Bicara Soal Cacian Dan Hinaan Kepada Timnas, Sebuah Tamparan Ke - TopicsExpress



          

Bicara Soal Cacian Dan Hinaan Kepada Timnas, Sebuah Tamparan Ke Wajah Sendiri Salam perjuangan. Ternyata label “terbaik terbaik” yg disematkan kepada The Real Garuda bentukan PSSI rasa KPSI hanyalah slogan OMONG KOSONG. Komposisi pemain yg diasuh pelatih Jackson F. Tiago semenjak dipercayakan menukangi TRG oleh PSSI rasa KPSI tidak menunjukkan perkembangan signifikan seperti yg digembar-gemborkan oleh media. Kualitas permainan Timnas begitu - begitu saja bahkan cenderung naik turun alias labil. Setidaknya dalam 3 pertandingan di ajang resmi pra piala asia, TRG hanya mencapai hasil maksimal kala menahan imbang China di Jakarta, selebihnya kalah. Saya melihat permainan Timnas semalam adalah permainan yg keluar dari tubuh tanpa JIWA. Para pemain hanya bermain sepakbola tanpa memahami arti semangat “GARUDA DI DADA”. Atmosfer pertandingan di GBK yg tanpa penonton juga turut berpengaruh. Pemain bermain tanpa passion dan daya juang pantang menyerah. Irak yg hanya menurunkan pemain “bocah” mereka saja mampu membuat Timnas keteteran. Saya justru melihat Irak lah yg bermain dengan semangat nasionalisme bagi negaranya. Hal itu terlihat ketika sepanjang pertandingan mereka tidak mudah lelah dan terus berjuang baik pada saat menyerang maupun pada saat bertahan. Padahal Irak terbilang terlambat datang ke Indonesia, tentunya proses pemulihan fisik dan adaptasi cuaca menjadi lebih singkat. Tapi kita semua bisa melihat sendiri perbedaan daya juang TRG dan para bocah Irak. Kehilangan passion (nasionalisme) bisa disebabkan karena kesalahan orientasi atau kurangnya motivasi tatkala memperkuat timnas. Jose Mourinho pernah menyindir nasionalisme pemain kita. Dia bahkan berkata bahwa nyamuk di lapangan jauh lebih merepotkan Chelsea ketimbang permainan timnas itu sendiri. Faktanya pemain kita seperti kehilangan gairah untuk membuktikan kebanggan mereka bermain bagi timnas. Tentu kita masih ingat Nil Maizar. Pelatih yg humble dan sudah terbukti nasionalismenya. Kala memimpin Timnas menjamu Irak dilaga pertama, Nil diperhadapkan pada begitu banyaknya masalah dalam tim baik dari sisi teknis dan non teknis. Nil dan Timnas kala itu dibombardir luar dan dalam. PSSI yg dirongrong oleh KPSI ujungnya berimbas kepada pengelolaan Timnas. Diperparah oleh ulah sebagian masyarakat Indonesia (termasuk di kanal bola) yg kala itu MENGHUJAT dan MENGHINA Nil Maizar dan Timnas kala itu dengan sebutan Timnas Tarkam, Timnas kampungan dsb. Tidak hanya Nil Maizar dan Timnas kala itu yg mendapatkan “serangan”. Saya ingat betul bagaimana saat itu saya dan teman-teman pejuang reformasi PSSI menggugat dan menggugah NASIONALISME sebagian masyarakat Indonesia (termasuk di kanal bola) namun justru CACIAN, MAKIAN, UMPATAN, HINAAN dan sikap APATIS yg kami dapatkan. Lalu kemana Nil Maizar saat cacian dan hinaan itu datang? Dia ada dan berdiri didepan semua anak asuhnya. Nil berani membela dan melindungi kepentingan anak asuhnya demi kebanggaan nasionalisme. Nil Maizar berani menghadapi semua pihak yg mencoba mendiskreditkan Timnas. Bahkan seorang preman dan gembong MAFIA seperti Lanyala Mataliti hanya dianggap secuil kecil dalam persepakbolaan Indonesia. Nasionalisme Nil Maizar tertular kepada penampilan anak asuhnya di lapangan. Melawat ke kandang Irak yg saat itu menurunkan pemain terbaik mereka, Timnas saat itu tidak gentar. Daya juang mereka stabil selama 90 menit pertandingan. Hasilnya Timnas yg saat itu dihuni pemain pemain dengan sebutan “tarkam” namun kita hanya kalah 0-1 dari Irak. Menutup artikel ini saya ingin kita semua berpikir dengan sebuah pertanyaan : dimanakah posisi anda tatkala TIMNAS asuhan Nil Maizar DICACI, DIHINA dan DIBENCI? Apakah anda berdiri membela kepentingan Timnas atau anda justru yg menjadi pelaku CACI, MAKI dan BENCI? Tidak usah MUNAFIK untuk menjawab pertanyaan ini. Salam perjuangan.
Posted on: Wed, 20 Nov 2013 04:13:40 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015