Bulan Juni lalu saya berang menemukan di Koran Tempo cerpen Haruki Murakami yang dialihbahasakan secara asal-asalan oleh Habi Hidayat. Bukan saja cerpen Murakami itu jadi terkesan ringan, pilihan kata dan kalimatnya pun banyak yang tak tepat--untuk tidak menyebut kacau. Bahkan ada beberapa baris percakapan yang hilang di cerpen hasil alih bahasa Habi Hidayat itu. Tadinya saya pikir itu kali terakhir saya dibuat berang oleh cerpen terjemahan yang dimuat di Koran Tempo. Namun, rupanya, cerpen Bertolt Brecht yang dimuat minggu lalu ini (alih bahasa oleh Riva Julianto), kembali membuat saya berang. Bahkan, kekecewaan saya rasanya lebih parah. Pasalnya kalimat-kalimat yang dipakai Riva Julianto dalam cerpen ini banyak yang aneh, tidak "masuk akal", ganjil. Saya tidak tahu bagaimana versi asli dari cerpen ini. Lagipula, kalaupun saya tahu, sudah pasti saya tidak akan bisa membacanya--bahasa asli cerpen ini adalah Bahasa Jerman. Satu hal yang terus berdengung-dengung di kepala saya adalah mengapa cerpen (hasil) terjemahan seperti ini--juga cerpen Murakami Juni lalu--bisa tayang di Koran Tempo, yang notabene digawangi Nirwan Dewanto. Apakah Nirwan Dewanto tidak membaca terlebih dulu cerpen dalam bahasa aslinya, atau bahasa Inggrisnya? Setahu saya ketika seseorang mengirimkan cerpen hasil terjemahannya, ia harus juga menyertakan cerpen dari mana ia menerjemahkan. Kalau mempertimbangkan hal ini, semestinya cerpen Brecht ini dan Murakami itu tidak lolos. Atau bisa jadi saya yang salah, terlalu keras dan perfeksionis dan terkesan tidak menghargai kerja keras orang lain dan dukungan yang diberikan sang redaktur terhadap upaya-upaya penerjemahan seperti ini? Mungkin saja. Riva Julianto sendiri, pada keterangan di akhir naskah, mengakui bahwa ia menerjemahkan cerpen ini langsung dari bahasa aslinya (baca: Jerman). Mungkinkah hal ini pula yang menyebabkan cerpen hasil alih bahasanya ini bisa lolos--selain nama Bertolt Brecht tentunya? Silakan tanyakan pada yang tahu.
Posted on: Sun, 25 Aug 2013 04:55:33 +0000
Trending Topics
Recently Viewed Topics
© 2015