Diantara Manhaj Salafi al Imam Asy Syafi’i - TopicsExpress



          

Diantara Manhaj Salafi al Imam Asy Syafi’i Rahimahullah: ”Menolak segala Bentuk BID’AH, karena Setiap Bid’ah adalah: KESESATAN..” ===================================== Al Imam asy Syafi’i rahimahullah termasuk Ulama yang sangat Anti dengan Kebid’ahan. Sungguh, telah Populer kedudukan dan Keadaan beliau yang sangat bersemangat dalam mengikuti Sunnah dan sering memperingatkan dari Bahaya Bid’ah, bahkan termasuk Wasiat beliau adalah : ”Perintah Mengikuti Sunnah dan Menjauhi Bid’ah dan Hawa Nafsu..”. [Muqddimah Syaikh Dr.Muhammad bin Abdurrahman al Khumais terhadap ‘Aqidah asy Syafi’i]. Hal ini juga diakui oleh para Ulama. Muhammad bin Dawud rahimahullah berkata: ”Tidak Pernah diketahui dalam Perjalanan hidup asy Syafi’i bahwa beliau pernah membicarakan agama dengan Hawa Nafsu atau dinisbatkan kepadanya. Bahkan beliau dikenal sangat Benci kepada Ahli Klaam dan Ahli Bid’ah..”. [Siyar A’lam Nubala: 10/26 oleh adz Dzahabi]. Dawud bin Ali al Ashbani rahimahullah berkata: ”Terkumpul pada diri asy Syafi’i keutamaan2x yg tidak dimiliki oleh lainnya, diantara adalah Nasab dia yang sampai kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kebagusan Agama dan Keselamatannya dari Hawa Nafsu dan Kebid’ahan..”. Sahnun juga berkata, “Tidak ada pada al Imam asy Syafi’i Kebid’ahan..”. [Siyar A’lam Nubala: 10/95 oleh adz Dzahabi]. Al Imam Ibnu Nashr al Maqdisi rahimahullah berkata tatkala menceritakan keadaan al Imam asy Syafi’i dan Keluasan Ilmunya: ”Tidaklah beliau menukil dari seorang Salaf-pun atau dari seorang Ulama yang sezaman dengannya suatu macam Kebid’ahan, atau meyakininya atau mencampur dengan Ilmunya, bahkan beliau melarang dan mencela semua itu..”. [Al Hujjah ‘ala Tarikil Mahajjah: 1/180]. Al Imam asy Syafi’i Rahimahullah mengatakan: Saya Wasiatkan dengan Taqwa kepada Allah dan berpegang teguh dengan Sunnah dan Atsar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan para Sahabatnya, serta meninggalkan dan Menjauhi Hawa Nafsu..”. [Wasiyatul al Imam asy Syafi’i hlm.47-48, I’tiqod al Imam asy Syafi’i hlm.16 oleh al Hakari]. ”Sesungguhnya Istihsan itu hanyalah mencari Kelezatan..” [Ar Risalah hlm.507]. Barang siapa yang Istihsan maka ia telah membuat Syari’at..” [al Mahalli dalam Jam’ul Jawami: 2/395]. Ar Ruyani berkata: ”Maksudnya adalah ia menetapkan suatu Syari’at yang tidak Syar’i dari pribadinya sendiri..” [Disebutkan oleh asy Syaukanai dalam Irsyadul Fuhul hlm.787 dan az Zarkasyi dalam al Bahrul Muhith: 2/230]. Al Imam asy Syafi’i menulis sebuah Kitab berjudul Ibtihol Istihsan (Menghancurkan Istihsan) [al Umm: 7/293]. Yang dimaksud dengan Istihsan disini adalah: Menganggap baik suatu Perkara tanpa Dalil al Qur’an, Hadits, Ijma’ atau Qiyas, karena orang yang melakukan hal itu berarti dia telah membuat suatu Syari’at tentnag Hukum tersebut dan tidak mengambilnya dari dalil2x Syari’at. [Taisir al Wushul ila Qowa’id Ushul hlm.328 oleh Abdullah al Fauzan]. Demikian pula para Ulama Madzhab Syafi’iyyah, mereka sangat keras melarang dan mengingkari Kebid’ahan bahkan Menulis karya2x Khusu yang membantah Kebid’ahan.. [Lihat secara Detail dalam Judul Syafi’iyyah fi Muharobatil Bida’ hlm.103-130 oleh al Ustadz Dr.Muhammad Nur Ihsan]. Wallahu Ta’ala a’lam. Sumber Referensi: Tulisan al Ustadz Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtar as Sidawi di Majalah Dakwah Tauhid as Salafiyyah, Ahlus Sunnah wal Jama’ah Edisi-11 tahun ke-10 Jumada Akhir 1432 H/Mei 2011 M.
Posted on: Tue, 20 Aug 2013 06:48:39 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015