. Pembenahan tersebut harus dimulai dari tingkat tinggi, para pemimpin bangsa, para pejabat, pemimpin informal. Keteladanan sikap dan mental akan berdampak besar dan meluas di kalangan rakyat. Contoh sikap teladan yang ditunjukkan tersebut, diharapkan akan mampu membawa perubahan dan pembaharuan. Sehingga tingkat kerumitan, ketidakmampuan, kekurangan, kesulitan tinggi yang dihadapi bangsa ini akan lebih ringan apabila dilandasi oleh sikap kebersamaan. Dengan demikian hakekat sebuah kemerdekaan benar- benar telah menjadi milik berharga semua rakyat Indonesia. Mempertahankan kemerdekaan adalah sebuah kewajiban, karena kemerdekaan merupakan nilai kemanusiaan yang paling tinggi dan utama, nilai kemerdekaan satu- satunya yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Setiap tahunnya, jarak antara masa perjuangan kemerdekaan dengan masa kini semakin jauh. Para pelaku sejarah yang dikenal sebagai angkatan 45, banyak yang telah meninggalkan alam fana dengan meninggalkan nilai-nilai juang dan semangat 45 kepada generasi penerus. Persembahan yang paling agung dan tak ternilai harganya adalah keberhasilan meraih kemerdekaan. Patut kiranya apabila kita menundukkan kepala sejenak, mengheningkan cipta, menjadikannya sebuah renungan panjang ketika memperingati hari ber-sejarah bagi bangsa Indonesia. Peringatan tersebut bukan hanya sekedar formalitas yang bersifat seremonial belaka. Mudah-mudahan kita benar-benar menjadi bangsa yang merdeka.
Posted on: Sat, 17 Aug 2013 01:49:01 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015