Dalam istilah Jawa ada yang disebut dengan ngece atau ngenyek alias meledek. Saran Anas Urbaningrum (AU) agar Ibas dijadikan jubir SBY, bagi saya, adalah termasuk kategori ngece, dan bukan sebuah saran yg sejati. Alasan saya adlah: 1) Semua orang tahu bhw Ibas (terlepas bhw ia adlh Sekjen PD) bukanlah orang yg dikenal suka bicara di publik. Mungkin saja Ibas paham seluk beluk partainya, tetapi komunikasi publik bukan keahliannya; 2) Semua orang tahu bahwa kurang elok di mata publik jika Pak SBY menunjuk putranya sendiri sebagai jubir. Ini sama saja dengan memerkuat citra PD sebagai partai keluarga; 3) Bukankah masih banyak di antara elit PD yg jauh lebih senior ketimbang Ibas baik usia maupun pengalaman sehingga lebih pas utk menjadi jubir Pak SBY?. Orang seperti Max Sopacua, misalnya, akan lebih elegan karena pengalamannya di dunia public relations. Walhasil, ledekan AU merupakan bagian dari taktik perang psikologis yg dilancarkan thd mantan bossnya. Manuver model ngece seperti ini, dlm kultur Jawa, dimaksudkan untuk merendahkan martabat lawan. Taktik ini bisa efektif jika sang lawan terpancing dan emosi. Namun ia juga bisa menjadi blunder bagi AU, jika sang target mendiamkannya. Justru publik akan menilai negatif thd AU karena selain menampilkan sikap kurang menghormat dan meremehkan, ia juga bertentangan dengan pencitraan diri AU selama ini sebagai orang yang cool, ramah, rendah hati. Bukan orang yang suka ngece.
Posted on: Sun, 10 Nov 2013 13:38:05 +0000