Cytomegalovirus (CMV) Penyakit yang disebabkan oleh - TopicsExpress



          

Cytomegalovirus (CMV) Penyakit yang disebabkan oleh Cytomegalovirus dapat terjadi secara kongenital saat bayi atau infeksi pada usia anak. Kadang-kadang, CMV juga dapat menyebabkan infeksi primer pada dewasa, tetapi sebagian besar infeksi pada usia dewasa disebabkan reaktivasi virus yang telah didapat sebelumnya. Infeksi kongenital biasanya disebabkan oleh reaktivasi CMV selama kehamilan. Di negara berkembang, jarang terjadi infeksi primer selama kehamilan, karena sebagian besar orang telah terinfeksi dengan virus ini sebelumnya. Bila infeksi primer terjadi pada ibu, maka bayi akan dapat lahir dengan kerusakan otak, ikterus dengan pembesaran hepar dan lien, trombositopenia, serta dapat menyebabkan retardasi mental. Bayi juga dapat terinfeksi selama proses kelahiran karena terdapatnya CMV yang banyak dalam serviks. Penderita dengan infeksi CMV aktif dapat mengekskresikan virus dalam urin, sekret traktus respiratorius, saliva, semen, dan serviks. Virus juga didapatkan pada leukosit dan dapat menular melalui tranfusi Cytomegalovirus yang menyerang manusia adalah satu dari beberapa virus khusus yang menimbulkan penyakit yang sama pada beragam hewan. Semuanya dikaitkan dengan terjadinya pembesaran sel yang terinfeksi virus, sehingga dinamakan cytomegalo. Karakteristik cytomegalovirus adalah sebagai berikut: 1. Cytomegalovirus termasuk famili herpesvirus 2. Diameter virion: 100-200 manomikron 3. Mempunyai selubung (envelop) 4. Bentuk incosahedral nukleokapsid 5. Asam nukleat: DNA A. Pengertian Aviditas anti-CMV IgG merupakan kekuatan ikatan antara anti-CMV IgG dengan Cytomegalovirus. B. Penyebab Penyakit Cytomegalovirus atau disingkat CMV merupakan anggota “keluarga” virus herpes yang biasa disebut herpesviridae. CMV sering disebut sebagai “virus paradoks” karena bila menginfeksi seseorang dapat berakibat fatal, atau dapat juga hanya diam di dalam tubuh penderita seumur hidupnya. Infeksi CMV disebabkan oleh virus Cytomegalo dengan insiden 0,2% sampai 2,2%.. Cytomegalovirus atau disingkat CMV merupakan anggota “keluarga” virus herpes yang biasa disebut herpesviridae. CMV sering disebut sebagai “virus paradoks” karena bila menginfeksi seseorang dapat berakibat fatal, atau dapat juga hanya diam di dalam tubuh penderita seumur hidupnya. Seperti halnya keluarga herpes lainnya, virus CMV dapat tinggal secara laten dalam tubuh dan CMV merupakan salah satu penyebab infeksi yang berbahaya bagi janin bila infeksi terjadi saat ibu sedang hamil. C. Penyebaran Virus CMV ada dalam cairan tubuh pasien CMV dan ditularkan melalui kontak selaput lendir (mulut dan kelamin). Selain itu, penularan CMV bisa melalui transfusi darah, dan pada bayi umumnya tertular pada saat masih dalam kandungan atau dari ASI. D. Gejala klinis Akibat dari terinfeksi CMV dapat ringan namun juga dapat amat berbahaya. Gejala dapat bervariasi mulai dari amat berat hingga gejala minimal, bahkan ada juga yang tanpa gejala. Karena dapat menyerang hampir semua organ, gejalanya sangat bervariasi tergantung dari organ yang diserang. Biasanya CMV menyebabkan demam, penurunan jumlah sel darah putih (leukopenia) dan letih- lesu. Gejalanya dapat ringan hingga berat. Kreatinin dapat meningkat pada pasien cangkok ginjal dengan infeksi CMV. Infeksi pada paru-paru menimbulkan sesak dan batuk. Pada sistem cerna seperti misalnya lambung dan usus, infeksi CMV menyebabkan mual, muntah dan diare. Ensefalitis (otak) CMV dapat menyebakan kejang, nyeri kepal, dan koma. Apabila penderita sedang hamil, CMV bisa menginfeksi janin dan mengakibatkan gangguan pada organ tertentu janin. . Infeksi CMV tidak menyebabkan gejala yang khas, tetapi orang yang terinfeksi CMV akan membentuk antibodi yang spesifik terhadap CMV. Ada 2 jenis antibodi yang dibentuk dan dapat dideteksi di dalam darah penderita yaitu anti-CMV IgM dan anti-CMV IgG. Anti-CMV IgM merupakan antibodi yang pertama kali diproduksi tubuh sebagai respon terhadap infeksi CMV. Anti-CMV IgM muncul dalam waktu 1-2 minggu setelah terpapar virus. Produksi anti-CMV IgM meningkat dalam waktu singkat, kemudian menurun, dan dalam beberapa bulan kadarnya sangat rendah sehingga tidak terdeteksi. Anti-CMV IgG diproduksi tubuh beberapa minggu setelah infeksi dan akan menetap dalam waktu lama bahkan sepanjang hidupnya. Pada saat infeksi aktif, anti-CMV IgG meningkat kemudian stabil pada saat infeksi mereda, dan kadarnya menurun pada saat virus sudah tidak aktif lagi. Anti-CMV IgG dan anti-CMV IgM dapat digunakan secara bersama-sama untuk membantu memastikan infeksi baru atau berulang. Ibu hamil dinyatakan mengalami infeksi CMV primer bila hasil pemeriksaan anti-CMV IgG sebelum hamil negatif dan hasil pemeriksaan anti-CMV IgG pada saat hamil positif. Jika hasil pemeriksaan sebelum hamil tidak diketahui, maka diagnosis infeksi CMV dapat dipastikan dengan hasil pemeriksaan anti-CMV IgM dan anti-CMVIgG saat hamil yang positif. Virus CMV pada wanita hamil dapat berakibat pada janin yang dikandungnya dengan manifestasi berbeda (disebut Fetal CMV Syndrome), misalnya kuning (ikterus), pembesaran hati (hepatomegali) & limpa, kerusakan atau hambatan pembentukan organ tubuh seperti mata/otak, ketulian, gangguan mental, kulit kering, radang paru, kerusakan sel-sel pada SSP, dan sebagainya. Umumnya, bayi lahir prematur dan berat badan lahir rendah, (semuanya termasuk gejala-gejala umum CMV). Dari 10.000 kasus, hanya 5-10 bayi terinfeksi CMV timbul gejala yang sama. Seperti anggota keluarga virus herpes lainnya, CMV dapat aktif kembali bila daya tahan tubuh pengidapnya menurun, pada umumnya tetap tidak memberikan tanda-tanda atau gejala klinis. Menyerang Organ Janin Virus CMV pada wanita hamil dapat berakibat pada janin yang dikandungnya dengan manifestasi berbeda-beda, misalnya kulit berwarna kuning, pembesaran hati dan limpa, kerusakan atau hambatan pembentukan organ tubuh seperti mata, otak, gangguan mental, dan lain-lain tergantung organ janin mana yang diserang. Umumnya janin yang terinfeksi CMV lahir prematur dan berat badan lahir rendah. E. Diagnosa Diagnosis infeksi Cytomegalovirus dilakukan dengan cara kultur virus ini, merupakan metode pilihan. Pemeriksaan serologis yang sering dipakai adalah prinsip Latex Aglutination atau EIA. Dapat juga dengan menggunakan pewarnaan (hematoxylin-eosin, Giemsa) pada benda inklusi di dalam sel epitel sedimen urine yang segar, pemeriksaan histologi dan kultur urine, atau jaringan yang terinfeksi. Selain itu, pemeriksaan dapat juga dengan cara hibridisasi DNA atau dengan teknik PCR. Titer antibodi CMV baru dapat dideteksi empat minggu setelah infeksi primer. Titer antibodi ini akan tetap tinggi sampai beberapa tahun setelah infeksi. Peningkatan titer antibodi sampai empat kali atau titer antibodi yang tetap tinggi, menunjukkan adanya infeksi CMV. Pemeriksaan IgM anti-CMV diperlukan untuk menentukan adanya infeksi yang sedang aktif Simpulan Aviditas anti-CMV IgG merupakan kekuatan ikatan antara anti-CMV IgG dengan Cytomegalovirus. Virus CMV ada dalam cairan tubuh pasien CMV dan ditularkan melalui kontak selaput lendir (mulut dan kelamin). Selain itu, penularan CMV bisa melalui transfusi darah, dan pada bayi umumnya tertular pada saat masih dalam kandungan atau dari ASI. Akibat dari terinfeksi CMV dapat ringan namun juga dapat amat berbahaya. Gejala dapat bervariasi mulai dari amat berat hingga gejala minimal, bahkan ada juga yang tanpa gejala. Pengobatan CMV Secara medis konvensional, pengobatan yang paling sering dipakai untuk infeksi CMV adalah Ganciclovir. Namun, pengobatan secara holistik bisa Anda lakukan penggabungan dari berbagai terapi alami, seperti misalnya jus anggur merah, terapi bawang putih, terapi VCO (Virgin Coconut Oil), dan terapi propolis (antivirus kuat terbuat dari air liur/sarang lebah).
Posted on: Sat, 19 Oct 2013 18:35:58 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015