“Dialog terbuka dengan orang tak beriman”- Jawaban Paus Fransiskus dalam koran “Repubblica”, 4 September 2013, atas pertanyaan Dr. Scalfari, seorang atheis. Salahsatu point yang dibahas adalah soal KEBENARAN. Pada tempat yang kedua, anda bertanya padaku, bagaimana dengan pandangan bahwa tak ada sesuatu yang absolut, demikian juga kebenaran absolut, tetapi hanya kebenaran relatif dan subyektif, baik itu kesalahan atau sebuah dosa. Untuk memulai ini, aku tidak akan bicara, juga bahkan kepada yang percaya, sebuah kebenaran “absolut”, dalam arti bahwa absolut ada sesuatu yang terikat, sesuatu yang bebas dari semua relasi. Kebenaran, menurut iman kristiani, adalah cinta Allah kepada kita dalam Yesus Kristus. Maka, kebenaran adalah sebuah relasi! Ini berlaku juga bagi siapapun diantara kita yang menangkapnya, dan mengalaminya berangkat dari dirinya sendiri: dari sejarahnya dan kebudayaannya, dari situasi dimana dia hidup dan seterusnya. Ini tidak berarti sama sekali bahwa kebenaran itu beranekaragam dan subyektif. Tetapi ini berarti bahwa kebenaran diberikan kepada kita selalu dan hanya sebagai sebuah perjalanan dan kehidupan. Bukankah Yesus berkata: Akulah jalan, kebenaran dan hidup?” Dengan kata lain, kebenaran dalam sifat mutlaknya yang menjadi satu dengan cinta, menuntut kerendahan hati dan keterbukaan untuk dicari, dirangkul dan diekspresikan. Karena itu, perlu memahami dengan baik istilah-istilah dan, mungkin juga, untuk keluar dari sempitnya sebuah pertentangan....absolut, menata kembali pertanyaan secara mendalam. Saya pikir bahwa sesuatu yang perlu secara mutlak saat ini adalah mengikutsertakan dialog yang damai dan konstruktif yang aku harapkan pada awal pernyataanku.
Posted on: Fri, 13 Sep 2013 04:09:42 +0000
Trending Topics
Recently Viewed Topics
© 2015