Derajat Hadits Puasa Syawal, Shohihkah? TEKS DAN TAKHRIJ - TopicsExpress



          

Derajat Hadits Puasa Syawal, Shohihkah? TEKS DAN TAKHRIJ HADITS 1. Hadits Abu Ayyub al-Anshori عَنْ أبِي أَيُّوْبَ اْلأَنْصَارِيِّ – رضي الله عنه – أَنَّ رَسُوْلُ اللهِ – صلى الله عليه و سلّم- قَالَ: مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَ أَْتبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَهْرِ “Dari Abu Ayyub al-Anshari – radhiyallahu ‘anhu – bahwasanya Rasulullah – shallallahu ‘alahi wa sallam – bersabda, “Barangsiapa berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari bulan Syawwal, maka dia seperti berpuasa satu tahun penuh.” Diriwayatkan Imam Muslim dalam Shahihnya 1164, Ahmad dalam Musnadnya 5/417, 419, Tirmidzi 759,Abu Dawud 2433, Nasai dalam Sunan Kubro 2862-2864, Ibnu Majah 1716, ad-Darimi 1761, Ibnu Abi Syaibahdalam al-Mushannaf 9723, Abdur Rozzaq dalam al-Mushonnaf 7918-7921, Abu Dawud ath-Thoyyalisi dalam Musnadnya 948, ath-Thobarani dalam Mu’jamul Kabir 4/134-137, Ibnu Khuzaimah 2114, Ibnu Hibban 3626, Abdu bin Humaid dalam al-Muntakhob 228, Abu Awanah 2696-2700, al-Baihaqi dalam Sunan Kubro 4/292 dan lain sebagainya dari beberapa jalan yang cukup banyak sekali dari Sa’d bin Sa’id dari Umar bin Tsabit al-Anshari dari Abu Ayyub – radhiyallahu ‘anhu – dari Rasulullah – shallallahu ‘alahi wa sallam -. Imam Tirmidzi berkata: “Hadits hasan shahih.” Lalu lanjutnya: “Sebagian ahli ilmu membicarakan Sa’d bin Sa’id al-Anshori dari segi hafalannya.” Tetapi, Sa’d bin Sa’id tidaklah sendirian dalam meriwayatkan hadits ini. SANAD HADITS Sebagian kalangan mengkritik hadits ini, karena dalam sanad hadits Abu Ayyub terdapat seorang rawi bernama Sa’ad bin Sa’id al-Anshori, dan dia dilemahkan oleh sebagian ulama seperti Imam Ahmad bin Hanbal dan Nasa’i. Ada beberapa point untuk menjawab kritikan ini: Pertama: Tidak semua ‘illah (kecacatan) itu melemahkan hadits. Dalam disiplin ilmu hadits bahwa ‘illah (kecacatan) itu terbagi menjadi dua macam: 1). Kecacatan yang menjadikan lemahnya suatu hadits; 2). Kecacatan yang tidak menjadikan lemahnya hadits. Jadi, tidak semua kecacatan itu menjadikan lemahnya suatu hadits. Menariknya, Syaikh Muhammad al-Utsaimin dalam kitabnya “Mushtolah Hadits” hal. 20 menjadikan hadits pembahasan ini sebagai contoh hadits yang kecacatannya tidak menjadikan lemahnya hadits . Kedua: Mayoritas Ulama Menilainya Positif Benar, Sa’ad bin Sa’id dilemahkan oleh Imam Ahmad bin Hanbal dan Nasai. Namun, bagi orang yang meneliti kitab-kitab rijal hadits, niscaya akan mendapati bahwa mayoritas ulama telah menilai positif kepada Sa’ad bin Sa’id al-Anshori, diantaranya adalah Yahya bin Ma’in, Ibnu Abi Hatim, al-’Ijli, Ibnu Sa’ad, Ibnu Syahin, ad-Daraquthni, Muslim dan lain sebagainya. Ketiga: Imam Muslim Berhujjah Dengannya. Telah dimaklumi bersama bagi kita kedudukan Imam Muslim dan kitab Shohihnya. Maka melemahkan hadits yang beliau riwayatkan di dalamnya atau perawi yang dijadikan hujjah olehnya bukanlah suatu hal yang ringan. Al-Hafizh Ibnu Qayyim berkata tentang metode Imam Muslim: “Tidaklah salah Imam Muslim tatkala mengeluarkan haditsnya (Harits bin Ubaid), karena beliau memilah hadits-hadits orang sepertinya yang beliau ketahui bahwa perawi tersebut menghafalnya, sebagaimana beliau tidak mencantumkan hadits perawi terpercaya karena beliau mengatahui bahwa rawi tersebut keliru. Metode Muslim ini adalah metode para ahli hadits”. Keempat: Dia Tidak Sendirian dan Haditsnya Memiliki syawahid (penguat). Dia dikuatkan oleh para perawi lainnya juga, seperti Shafwan bin Sulaim, Zaid bin Aslam, Yahya bin Sa’id al-Anshari, Abdu Rabbihi bin Sa’id al-Anshari, dll. As-Subki berkata: “Syaikh kami Abu Muhammad ad-Dimyati telah mencurahkan tenaganya mengumpulkan jalan-jalan riwayat hadits ini. Akhirnya beliau mendapatkan sebanyak dua puluh lebih orang telah meriwayatkan dari Sa’d bin Sa’id. Dan riwayat Sa’d bin Sa’id ini dikuatkan oleh saudaranya Yahya bin Sa’id, Abdu Rabbihi, Shafwan bin Sulaim, dan sebagainya. Hadits ini juga mempunyai syawahid (penguat-penguat) yang diriwayatkan dari beberapa sahabat seperti Tsauban, Abu Hurairah, Jabir bin Abdullah, Ibnu Abbas, Barra’ bin Azib, dan Aisyah radhiyallahu ‘anhum …. “. Kelima: Para ulama membela dan menshohihkan hadits. Hadits ini adalah shahih dengan tidak ada keraguan di dalamnya. Hal ini telah ditegaskan oleh para ulama ahli hadits, mereka menegaskan keshahihannya, membantah orang yang melemahkannya, bahkan ada yang menulis kitab-kitab khusus tentangnya, di antaranya: 1. Imam Muslim dalam Shohihnya 2. Imam Tirmidzi berkata:“Hadits Hasan shohih”. 3. Imam Nawawi berkata: “Sanadnya shohih”. 4. Al-Hafizh ad-Dimyati mengumpulkan jalur-jalur hadits ini. 5. Al-Hafizh al-Ala’i menulis kitab khusus berjudul Raf’ul Isykal ‘an Shiyam Sittah Ayyam min Syawwal. Kitab ini merupakan bantahan beliau kepada Ibnu Dihyah al-Kalbi yang melemahkan hadits ini dalam kitabnya “Al-Ilmu Masyhur fi Fadhoil Ayyam wa Syuhur”. 6. Al-Hafizh al-Iraqi mengumpulkan jalur-jalur hadits ini 7. Al-Hafizh Ibnul Qayyim membela secara kuat dan panjang dalam Tahdzib Sunan Abu Dawud 7/62 -Aunul Ma’bud- 8. Al-Hafizh Ibnu Muflih menshahihkannya dalam al-Furu’ 3/106 9. Al-Hafizh Ibnul Mulaqqin menshahihkannya dalam al-Badrul Munir 1/336 -Khulashoh-. 10. Al-Hafizh Al-Qurthubi berkata: “Hadits hasan shohih” 11. Syaikh Qashim bin Qhotlubiho menulis risalah khusus berjudul Tahrir Aqwal fi Shoum Sitti Min Syawwal. Dalam kitab ini beliau membantah pernyataan penulis Mandzumah at-Tubbani dan Syarhnya yang menyandarkan kepada Abu Hanifah bahwa beliau membencinya secara mutlak. 12. Al-Allamah Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani dalam Irwa’ul Ghalil 4/106-107 13. Dr. Abdul Aziz al-Utaibi menulis pembelaan hadits ini dalam kitabnya Makanah Shohihain. Dengan penjelasan di atas, maka jelaslah bagi kita keshohihan hadits ini dan selamatnya hadits ini dari kecacatan. Wallahu A’lam. sumber: klikmuhammadiyah.net/derajat-hadits-puasa-syawal-shohihkah/ - See more at: sangpencerah/2013/08/shohihkah-derajat-hadits-puasa-syawal.html#sthash.Opd1vuWF.dpuf
Posted on: Wed, 21 Aug 2013 00:31:15 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015