Berdua Di Sorga, Atau Berdua Dengan Mobil? Assalamu’alaikum wr.wb., Sudah sering ada orang yang berkomentar kepada saya "Anak yatim di Jakarta sudah kaya semua, jadi saya lebih mau kasih ke daerah, seperti Sukabumi dsb." Saya selalu bertanya, “Kapan bapak ke Sukabumi?” Dan selalu dapat jawaban "Jarang juga sih." Jadi karena ada anggapan orang kaya bahwa anak yatim di sini sudah makmur semua, mereka tidak kasih ke anak2 di sini, dengan niat kasih kepada “yang lebih membutuhkannya” di daerah. Tapi karena juga hampir tidak pernah ke daerah, dan juga tidak mau percaya pada yayasan manapun (katanya banyak penipuan), hasilnya adalah orang itu tidak pernah bersedekah. Dan karena banyak sekali orang punya anggapan anak yatim di sini sudah "makmur" maka hasilnya adalah anak di sini juga hidup dalam kemiskinan karena jarang sekali dibantu. Anak yatim hanya “laku” di bulan puasa saja, dan habis itu biasanya dilupakan untuk 11 bulan. Tidak perlu jauh-jauh. Tebet, Warung Buncit, Depok, Bekasi, Cibubur, Tangerang dan sebagainya. Bisa dapat anak yatim yang kehidupannya sangat sulit. Tapi orang kaya yang punya rumah, mobil, dan gaji yang baik selalu lewat di depan panti atau pesantren anak yatim itu, tanpa mampir. (Apalagi tidak masuk panti, dan masih di rumah kontrakan sama Ibunya: lebih dilupakan lagi!) Jadi semua orang mampu itu berasumsi saja. Kalau ada uang lebih, dan mau bersedekah karena Allah, utamakan anak yatim dan orang miskin yang paling dekat dulu ("tetangga") dan kalau mereka sudah makmur, dan kita lihat dengan mata sendiri bahwa mereka sudah hidup dengan kualitas yang baik (bukan berasumsi saja), silahkan cari juga di daerah dan di pelosok sebagai tambahan. Seharusnya orang di daerah itu yang mengurus anak yatim yang menjadi tetangga mereka, tapi banyak dari mereka juga tidak mau. Lebih enak beli mobil baru ternyata. Mungkin mereka pernah dengar hadiths tentang pengurus anak yatim yang akan berdua sama Rasulullah SAW nanti di sorga. Tapi saat dengarnya, mereka salah dengar. Yang aslinya begini: Rasulullah SAW bersabda, “Aku dan pemelihara anak yatim di surga seperti ini (dan beliau memberi isyarat dengan telunjuk dan jari tengahnya, lalu membukanya.” (HR. Bukhari, Turmidzi, dan Abu Daud) Tapi mungkin yang dipahami di dalam hati mereka adalah: “Aku dan pemelihara MOBIL MEWAH di surga seperti ini (dan beliau memberi isyarat dengan dua jari).” Lebih parah lagi kalau sampai membuat koleksi rumah mahal dan koleksi mobil mewah (seperti banyak pejabat dan orang kaya sekarang). Sungguh tidak bermanfaat koleksi rumah dan mobil itu. Kalau mau tahu apakah orang itu dekat dengan Allah atau tidak, coba tanya saja bagaimana kalau salah satu dari rumah mewahnya dijadikan panti asuhan anak yatim, dan lihat reaksinya. Mungkin dia akan langsung pingsan di tempat, atau teriak karena kita dianggap gila. Hehe Banyak pejabat dan pengusaha sekarang mencari harta dengan cara mana pun (halal dan haram) dan beli puluhan mobil. Lalu setiap hari merasa takut mobil mereka akan ditabrak atau dicuri. Tapi tidak pernah ada orang yang kasih hartanya kepada anak yatim untuk beli makanan, dan duduk sama mereka di saat makan, dan belikan kebutuhan mereka yang lain, yang mengatakan “Saya takut makanan dari saya di dalam perut anak yatim itu akan dicuri!” Tidak pernah sekalipun ada yang bicara seperti itu. Kalau kita sudah memakmurkan anak yatim, maka PAHALA dari Allah sudah masuk tabungan kita, dan tidak ada perampok paling hebat sedunia yang bisa mencurinya. Tapi kalau beli mobil mewah, tunggu saja waktunya sampai jadi rusak, atau dicuri. Mengisi perut anak yatim bisa membuat kita merasa tenang dan bahagia. Mengisi mobil mewah dengan belanjaan kita dari mall bisa membuat kita merasa was-was setiap hari, karena takut harta itu bisa hilang. Silahkan pilih yang mana saja yang diinginkan. Berdua dengan Rasulullah SAW di sorga karena memelihara anak yatim? Atau berdua dengan mobil mewah di tengah kemacetan karena mobilnya tidak bisa terbang? Enakan mana? Semoga bermanfaat Wassalamu’alaikum wr.wb., Gene Netto
Posted on: Sat, 27 Jul 2013 17:13:21 +0000