DUA MAHASIWA KERE dan LOSMEN OWSRAMZ (Serial Horor Komedi) #9 - TopicsExpress



          

DUA MAHASIWA KERE dan LOSMEN OWSRAMZ (Serial Horor Komedi) #9 BUKAN RAHASIA Akhirnya semua sampai ke depan losmen Owsramz. Hanya secara tiba-tiba Mei Chan menghilang, rupanya gadis itu telah mulai siuman dari koma. Iqbal menjawil Didi ketika melihat sepasukan anjing sudah menghadang mereka didepan pintu pagar. Sekarang anjing-anjing kampung itu dipimpin langsung oleh seekor Buldog dan ajudannya seekor Doberman yang gagah berdiri seolah menantang mereka. Jerangkong menghitung jumlahnya memang cukup untuk berpesta tulangnya, saking gemetarnya akhirnya gerahamnya beradu hingga menimbulkan suara, thek...! thek...! tereretektek! thek...! thek...!tereretektek! Ekha tiba-tiba dapat akal, puuusss.... puuussss...., panggilnya. Akhirnya Kiciwis nongol, “miaaaaauuuw”sahutnya manja menggosok-gosok badannya berputar-putar dibawah kaki Jerangkong. Irmha, menepuk tangan Ekha pertanda toss. Didi dan Iqbal hanya mengelus dada pertanda lega. Melihat ada kucing mungil yang manjatak urung pasukan anjing itu menggonggong dan malah ada yang berani maju menyalak. Kiciwis pun maju, miauw? Ngeongnya lembut kepada anjing-anjing yang matanya menyorot keji seolah ingin melakukan tindakan brutal kepada Kiciwis. “Miaaauww?!!”ngeong Kiciwis yang sudah sebesar anak kambing. Anjing-anjing itu mengepungnya dengan ancang-ancang ingin menerkam dan menggigiti badannya. Doberman menyalak garang memamerkan gigi-giginya yang runcing. GUK! Ggrrrrrrrr Guk! Guk! Groarrrrrrrrrr!!! Ancamnya dengan mata berkilat. “Miaurrgggrrrrr?”ngeong Kiciwis mulai tambah membesar, tak senang karena anjing-anjing itu mulai menyerang dan menggigiti badannya. MIAURRRGGGGRRRROOOOAAAAARRRRRRR!!!!!! Bentak Kiciwis dengan mata hijau menyala memamerkan cakar dan taringnya, tubuhnya sudah sebesar kuda! “MIAAAURRRRGRRR??!!”tantangnya melotot kepada Doberman yang sudah berada tepat satu jengkal didepan hidungnya, Buldog sendiri sudah mengkeret mepet ke pagar. Doberman menguik-nguik melirik Buldog yang menggeleng jeri. Pasukan itu mundur teratur melengkung ekor kebawa perut tanda ketakutan. Kiciwis maju mengayun cakarnya kesana kemari, pasukan anjing porang poranda terpelanting hingga lari terkaing-kaing. Rasain lu! “Puusss....”panggilan lembut dari suara yang serak-serak parau, ternyata nenek melambai-lambaikan ikan asin ditangannya. Rupanya ia sudah sampai lebih dulu dari yang lain. Mendadak Kiciwis mengejar dan perlahan mengecil tubuhnya menjadi normal. Hap!! Sekali lempar, ikan asin tersebut dibawa lari keatas pohon mangga disamping hotel. **** Dari kejauhan Kunti, Sundel Bolong dan Pocong masuk pekarangan losmen, mereka melihat pocong yang tertunduk sedih sedangkan dua hantu cewek itu tak menggubrisnya sama sekali. Pocong lebih memilih duduk mojok dipinggir pagar. Kedua hantu cewek itu melayang terbang nangkring diatas dahan pohon mangga. Ekha sebentar-sebentar melihat keatas dahan pohon, seperti mengingat-ingat sesuatu, tapi tak bisa. Irma sendiri merasa seperti mendengar ada suara aneh diatas loteng, dikamar samping kamarnya. Itu kamar ibu, tapi ia merasa ada ketakutan yang sangat besar. Suara itu semakin lama semakin jelas terdengar. Grrataaak...graaaattttaaaaak grrrattttaaaaaakk!!! Seolah ada getaran yang kuat bergerak didalam kamar itu. Ada benda berat yang bergerak sendiri, DUG!!! DUG!! BRAAKK!!! BRUGGG!!! Semua kaget dan menengadah semua mata mengarah keatas loteng. Hmmm,sepertinya sudah waktunya, pikir nenek. “Di...! kayaknya ada maling deh!”seru Iqbal. Irmha memeluk Ekha ketakutan. Nenek hanya terdiam berdiri maju melangkah ke tangga, “Jangan, Nek!! Biar kami saja yang naik keatas. Ya kan Di?”cegah Iqbal. Didi mengangguk setuju. Mereka mengendap-endap naik keatas. “Aku ikut!”Seru Pocong, sigap melompat. Didi tiba-tiba balik lagi kearah depan, Pocong dan Iqbal kaget. “Di, kemana lu?”seru Iqbal keheranan. “Ngambil kunci dudul, mana ada maling berani masuk losmen yang angker gini. Pasti ada setan lain diatas!”jawabnya bergegas datang membawa serenceng kunci. Mereka mencari arah suara, ternyata dikamar yang selalu dilarang pak Ambar untuk membukanya. Tiba-tiba lantai semakin bergetar sepertinya ada mahluk yang terkurung dan gelisah ingin bebas! Perlahan Didi membuka kunci. Krieeet!!! Bau apek menyebar, Pocong bersin berkali-kali. Klik! Kamar itu terang, nampak debu tebal dan sarang laba-laba begitu tebal dikamar itu. Tak disangka-sangka sebuah lemari bergerak dan berbunyi berderak-derak seolah ada yang ingin menghancurkannya dari dalam. “Jangaaaaaan!!!”jerit Irmha histeris melihat Didi dan Iqbal yang ingin membuka lemari itu. Keduanya merandek urung membukanya. “Tapi ini ada yang mau keluar dari lemari, kata Iqbal. “Kain itu... kaiin itu... kain ituu..., gumam Irmha menggigil ketakutan, bibirnya sampai gemetar. Didi memapah Irmha yang mulai lemas, ia menuntun Irmha melewati tangga ke bawah. Akhirnya Iqbal bergegas mengunci pintu kamar ditunggui Pocong. Akhirnya, Iqbal turun lebih dulu, disusul oleh Pocong. Ekha terbelalak melihat Pocong yang menuruni tangga, “KAMU!! Iya benar kamu!! Kamu yang bunuh aku kan? Kamu yang mengejar aku waktu itu!!”penuh kemarahan ia melempar semua benda yang ada di dekatnya. “Hoiii sabar! Ada apa ini?”tanya Iqbal menangkap Ekha yang tiba-tiba ngamuk. Pocong berjongkok, tubuhnya gemetaran takut disambit lagi. Jerangkong semakin bingung tak mampu berkata apa-apa. “Aku pamit kerumah sakit, ya”pamit nenek pada Jerangkong, baru saja Jerangkong berpaling. Nenek tersenyum menggendong Kiciwis ditangannya, perlahan nenek lenyap dari pandangan seperti ditiup angin. **** Akhirnya, mereka semua duduk dimeja makan bersama-sama. Irma menceritakan tentang kain putih yang menyambar tubuhnya dari dalam lemari hingga ia panik minta orang untuk melepaskan kain itu. Tapi saat bertemu orang bukannya ditolong semuanya berlari ketakutan. Teriakan dan jeritan orang-orang yang berlarian membuatnya semakin panik mengejar mereka. Sampai ia bersembunyi ketakutan dikamar ibunya dan ditembak oleh teman ayahnya. Ia tak tahu alasan mereka membunuhnya. “Kenapa? Kenapa mereka tega, padahal aku hanya ingin melihat kebaya untuk akad nikah yang tinggal beberapa hari lagi”isak Irmha. Ekha bercerita tentang Pocong yang melompat lompat mengejar semua orang kebetulan ia yang terdekat maka ia terus dikejar lalu ia keluar lewat pintu samping yang tak lain pintu dapur, “Lalu ada tangga....”kata Ekha terputus. ”Lalu kamu lari menabrak tangga, terus tangga itu menimpa kamu. Tak lama ada sebilah parang menancap dibahumu. Kemudian ada dahan lapuk yang jatuh menghantam kepalamu”tambah Iqbal Kemudian ada seorang lelaki jatuh menimpa Ekha yang pingsan, saat mengangkatnya ia menginjak kabel listrik yang putus bersama dahan lapuk yang ia jadikan tempat bergantung karena tangganya jatuh”sambung Didi. “Lalu siapa yang mengejarku?”tanya Ekha. Didi dan Iqbal, menghela nafas menggaruk kepala. Irmha ikut mendesak. “Tapi karena sudah sama-sama dewasa jadi harus menerima apa yang kami ceritakan dari awal dengan kepala dingin. Sebab disini kalian semua sudah menjalin persahabatan sejak lama”kata Didi pelan. Akhirnya mereka menceritakan semuanya kepada dari awal persis seperti cerita nenek dulu. “Jadi mereka melihatku dalam bentuk pocongnya...”desis Irmha. “Berarti kemarin itu kamu mau minta tolong, bukan mau menakut-nakuti.....”lirih Ekha. Semua terdiam. “Terus tukang kebun itu siapa?”tanya Ekha melirik Pocong. “Bukan aku, bukaaaaan....!”bantah Pocong, lalu ia duduk dengan serius. “Dulu, aku mati gara-gara pas air pasang di pasar Flamboyan Bawah, pas kulihat banyak ikan berenang dibawah rumahku, akhirnya aku dapat ide untuk menyetrum ikan pakai kabel yang kucolok ke stop kontak di dinding.”katanya. “Aku menjulurkan kabelnya sambil nongkrong dijendela, memang sudah nasib aku terpeleset jatuh ke air dan kabel itu tersangkut dibadanku...”cerita Pocong mulai berkaca-kaca. “Padahal....usiaku baru lima belas tahun...huhuhuhuuu, pacaran aja belom pernah...whuaaaaaa...”tangisnya pun pecah. Kunti yang tadinya dongkol akhirnya jadi iba, memeluk Pocong bertangis-tangisan. “Lu kemaren gua cuma mengusap-usap dada lu yang sakit digampar, sekarang lu malah meluk-meluk, naroh muka gua didada lu?”protes Pocong. “Iyaaa maaf...!!”kata Kunti, “Gua emosi aja kemaren, ternyata lu masih bau kencur, brondong! Hohoho”goda Kunti. “Masih untung dada Kunti, coba dada Wewe Gombel, saking panjangnya bisa disampirkan buat selendang, akakakakakakak”seloroh Sundel Bolong. “Ehmm!!”terdengar deheman dari kejauhan. “Aduuh ampuuun, maaf tante Wewe, becaandaaa lagi”kata Sundel Bolong terbungkuk-bungkuk. Tiba-tiba Didi dan Iqbal merasa ada yang memanggil mereka, tubuh keduanya kemudian raib dari tempat duduk. **** Ternyata si PuTtu Fatimah Az-ZahRa, kakak Ibal yang nomor dua rupanya sedang menangis-nangis diruang perawatan Iqbal dan Didi, rupanya dia baru sampai lantaran dibawa suaminya pulkam ke mertua di Banjarmasin dan kaget melihat adik bungsunya terbaring koma dirumah sakit. Jeritannya lumayan keras. Tangannya memukul-mukul tiang ranjang Iqbal dan membentur-benturkan pungungnya ditiang sandaran ranjang Didi, membuat keduanya siuman. Orangtua mereka ikut menjerit-jerit kegirangan. Dokter dan perawat berdatangan ke kamar itu,sebenarnya mereka ingin menegur kakak Iqbal. Tapi ternyata PuTtu Fatimah Az-ZahRa, kakak Iqbal itu sudah pulas mendengkur dilantai lantaran kecapekan menangis. Ia sempat melihat adiknya sadar, setelah lega kantukpun datang. Ngroooook zzzzzz.....! Iqbal dan Didi yang masih terbaring lemah melihat bayangan nenek melambai dibalik jendela seolah sedang menggendong sesuatu. “Sebaiknya kalian berdua istirahat agar cepat sembuh”kata dokter. Kemudian ia berpaling, menatap ibu dan bapak Iqbal. “Ini sudah menjelang jam dua dini hari, kalau bisa anak bapak ibu jangan sampai membuat keonaran lagi!”tegurnya menatap perempuan yang tidur nyenyak dilantai. “Kalau memang harus, mungkin bisa gunakan ini”kata dokter itu menyodorkan satu rol lakban hitam. **** Saat itu hantu-hantu kembali ke stadion pertandingan, “Pas gak jadwalnya, jangan-jangan kita telat lagi”, keluh Jerangkong berjalan tergesa-gesa. Ketiga hantu mengikutinya dibelakang. Pocong melompat-lompat sambil bersiul-siul. Hatinya gembira sebab Kunti tak marah lagi kepadanya. Kunti tersenyum senang melayang terbang bergandengan dengan Sundel Bolong. Dasternya yang sobek terpaksa ditambal sementara. Karena tukang jahitnya tutup ikut nonton pertandingan. Kunti dan Sundel Bolong menemukan karung sobekan karung dan ternyata pas untuk tambalan daster tersebut nya Memang sangat mencolok sekali tambalan serabutan yang dijahit Sundel Bolong, karena dia memang tidak pandai menjahit semasa hidupnya. Begitu mau mendekat Genderuwo segera balik badan melihat tambalan daster Kunti yang bertuliskan "Berat bersih 25 Kg, HATI-HATI BERACUN". Pocong duduk dipojok remang-remang, sebab ia ingin mengintip orang pacaran, ternyata disitu ada hantu Mondal yaitu hantu bujangan dari Korea Selatan yang tengah berpacaran dengan hantu Cheonyeo Gwisin atau hantu perawan. Hantu Mongdal nampak sedih sebab pasangannya itu selalu melirik Vampir yang duduk ngobrol dengan hantu Korea Selatan lainnya yang bernama Gumiho yang dikenal dengan julukan Rubah Ekor Sembilan. Ia menjadi cemburu. “Aku memang memiliki apa-apa jika dibandingkan teman akrabku si Vampir, tapi aku punya cinta yang tulus untukmu, Cheonyeo sayang....”rajuknya setengah merayu. Hantu Cheonyeo Gwisin menatap hantu Mondal dengan mata yang berkaca-kaca, dipeluknya hantu Mongdal dengan mesra sambil berbisik. “Sayangku Mongdal, Kalau kamu benar-benar mencintaiku, buktikan sekarang!”tantangnya “Cheonyeo sayang, sebagai bukti cintaku padamu, akan kupenuhi semua permintaanmu, SEMUANYA!”jawab hantu Mondal dengan gagah. “Benarkah? Kalau begitu, kenalkan aku dengan si Vampir yang tajir itu”sorak hantu Cheonyeo Gwisin, berbinar-binar. “Haaaahhhhh....”keluh hantu Mondal, langsung lemes. Pocong mendengus, dasar hantu matre! Ia berpindah tempat ke pojok lain. Untuk mereka datang lebih awal. Setelah itu ia melihat ada lagi yang pacaran. Pocong langsung semangat untuk ngintip paling gak nguping. Ternyata hantu Jeruk Purut lagi mojok sama hantu Bloody Marie! Sepasang kekasih hantu itu sedang bermesraan dilorong gelap. “Hunny, bibirku kena sariawan .. jadi agak susah ngomong..” “Sini biar my luv kucium.. pasti sembuh…" Hantu Jeruk Purut mendekat kemudian mencium bibir pacarnya, "Gimana? Udah baikan my luv??”tanya Hantu Jeruk Purut. Pocong melotot, mulutnya ternganga ilernya meleleh menetes membasahi kain kafannya melihat adegan tersebut. “Tapi hunny leher juga sakit niiiih…”manja Bloody Marie, Hantu Jeruk Purut mendekat kemudian mencium leher pacarnya, "Gimana? Udah baikan my darling??”tanya Hantu Jeruk Purut. Pocong mendelik, hidungnya sampai mimisan melihat adegan tersebut. “Wah! koq begini siiih, kenapa sakitnya pindah ke dadaku ya???”desah Bloody Marie mengusap-usap belahan dadanya. Hantu Jeruk Purut mendekat dan berkata, “Oh Darling!!! sini ku ciu.....”. Omongannya terputus mendengar tawa melengking dari dalam lorong. Keduanya kaget bukan main. Tiba-tiba Mak Lampir yang memegang tongkat saktinya muncul ditengah mereka berdua, “Ihihihihihihi! Heiii hantu Jeruk Purut tolong sembuhin penyakit ambeienku sekarang juga ya…. sepertinya bibirmu sakti sekali, ihihihihihi…..”pujinya sambil menyorongkan bokongnya sambil digoyang-goyang ke wajah hantu Jeruk Purut. Pocong yang mengintip akhirnya pingsan kelonjotan(bersambung) By admin : Ersa Anindra
Posted on: Tue, 25 Jun 2013 10:01:37 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015