Catatan-catatan Reyhan part: 1 #Shimfony Nadia Ristianti Ketika - TopicsExpress



          

Catatan-catatan Reyhan part: 1 #Shimfony Nadia Ristianti Ketika cinta mulai datang, tak ada seorang pun yang mampu menghalangi. Ketika cinta mulai merasuk ke dalam jiwa, tak ada seorangpun yang mampu menepisnya. Ketika cinta mulai tumbuh dalam hati, tak ada seorang pun yang mampu mengingkarinya. Aku orang bodoh. Aku menghalangi cinta yang mulai datang padaku. Aku orang munafik. Aku menepis semua cinta yang mulai aku rasakan. Aku orang tak berguna. Aku mengingkari cinta yang benar-benar telah tumbuh dalam hatiku. Semuanya aku lakukan, agar tak ada seorang pun yang tersakiti. Semuanya aku lakukan, hanya demi seorang gadis. Seorang gadis yang sangat ku cintai. Cinta pertama yang aku rasakan, harus pula aku relakan. Kisah cinta ini berakhir dengan akhir yang tidak aku harapkan. Tapi aku merelakan semuanya. Aku benar-benar merelakan semuanya. Cinta ini tidak akan pernah aku lupakan. Hingga jantung ini berhenti berdetak. Hingga nafas ini berhenti berhembus. Ketika saat itu tiba, aku telah meninggalkannya dengan sebuah kisah cinta baru yang akan berakhir dengan akhir yang dia harapkan. *** 14 Februari 2012… Hari itu aku melihatnya di cafe di dekat kampusku. Rupanya, dia adalah mahasiswi baru di kampusku. Wajahnya yang manis mampu merebut semua perhatianku. Aku terus memandangi gadis manis ini. Sesekali ia menyibakkan rambutnya, ketika angin membuat rambutnya berkibar dan menghalangi pandangan matanya. Sesekali pula, ia tertawa ketika temannya bercerita tentang hal-hal konyol yang membuat ia kegelian. Lesung pipi yang ada di pipi kirinya membuat dia terlihat semakin sempurna di mataku. Setelah beberapa menit memandanginya, ia tiba-tiba juga memandangku. Saat itu adalah saat pertama mata kami berdua bertemu. Ia tersenyum kepadaku. Aku pun membalas senyumannya dengan pura-pura menenggak segelas jus jeruk di hadapanku. “Rayna, mahasiswi sastra baru.” Ujar Reno, kawanku memulai pembicaraan pagi itu. “Aku kan tidak Tanya.” Ujarku menggoda. “Tapi kau memandanginya terus. Huuuu! Bilang saja kalau kau mau berkenalan dengannya.” “Ah, kau ini!” “Hahahah.. jadi, begini ya, kalau kau jatuh cinta? Hahha… sudah, kau tunggu disini ya.” Reno bangkit dari kursinya. “Eh, kau mau kemana?” “Heh, Rey, asal kau tau ya, dia itu teman SMA ku. Jadi kau tak usah khawatir. Oke?” “H-ha? Teman SMA mu?” “Ah, kau cerewet sekali. Sudahlah, kau tunggu disini.” Reno melangkah ke arah meja gadis itu. Lalu, dengan gayanya yang sok-sok akrab, Reno berhasil membuat gadis itu mau mengikutinya. Mereka berdua pun berjalan ke arah mejaku. Saat itu entah kenapa, jantungku berdetak sangat cepat. keringat mulai bercucuran. Aku seperti orang ling-lung. Tak tau harus berbuat apa. Yang bisa aku lakukan hanyalah memakai senjata yang sama. Pura-pura menenggak jus jeruk di hadapanku. “Rey, ini Rayna. Teman SMA ku. Rayna, ini Reyhan, teman sekelasku.” Ujar Reno yang sudah mirip dengan panitia biro jodoh. “Hay, aku Rayna.” Ujar gadis itu sambil menjulurkan tangannya. Saat itu aku ingat sekali. Ia memakai Cincin berbentuk bunga di jari manisnya. Membuat tangannya yang lembut terlihat lebih indah di mataku. “Reyhan.” Ujarku singkat sambil menjabat tangannya. Gadis itu tersenyum lembut. Lalu menarik kursi dan duduk di atasnya. “Jadi, kalian mengambil jurusan apa?” Ujar Rayna. Aku dan Reno hanya diam tak menjawab. “Kok kalian diam saja?” Ujar Rayna. “Emm… yang kau Tanya siapa, Ray? Aku atau Reyhan?” Ujar Reno. Rayna tertawa renyah. “Hahaha… aku bertanya pada kalian berdua!” “Kami di jurusan hukum, Ray.” Ujarku. “Oohh…” “Kau dan Reno, sudah kenal lama?” Ujarku lagi. “Iya, dia teman SMA ku.” “Sudah ku bilang kan, Rey.” Ujar Reno. Aku memelototi Reno yang bodohnya setengah mati karena tidak bisa membedakan mana obrolan basa-basi dan obrolan tidak basa-basi. Reno hanya menjulurkan lidah dan garuk – garuk kepala. *** 10 Juli 2012… Setelah 5 bulan mengenal Rayna, baru kali ini aku berani mengajaknya berkencan. Malam ini aku mengajaknya makan malam di restaurant favoritku. Reno pun ikut andil dalam rencana malam ini. Dia mengajakku ke salon langganannya untuk membenahi rambutku yang acak-acakan. Reno juga memilihkan jas yang cocok untukku. Malam itu, aku akui. Peran Reno sangat membantu. Singkat cerita, aku dan Rayna makan malam di restaurant itu. Rayna terlihat sangat menyukai tempat yang aku pilih. Ia melahap makanan di hadapannya sambil terus memandangi tempat sekitarnya. “Ada apa, Ray?” ujarku. “Tempatnya indah.” Ujar Rayna sambil terus tersenyum. “Kau suka?” “Tentu saja.” “Syukurlah kalau kau suka tempatnya.” Ujarku sambil melahap makananku. Tiba-tiba hal yang paling tak aku suka kembali menderaku. Rasa sakit di kepalaku yang terkadang tak bisa ku tahan. Aku berusaha untuk tidak menunjukkan rasa sakit ku di depan Rayna. Namun bagaimanapun aku berusaha menyembunyikannya, Rayna tetap tau aku sedang kesakitan. “Reyhan, kau kenapa? Wajahmu pucat sekali. Kau tak apa kan?” “Aku.. aku tidak apa-apa. Kau tenang saja. Aku hanya sedikit pusing. Tenang saja ya.” “Kau yakin? Kalau kau tak sehat kita bisa pulang sekarang.” Aku diam sejenak. Mana tega aku merusak malam yang benar-benar membuatnya bahagia ini. Aku tidak bisa merusak semua kebahagiaannya. Aku tidak tega. Aku memutuskan untuk tetap disana bersamanya. “Tidak usah. Aku tidak apa-apa. Benar. Aku tidak apa-apa.” “Ya sudah.” Ujar Rayna. Rayna kembali melahap makanannya sambil menunjukkan mimik wajah yang khawatir. *** 12 Juli 2012… Disini letak awal kehancuran hidupku. Aku berjalan di lorong rumah sakit dengan langkah berat. Aku merasa hidupku tak berguna. Aku tak berguna. Sekarang tak ada lagi yang bisa aku lakukan. Semua vonis dokter tadi telah merubah semua kehidupanku. Aku terkena kanker otak stadium lanjut. Harapan hidupku sangat tipis. Atau mungkin, tak ada sama sekali. Aku sangat marah pada tuhan. Aku marah pada diriku sendiri. Semenjak itu, hidupku sama sekali tak ada artinya lagi. Bersambung part 2 Coment yg banyak ya.?
Posted on: Mon, 02 Sep 2013 08:07:02 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015