Doa Buka Puasa Ternyata Dhoif,Boleh Diamal Namun Jangan Dijadikan - TopicsExpress



          

Doa Buka Puasa Ternyata Dhoif,Boleh Diamal Namun Jangan Dijadikan Hujah..:-) Ketika berbuka puasa, TV dan Radio ramai2 mengumandangkan Azan Maghrib. Dan diikuti oleh doa buka puasa : Bismillahi allahumma laka shumtu, wa ’ala rizkika afthartu.” Dengan nama Allah, Ya Allah kerana-Mu aku berbuka puasa dan atas rezeki dari-Mu aku berbuka (Riwayat : Thabrani di kitabnya Mu’jam Soghir hal 189 dan Mu’jam Auwsath). Bunyi hadis lengkapnya adalah : “Dari Anas, ia berkata : Adalah Nabi SAW : Apabila berbuka beliau mengucapkan : Bismillahi, Allahumma Laka Shumtu Wa Alla Rizqika Aftartu ( artinya : Dengan nama Allah, Ya Allah kerana-Mu aku berbuka puasa dan atas rezeki dari-Mu aku berbuka).” (Riwayat : Thabrani di kitabnya Mu’jam Soghir hal 189 dan Mu’jam Auwsath). Perlu kita ketahui, bahwa hadis diatas itu dhoif / lemah, kerana : Di sanad hadith ini ada Ismail bin Amr Al-Bajaly. Dia seorang rawi yang lemah. Imam Dzahabi mengatakan di kitabnya Adl-Dhu’afa : Bukan hanya satu orang saja yang telah melemahkannya. Kata Imam Ibnu ’Ady : Ia menceritakan hadith-hadith yang tidak boleh diturut. Kata Imam Abu Hatim dan Daruquthni : Lemah ! Abdul Hakim bin Amir Abdat : Dia inilah yang meriwayatkan hadith lemah bahawa imam tidak boleh azan (lihat : Mizanul I’tidal 1/239). Di sanad ini juga ada Dawud bin Az-Zibriqaan. Kata Imam Abu Dawud, Abu Zur’ah dan Ibnu Hajar : Matruk. Kata Imam Ibnu ’Ady : Umumnya apa yang ia riwayatkan tidak boleh diturut (lihat Mizanul I’tidal 2/7) Abdul Hakim bin Amir Abdat : Al-Ustadz Abdul Qadir Hassan membawakan riwayat Thabrani ini di Risalah Puasa tapi beliau diam tentang darjat hadith ini ? Hadis serupa lainnya : “Dari Muadz bin Zuhrah, bahwasanya telah sampai kepadanya, sesungguhnya Nabi Shallallahu alaihi wasallam. Apabila berbuka (puasa) beliau mengucapkan : Allahumma Laka Sumtu wa ’Alaa Rizqika Aftartu.” (Riwayat : Abu Dawud No. 2358, Baihaqi 4/239, Ibnu Abi Syaibah dan Ibnu Suni) Lafaz dan erti bacaan di hadith ini sama dengan riwayat/hadith yang pertama kecuali awalnya tidak pakai Bismillah.) Dalam hadits ini ada ’illat, yaitu ketidak-jelasan identiti Muaz. “MURSAL, kerana Mu’adz bin (Abi) Zur’ah seorang Tabi’in bukan sahabat Nabi Shallallahu alaihi wasallam. (hadis Mursal adalah : seorang tabi’in meriwayatkan langsung dari Nabi Shallallahu alaihi wasallam, tanpa perantara sahabat). Ibnu Hajar mengatakan hadith ini maqbul bila ada ikutannya, bila tidak maka hadits ini lemah sanadnya dan mursal. Hadith mursal menurut pendapat yang rajih dari mazhab As-Syafi’i dan Ahmad tidak boleh dijadikan hujjah. Ini berbeza dengan metodologi Imam Malik yang sebaliknya dalam masalah hadith mursal. “Selain itu, Mu’adz bin Abi Zuhrah ini seorang rawi yang MAJHUL. Tidak ada yang meriwayatkan dari padanya kecuali Hushain bin Abdurrahman. Sedang Ibnu Abi Hatim di kitabnya Jarh wat Ta’dil tidak menerangkan tentang celaan dan pujian baginya”. Masih banyak hadis2 yang serupa namun berbeza lafaz, seperti misalnya : 1. “Dari Ibnu Abbas, ia berkata : Adalah Nabi SAW apabila berbuka (puasa) baginda mengucapkan : Allahumma Laka Shumna wa ala Rizqika Aftharna, Allahumma Taqabbal Minna Innaka Antas Samiul ’Alim (maksudnya : Ya Allah ! untuk-Mu aku berpuasa dan atas rizkqi dari-Mu kami berbuka. Ya Allah ! Terimalah amal-amal kami, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar, Maha Mengetahui). (Riwayat : Daruqutni di kitab Sunannya, Ibnu Sunni di kitabnya ’Amal Yaum wa-Lailah No. 473. Thabrani di kitabnya Mu’jamul Kabir). 2. Allahumma laka shumna, wa ’ala rizkika aftharna, Allahumma taqabbal minna innaka antas samiul-alim. 3. Dan semua hadis itu dhoif. Doa Berbuka Puasa yang Lain TARAFNYA HADITH HASAN “Dari Ibnu Umar, adalah Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam, apabila berbuka (puasa) baginda mengucapkan : dzahabazh zhaama-u wabtallatil ’uruqu wa tsabatal ajru insya Allah. ( ertinya : Telah hilanglah dahaga, telah basahlah kerongkong/urat-urat, dan telah tetap ganjaran/pahala, Insya allah). (riwayat : Abu Dawud No. 2357, An-Nasai dalam As-Sunan Al-Kubra 2/255, Ad-Daruquthni 2/185, Al-Baihaqi, 4/239) Daruquthni dan ia mengatakan sanad hadith ini HASAN. (Hakim 1/422 Baihaqy 4/239) Abdul Hakim bin Amir Abdat berpandangan : Rawi-rawi dalam sanad hadith ini semuanya kepercayaan (thiqah), kecuali Husain bin Waaqid seorang rawi yang tsiqah tapi padanya ada sedikit kelemahan (Tahdzibut-Tahdzib 2/373). Maka tepatlah kalau dikatakan hadith ini HASAN.
Posted on: Tue, 09 Jul 2013 15:47:46 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015