Budayakan Like sebelum Membaca dan Komen setelah Membaca - TopicsExpress



          

Budayakan Like sebelum Membaca dan Komen setelah Membaca Tulisan oleh : Alwinsyah Lubis PERSIJA APA KABARMU? “Dalam kejuaraan PSSI yang ke III pada tahun 1933,penonton yang menyaksikan sangat banyak. Lapangan besar Pasar Turi,Surabaya sebagai tempat pertandingan, penuh dengan lautan manusia. Dalam kesebelasan SIVB terdapat bintang-bintang sepakbola dari NIVB,antara lain Dr.Nawir. Selain SIVB, pemain-pemain NIVB dipakai pula oleh BIVB,sedangkan VIJ dan PSIM tidak menggunakan pemain NIVB dan pada pertandingan terakhir VIJ berhasil mengalahkan SIVB 2-1. Para pengurus NIVB sangat terkejut melihat pertandingan PSSI di Surabaya yang bermutu itu. Pemain-pemain PSSI ternyata mampu manyingi pemain-pemain NIVB” Kutipan diatas merupakan bagian dari isi buku ‘Politik & Sepakbola’ yang ditulis oleh Srie Agustina Palupi,wanita lulusan sejarah Universitas Gajah Mada,Jogjakarta. JakOnline - Ya, VIJ (Voetbalbond Indische Jacarta) atau yang saat ini kita kenal dengan Persija menjadi juara pada kejuaraan PSSI yang ke III tanpa di susupi oleh pemain-pemain NIVB (Hindia Belanda) yang saat itu merupakan bond terbaik secara struktural, fasilitas serta kualitas pemain dibandingkan HNVB (Tionghoa) dan PSSI (Indonesia). Mengenang prestasi baik Persija dimasa lampau seperti menikmati es krim sekaligus menelan pil pahit jika mengingat kondisi Persija saat ini. Bukan mau membesar-besarkan masa lalu atau menjadikannya bantal empuk, seharusnya masa lalu bisa menjadi tolak ukur terhadap apa yang terjadi saat ini. Sembilan gelar perserikatan, satu gelar liga, plus satu gelar piala Brunei Darussalam merupakan pencapaian terbaik yang dimiliki Persija saat ini. Sebelas tahun telah berlalu sejak Persija mendapatkan gelar terakhir pada ajang ligina tahun 2001 lalu. Delapan puluh lima tahun pun telah berlalu sejak perkumpulan yang bernama VIJ ini berdiri. Dua ribu gulden milik bapak Mohammad Husni Thamrin yang digunakan untuk mendanai lapangan tempat berlaganya VIJ/PERSIJA pun masih ada dibagiaan kota Jakarta yang semakin megah dengan warna tanah lapangannya yang tetap merah. Tetapi apa kabar Persija hari ini? Berbicara Persija berbicara sepakbola memang tidak cukup dengan membicarakan oper-operan bola semata,lebih daripada itu ada segudang unsur lain yang menjadikan oper-operan bola itu indah dan menarik untuk dinikmati. Melangkah dari oper-operan bola yang cantik,belakangan ini Persija tidak memilikinya,bahkan Persija nyaris terdegradasi hingga berujung digantiannya pelatih dan memasukan pemain-pemain dengan kualitas baik yang akhirnya menyelamatkan Sang Macan dari jurang degradasi. Perkumpulan sepakbola tua yang lahir dari imbas sumpah pemuda ini kini dirundung banyak masalah. Terlebih lagi tetang krisis finansial ini yang mengancam Persija tidak bisa mengikuti kompetisi musim selanjutnya. Tapi siapa yang peduli dengan masalah ini? Siapa yang harus bertanggung jawab? Barangkali anak baru kemaren seperti saya mana pantas menanyakan hal ini. Ada cerita menarik dari Lapangan VIJ di Petojo, saat saya mencoba mengunjungi lapangan bersejarah ini 17 agustus lalu. Sore itu setibanya di sekitaran Petojo saya menanyakan letak lapangan VIJ kepada tiga bocah yang sedang bersepeda dengan ikat kepala Merah-Putih pada ke tiganya. Navigator-navigator cilik yang sedang menikmati hari lahir negaranya ini pun langsung membimbing saya ke lokasi dengan senang hati. Beberapa waktu kemudian saya tiba di permukiman padat penduduk dan langsung disambut dengan gerbang kecil pintu masuk lapangan ‘pe i ye’ , begitu warga sekitar menyebutnya. Dengan segelas kopi saya menikmati lapangan Petojo yang kebetulan sore itu sedang berlangsung pertandingan sepakbola. Dari penampilan fisik dan bahasa yang digunakan, saya bisa memastikan mereka yang bertanding adalah warga keturunan Tionghoa. Yang jadi pertanyaan saya adalah,apakah saat ini mereka ‘masih’ peduli dengan Persija? Setelah pertandingan selesai ternyata jawaban saya terjawab sudah,beberapa dari mereka menggunakan baju Persija sebagai baju lapis dan juga sebagai baju ganti. Saya langsung teringat legenda Persija yang saya baca di beberapa artikel, bapak almarhum Surya Lesmana yang juga seorang keturunan Tionghoa plus legenda sepakbola Indonesia. Persija memang tim yang pantas dibanggakan, sudah sejak lama orang-orang khususnya warga ibukota membanggakannya tanpa mempermasalahkan ras, suku atau agama. Tetapi, apa kabarmu hari ini Persija? Tahukah kamu mereka masih mengidolakanmu dari rumah lamamu? Siapa yang mendzalimi-mu? Persija apa kabarmu? Benderamu masih berkibar gagah, bahkan diatas bendera anggotamu yang lebih tua darimu di Lapangan Banteng sana, tempat terjadinya peristiwa cikal-bakalmu lahir. Apa kau masih mengingat tempat ini? Ah mungkin kau pilu jika harus mengingat lapangan ini , sebab tak jauh dari sini ada rumah lamamu yang sekarang raib tak bersisa bersama piala-pialamu, Stadion Menteng. PERSIJA apa benar akan ada rumah baru untuk mu? Entahlah.. (Alwinsyah Lubis/JO) Persija apa kabarmu?? Semoga tetap baik, karena tidak ada satu kutu pun yang bisa membuat Macan kami takluk!.
Posted on: Fri, 22 Nov 2013 17:33:14 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015