Dendam Politik Raja Saudi terhadap Mursi oleh : Farid Nyak Umar - TopicsExpress



          

Dendam Politik Raja Saudi terhadap Mursi oleh : Farid Nyak Umar (Kompasiana) Raja Abdullah sebagai Penguasa Arab Saudi atau kita sebut ‘Pak Lah’ bersama trio ‘kwek-kwek’ nya Raja Uni Emirat Arab (UEA), Raja Bahrain dan Emir Kuwait plus Penguasa Jordania serta diamini oleh Presien Irak, mati-matian berdiri di belakang Rezim Kudeta Mesir yang dikomandoi oleh Jenderal As-Sisi. Anehnya, di saat berbagai pemimpin dunia mengutuk tragedi pembantaian paling sadis di abad modern ini, Pak Lah cs justru berada di garda depan dalam melawan arus publik dunia dan tak bergeming dalam menyuarakan dukungannya kepada penguasa illegal, Abdel Fattah As-Sisi. Bahkan hanya dalam hitungan jam pasca terjadinya kudeta terhadap penguasa sah Mesir, Presiden Muhammad Mursi, Pak Lah dan sohibnya di kawasan emirat justru berada di garda terdepan memberikan ucapan selamat kepada Fir’aun Modern As-Sisi. Sementara AS sendiri masih ‘malu-malu kucing’ menyebut peristiwa tersebut sebagai kudeta. Lho, lalu apa hubungannya antara Pak Lah cs dengan tragedi kemanusiaan yang terjadi di Mesir? Jika kita membuka lembaran klipping media, tentunya sikap yang ditunjukkan oleh para penguasa kerajaan kawasan Arab tersebut bukanlah sesuatu yang tiba-tiba. Sejatinya, Pak Lah cs sangat terusik dengan apa yang terjadi di Mesir. Sebab fenomena Arab Spring yang terjadi di Semenanjung Arabia telah mengantarkan para aktifis Partai Islam sebagai pemimpin baru menggantikan rezim penguasa yang otoriter, seperti di Tunisia, Libya, Maroko dan terakhir Mesir. Apalagi lagi keberhasilan Mursi yang kader tulen Ikhwan menjadi orang nomor satu di Negeri Piramid, dipandang akan sangat mengancam kestabilan eksistensi dinasti keluarga kerajaan yang sudah berlangsung ratusan tahun. Dan memang selama inipun Pak Lah cs telah menjadikan Ikhwanul Muslimun sebagai seteru abadinya. Di samping itu, Presiden Muhammad Mursi dianggap telah mengusik kepentingan AS dan Zionis Israel di kawasan Timur Tengah. Eksistensi Israel selaku sekutu abadi AS sangat terancam dengan kepemimpinan kader Ikhwan tersebut. Makanya AS berusaha menggandeng sekutunya di kawasan Teluk, agar Israel terlindung dari bahaya Arab Spring yang terjadi di Mesir. Di balik itu juga adanya benang merah kepentingan antara AS dan Negara-negara Arab untuk menjaga kepentingan strategis mereka di Terusan Suez. Belum lagi, sikap tegas Mursi yang secara lantang mendukung perjuangan Rakyat Palestina dan memutuskan hubungan diplomatic dengan Rezim Bashar Al-Assad di Suriah, telah membuat murka AS dan Israel. Belum lagi selama setahun menakhodai Mesir, Mursi benar-benar memberikan kebebasan menyatakan pendapat kepada siapa saja, tak terkecuali kepada para pengkritiknya sekalipun. Tak ada penangkapan terhadap ‘musuh’ politik Presiden Mursi yang berasal dari kalangan sekuler, liberal, sosialis, koptik, dan muslim ambigu, meski mereka sepanjang tahun mengganggu jalannya pemerintahan Mursi. Begitu juga tak satupun media yang dibredel, meski media tersebut memutarbalikkan fakta dan mendiskreditkan Presiden Mursi. Kebebasan inilah yang paling ditakutkan oleh para Raja Arab sekutu AS tersebut. Mereka meyakini bahwa kesuksesan Mursi memimpin Mesir akan membangkitkan semangat keislaman dan meningkatkan izzah Bangsa Arab, sehingga akan berdampak pada terganggunya kestabilan politik di Negara Pak Lah cs yang menganut sistem monarkhi (kerajaan) yang cenderung otoriter. Mereka sangat khawatir jika ada rakyatnya mengatakan, “Saksikan, apa yang terjadi, mereka sukses menggulingkan diktator. Mengapa tidak terjadi di negeri kita?”. Karenanya Pak Lah cs perlu memastikan bahwa suhu politik di negaranya tetap bersih dari pengaruh orang-orang yang dibeli label ‘teroris’ tersebut, agar para raja dan Putra Mahkota kerajaan melenggang mulus menuju ke singgasana kerajaan dan tetap menikmati kehidupan mewah dan gelimangan harta melimpah ruah yang sudah turun temurun. Makanya tak mengejutkan jika Pak Lah cs dengan arahan ‘sang sutradara’ AS, Zionis Israel plus persetujuan Eropa, sejak awal sudah men-support habis-habisan Jenderal As-Sisi agar tak gentar melakukan kudeta terhadap Presiden Mursi. Pak Lah dan kompariotnya pun tak segan menggelontorkan dana segar hingga 16 milyar dollar US demi suksesnya ‘hajatan’ besar tersebut. Sebab para juragan di negara petro dollar tersebut sangat khawatir, jika kader Ikhwanul Muslimin tersebut diberikan keleluasaan ruang gerak dalam memimpin negara, cepat atau lambat suhu politik seperti di Mesir akan menjalar ke negeri mereka, yang ujung-ujungnya akan mengancam tampuk kekuasaan keluarga kerajaan Pak Lah cs. Lalu mengapa Pak Lah cs tetap ngotot mendukung Fir’aun As-Sisi dan ‘boneka’ piaraannya seperti Presiden ‘ilegal’ Adly Mansour, PM el-Eblawi dan Mendagri Mohammed Ibrahim, di saat Rezim Kudeta dalam kondisi terdesak akibat kutukan dari berbagai penjuru dunia? Sementara AS selaku sang ‘sutradara’ yang telah mensubsidi $1,3 miliar untuk militer Mesir, justru mulai ‘cuci tangan’ dan mengkritik keras pembantaian di Rab’ah Adawiyah, bahkan membatalkan latihan bersama dengan militer Mesir. Karena bagi Pak Lah cs, pembantaian demontran Pro Mursi secara brutal yang dipertontonkan oleh tentara, polisi dan preman bayaran As-Sisi, merupakan konsekuensi logis yang harus diterima oleh para ‘teroris’ yang hanya bersenjatakan Al-Qur’an dan melewati malam-malamnya dengan shalat malam berjama’ah di Rab’ah Adawiyah dan Nahdhah . Pak Lah cs merasa bertanggung jawab untuk memotivasi As-Sisi agar tetap bersemangat menghabisi rakyatnya setelah pembantaian di Rab’ah dan Nahdhah pada 14 Agustus 2013 yang telah menewaskan 6000-an orang yang melukai hampir 15.000 pendukung Mursi. Dan ternyata ‘obat kuat’ yang diberikan oleh Pak Lah cs benar-benar mujarab, buktinya pada pada tanggal 16 Agustus 2013 atau disebut ‘Jum’at Kemarahan’, As–Sisi kembali mempertontonkan kebiadabannya dengan ‘meminum darah’ Rakyat Mesir hingga menelan korban 173 orang. Sebagai penyokong dan donator utama tentu Pak Lah cs memiliki beban moril untuk memastikan bahwa Proyek Kudeta yang sudah disepakati jauh-jauh hari bersama As-Sisi dengan settingan AS, Israel plus Eropa tetap berjalan ‘on the track’. Bahkan Raja Saudi telah menyiapkan dana susulan hingga 5 miliar dollar US, jika AS dan negara Eropa menarik subsidi bagi Rezim as-Sisi. Bagi Pak Lah cs selaku penguasa dan juragan di Kawasan Arab, keberhasilan memusnahkan perjuangan Rakyat Mesir yang dimotori oleh Ikhwanul Muslimun akan lebih memudahkan langkah-langkah mereka untuk menjaga suhu politik di negeri mereka tetap stabil dan terkendali dari ancaman ‘teroris’ dan ‘pengacau’. Terbukti bahwa dendam politik yang menggerogoti Raja-raja Arab telah membutakan mata hati, menulikan telinga, dan membungkam mulut mereka saat menyaksikan atraksi pembunuhan dan pembantaian paling biadab di abad 21 ini. Syahwat melanggengkan kekuasaan keluarga kerajaan, benar-benar telah memusnahkan empati Pak Lah cs. Tak sedikitpun nurani mereka sebagai manusia tesentuh di saat menyaksikan bayi-bayi ditembak tepat di dada dan kepalanya, para wanita yang memegang mushaf Al-Qur’an diberondong secara membabibuta, puluhan pria digilas buldoser hingga otaknya muncrat kemana-mana, ratusan tubuh dibakar dan dimusnahkan barang buktinya, serta ribuan rakyat tak bersenjata meregang nyawa karena dieksekusi secara sadis oleh tentara, polisi dan preman bayaran Fir’aun As-Sisi. Sungguh hanya jiwa-jiwa yang keras hatinya dan telah terkikis nurani kemanusiaannya yang tega membiarkan pembunuhan dan pembantaian terhadap mereka yang tak bersenjata dan menyampaikan tuntutan secara damai. Padahal setiap kita bisa melakukan perlawanan meski berada jauh dari negeri Mesir. Paling minimal dengan menyelipkan seuntai do’a dan membukakan rasa empati dalam hati kita. Seperti kata Perdana Mentri Turki, Recep Tayyib Erdogan, “Anda tak perlu menjadi Rakyat Mesir untuk bersimpati, tapi Anda cukup menjadi manusia”.
Posted on: Wed, 21 Aug 2013 10:30:49 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015