Di Gerai ATM Berkaca Jernih Disini begitu sejuk. Aku suka - TopicsExpress



          

Di Gerai ATM Berkaca Jernih Disini begitu sejuk. Aku suka sedikit berlama-lama. Menatap angka-angka. Menekan-nekan angka-angka. Menerka sisa uang belanja. Sebagaimana sekarang, saat orang-orang tak begitu ramai, aku perhatikan satu persatu apa yang terpampang di layar ajaib itu. Hidup orang-orang sekarang ternyata begitu semu. Angka-angka yang berkelebatan mengaku sebagai orang kaya. Uang tak seberapa tapi gengsi harus dijaga. Di belakangku sudah menunggu seseorang: Wanita kantoran berbusana elegan. Rambutnya kemerahan sebahu. Sesekali ia sibuk dengan telepon genggam berukuran lebar dan tipis. Aku teruskan berputar-putar sebentar setelah mengecek saldo yang menipis. Bisa dibilang ada seratus dua puluh lima ribu rupiah. Sialnya uang tak mungkin bisa kutarik selembar pun. Ketentuan bank minimal saldonya seratus ribu rupiah. Aku pun keluar. Wanita itu masuk. Tubuh wanginya sedikit bersinggungan dengan lenganku. Ia seperti tak sabar masuk, lalu menarik uang atau mungkin sama seperti aku: mau mengecek saldo saja. Aku kembali mengantri. Kebetulan tak ada orang lain lagi. Aku sengaja kembali mengantri karena dua alasan: Perrtama, aku masih mau memastikan gajiku telah ditransfer orang keuangan; kedua, aku masih sedikit penasaran dengan wajah wanita tadi. Sepintas terlihat cantik. Aku berharap ia jauh lebih cantik jika kuperhatikan dengan baik. Wanita itu berdiri lama. Di tangannya ada sepotong kertas catatan. Ia mau transfer sepertinya. Tapi sudah sepuluh menit ia di dalam. Bagiku itu cukup lama-lama. Aku perhatikan dari balik kaca: Kakinya mulus tak bernoda. Sepasang kaki yang cantik dengan sepasang sepatu pantofel warna merah bata. Paduan yang pas. Di tangan kirinya terlilit jam tangan warna putih kristal. Begitu berkelas. Ia semakin terlihat eksotis dengan bawahan yang berbatasan dengan lututnya. Lama sekali. Ia tak keluar juga. Lalu pintu terbuka. "Mas, kartu saya tertelan." Aku kaget tapi seketika melonjak girang. Aku punya kesempatan bicara panjang. Aku pun segera menjelma menjadi manusia profesional. Menjadi dewa penolong. Aku menenangkan dia supaya tak panik dulu. Kuminta dia menghubungi nomor layanan pelanggan. "Waduh, hape saya pulsanya cekak." Aku melonjak kegirangan. Dengan sigap kuberikan hapeku. Ia berterimakasih, lalu terdengar terhubung dengan petugas layanan. Malam yang dingin berubah menjadi hangat penuh gairah. Rasa laparku hilang. Semua rasa kesalku juga hilang. Wanita itu lalu mengembalikan hapeku. Ia seperti sangat berhutang budi padaku. Ucapan terimakasihnya diulang tiga kali. Lalu aku sendiri doi depan gerai ATM itu. Angin seperti membawaku pergi mengikuti arah ia pergi. Mengikuti deru mesin mobilnya yang terparkir hanya beberapa meter dariku. Di jemari tanganku terselip sebuah kartu nama. Kartu nama yang tercium lebih wangi dari pada parfum apapun yang pernah tercium hidungku. Sepotong kartu nama dengan sebuah nama laiknya bidadari. Lama sekali aku masih termangu di sana. Kartu nama itu telah membiusku. Menidurkanku dalam satuan waktu yang tak pernah kutahu. Di langit bintang gemerlap lebih terang. Batinku menari-nari tanpa henti. Imajiku berlesatan dan berlompatan seperti percikan api dari dua benda yang intens bergesekan. Malam semakin malam. Aku mesti pulang. Pulang membawa segudang rencana dan berandai-andai merangkai bahasa yang paling menawan. Aku sudah memutuskan tak akan tidur malam ini. Aku akan menuliskan beberapa kata-kata untuknya. Kata-kata sederhana yang akan kuucapkan padanya pagi-pagi sekali. "Selamat pagi. Sarapan apa kamu pagi ini?" ---- ds@atmcenter13
Posted on: Sat, 14 Sep 2013 13:54:19 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015