Demikianlah terjadi dari tahun ke tahun; setiap kali Hana pergi ke rumah TUHAN, Penina menyakiti hati Hana, sehingga ia menangis dan tidak mau makan. (1 Samuel 1:7) Kecelakaan mobil yang terjadi pada saat usianya 36 tahun mengubah hidup Alfred Davis. Warga kota Brussels, Belgia, ini mengalami cacat permanen pada pinggulnya. Teman-temannya meledeknya sebagai Monsieur Pengeuin alias Pak Penguin karena caranya berjalan jadi mirip dengan burung itu. Julukan ini tentu membuat merah telinga Davis, namun teman-temannya tak peduli. Daripada tersinggung dan marah, Davis memutuskan untuk mempelajari seluk-beluk penguin. Rumahnya lambat laun berubah menjadi museum dengan ribuan pernak-pernik penguin, dan setiap pengunjung mesti membayar tiket masuk. Hampir seperti itu juga keadaan Hana, istri Elkana, yang terluka oleh perlakuan Penina, madunya. Penina mencemooh Hana yang tidak memiliki anak. Setiap tahun ketika keluarga ini menyembah Tuhan di Silo, Penina tak henti-hentinya mengucapkan kata-kata yang menusuk hati Hana. Hana menjadi sedih, menangis, dan bahkan tak mau makan. Walaupun Elkana memberikan penghiburan kepada istrinya ini, tetap saja Hana merasa sangat pedih. Kepedihan ini mendorongnya mencurahkan isi hati dan berdoa terus-menerus di hadapan Tuhan. Tuhan pun mendengarkan doanya. Hana mengandung dan melahirkan Samuel. Kita mungkin tidak dapat mengubah perilaku orang lain atau peristiwa yang terjadi, namun kita bebas memilih sikap kita dalam menghadapinya. Pilihan cara bersikap inilah yang dapat membawa kita untuk mengalami hal yang terbaik di tengah peristiwa yang buruk sekalipun. Pilihlah sikap terbaik!—WP KEBEBASAN TERAKHIR MANUSIA ADALAH KEMAMPUAN UNTUK MEMILIH SIKAPNYA DALAM SEGALA SITUASI KEHIDUPAN—Viktor E. Frankl -
Posted on: Mon, 22 Jul 2013 15:42:36 +0000