Bukankah Tuhan sudah tiap detik selalu memberikan pahala anugrah, - TopicsExpress



          

Bukankah Tuhan sudah tiap detik selalu memberikan pahala anugrah, rahmat dan kenikmatan yang jumlahnya puluhan bahkan ratusan. Mulai dari bisa bernafas, melihat, merasa, tidak kelaparan, tidak kekurangan air, rasa senang, memiliki properti dst. Bahkan tanpa pandang bulu anugrah dan kenikmatan itu tetap dirasakan oleh seorang koruptor, pencuri, penipu, pembohong, pembunuh. Bahkan dirasakan oleh seluruh umat manusia di bumi tidak tergantung dengan apa agamanya (primordial), apa suku bangsanya (rasis), dan apa kebudayaannya (etnosentris). Begitu banyak rahmat dan berkah Tuhan kita rasakan tiap satu detik saja. Apakah manusia mampu berucap syukur satu kali dalam setiap detiknya? Tidak! Lantas tidak malukah kita jika masih saja berharap-arap pahala atau upah dari Tuhan atas apa yang kita lakukan? Kapan kita akan lebih banyak bersyukur ketimbang memohon-mohon. Kapan kita lebih sering menelungkupkan telapak tangan daripada menengadahkan tangan? Keikhlasan sempurna dapat saya analogikan seperti kita sedang buang air besar. Walau kita melakukan sesuatu yang baik, memberikan materi yang banyak, namun kita tidak berharap imbalan dari seseorang maupun imbalan dari Tuhan, bahkan sesegeranya kita guyur dengan air agar tidak tercium bau dan tidak lagi kelihatan bentuk dan rupanya. Di sinilah hakekat tapa mendem (bertapa mengubur diri). Yang dikubur / hapus adalah segala amal kebaikan yang pernah kita lakukan kepada sesama dari ingatan kita. Jika kita berbuat baik kepada orang lain, tulislah di atas tanah agar segera terhapus dari ingatan kita. Jika kita membantu sesama, atau menolong orang lain, maka bertransaksilah kepada Tuhan, bukan bertransaksi kepada orang tersebut. Transaksi kepada Tuhan dalam batas kesadaran kita untuk menghayati konsep ketuhanan atau netepi titahing Gusti. Bukan untuk mengkoleksi upah pahala. sistematika yang runtut dan teratur dari yang rendah ke tingkatan tertinggi, yakni catur sembah; sembah raga, sembah cipta, sembah jiwa, sembah rasa. Catur sembah ini senada dengan nafsul mutmainah (ajaran Islam) yang digunakan untuk meraih ma’rifatullah, nggayuh jumbuhing kawula Gusti. Apabila seseorang dapat menjalani secara runtut catur sembah hingga mencapai sembah yang paling tinggi, niscaya siapapun akan mendapatkan anugerah agung menjadi manusia linuwih, atas berkat kemurahan Tuhan Yang Maha Kasih, tidak tergantung apa agamanya.
Posted on: Mon, 17 Jun 2013 19:30:58 +0000

Trending Topics




© 2015