Dua Gelar Juara Dunia, Kado HUT RI ke-68 f2ne1, Jakarta - - TopicsExpress



          

Dua Gelar Juara Dunia, Kado HUT RI ke-68 f2ne1, Jakarta - Keberhasilan Indonesia merebut dua gelar juara di ajang Kejuaraan Dunia 2013 menjadi kado istimewa menyambut Hari Ulang Tahun (HUT) RI ke-68, 17 Agustus mendatang. Di Kejuaraan Dunia 2013 yang digelar di Guangzhou, Cina, 5-11 Agustus lalu, Indonesia berhasil menyabet dua gelar melalui ganda campuran Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir dan ganda putra Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan. Perjuangan kedua pasangan tersebut meraih gelar juara dunia bukanlah perkara mudah. Mereka harus melalui lawan-lawan tangguh sebelum berhasil keluar sebagai pemenang. Tantangan berat para atlet bukan hanya lawan-lawan di lapangan. Keberangkatan atlet Indonesia ke Cina masih dalam suasana bulan Ramadan. Beberapa pemain masih ada yang melakukan puasa meski harus berlatih keras. Selain itu, Tontowi dan kawan-kawan harus merayakan Hari Raya Idul Fitri jauh dari keluarga. Namun, sebagai atlet profesional, mereka tidak menjadikan hal tersebut sebagai beban. Demi Merah Putih, semua hadangan dan rintangan dilewati. Terbukti, penampilan di Kejuaraan Dunia 2013 melampaui target PBSI yang hanya menargetkan satu gelar dari nomor ganda campuran. Di partai puncak, Owi/Butet mampu menghentikan perlawanan pasangan Cina rangking satu dunia, Xu Chen/Ma Jin, melalui pertarungan dramatis tiga gim, 21-13, 16-21, dan 22-20. Kesuksesan ganda campuran diikuti Ahsan/Hendra, yang memang tengah on fire sebelum berangkat ke Guangzhou dengan meraih tiga gelar Superseries, Malaysia Open, Indonesia Open dan Singapore Open. Mereka mengalahkan pasangan Denmark, Mathias Boe/Carsten Mogensen, 21-13 dan 23-21. Keberhasilan mengibarkan bendera Merah Putih sekaligus berkumandangnya lagu Indonesia Raya membuat Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono, merinding. “Saya sangat bangga> Saya dan para menteri menyaksikan langsung pertandingan ini. Saya juga sangat terharu, apalagi saat bendera Indonesia berkibar dan lagu Indonesia Raya dikumandangkan. Terima kasih atas perjuangan Tontowi/Liliyana, Pak Gita (Ketum PBSI), dan semuanya," katanya. Keberhasilan ini sekaligus menjadi pelepas dahaga prestasi Indonesia di kancah internasional khususnya bulutangkis. Sudah lama Merah Putih tak berbicara di level internasional. Ikut terlibatnya mantan pebulutangkis Indonesia di kepengurusan PBSI, seperti Susi Susanti, Ricky Soebagdja dan Rexy Mainaky sedikit banyak membantu prestasi bulutangkis Tanah Air. Gelar juara dunia ini semakin terasa manis karena berdekatan dengan Hari Kemerdekaan Indonesia yang jatuh pada tanggal 17 Agustus. Hal itu diungkapkan langsung oleh Gita Warjawan. "Terima kasih atas dukungan masyarakat Indonesia. Gelar juara ini adalah kado istimewa untuk Hari Kemerdekaan Indonesia," ungkapnya. Hal senada diungkapkan Menteri Pemuda dan Olahraga, Roy Suryo. Ia mengaku bangga dengan torehan prestasi yang dicapai Liliyana Natsir dan kawan-kawan. "Keberhasilan meraih dua gelar juara dunia merupakan hadiah istimewa untuk HUT RI ke-68. Kita berhasil menunjukkan kepada dunia bahwa prestasi Indonesia di cabang olahraga bulutangkis telah bangkit," ujarnya. Tidak hanya dari para petinggi atau pejabat negara, rasa haru dan bangga juga disampaikan atlet yang telah berjuang mati-matian meraih gelar prestisius itu. "Kita merasa sangat bahagia karena bisa memberikan kado untuk HUT RI nanti. Mudah-mudahan ini menjadi kebangkitan bulutangkis kita," ucap Liliyana, yang sudah merasakan tiga gelar juara dunia termasuk di tahun 2005 dan 2007 berpasangan dengan Nova Widianto. Gelar Juara Dunia memang diharapkan menjadi tonggak bangkitnya prestasi bulutangkis Indonesia. Maklum saja, dalam beberapa tahun terakhir, Merah Putih minim gelar internasional. Belum lama ini, di Olimpiade London 2012, prestasi bulutangkis yang selalu meraih medali pun terputus. Sejak Olimpiade 1992 Barcelona, medali selalu bisa diraih pebulutangkis Tanah Air. Sebenarnya, tanda-tanda kebangkitan prestasi Indonesia sudah tampak ketika Owi/Butet menjadi juara All England 2012. Sejak tahun 2003 saat Candra Wijaya/Sigit Budiarto menjadi juara, tak ada lagi yang mampu merebut All England. Bahkan, Tontowi/Liliyana mampu mempertahankan gelarnya satu tahun kemudian. Saat Gita Wirjawan ditunjuk sebagai Ketua Umum PBSI 14 Desember 2012 lalu, prestasi bulutangkis Indonesia makin meningkat. Ia langsung melakukan restrukturisasi kepengurusan PBSI. Menteri Perdagangan itu memutuskan menarik legenda bulutangkis Indonesia dalam kepengurusan. Langkah Gita tersebut mulai menuai hasil. Prestasi pun mulai berdatangan. Pasangan Mohammad Ahsan/Hendra setiawan mampu meraih tiga gelar Superseries secara beruntun di tahun 2013, yakni Malaysia Open, Indonesia Open dan Singapore Open. Gelar semakin lengkap setelah keduanya mampu menjadi Juara Dunia. "Jika ingin mengulang kejayaan di masa lalu, kita harus melibatkan atlet yang meraih prestasi di masa lalu," ujar Gita. Sejak Kejuaraan Dunia digelar tahun 1977, Indonesia mampu meraih 20 gelar. Era keemasan terjadi di tahun 1980-an ketika nama-nama seperti Rudy Hartono (tunggal putra), Verawaty Fajrin (tunggal putri), Christian Hadinata/Ade Chandra (ganda putra), dan Christian Hadinata/Imelda Wiguna mampu mempersembahkan gelar. Sementara itu, di tahun 1993, Indonesia mampu menyabet tiga gelar Juara Dunia, yakni melalui Joko Suprianto (tunggal putra), Susi Susanti (tunggal Putri) dan Ricky Soebagdja/Rexy Mainaky (ganda putra). Keberhasilan meraih dua gelar juara dunia tidak boleh membuat para atlet terlena. Masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki terutama di sektor tunggal putri dan ganda putri. Di nomor tunggal putra, perlahan tapi pasti mulai menunujukkan kebangkitan. Tommy Sugiarto dan Dionysius Hayom Rumbaka mulai memperlihatkan grafik permainan yang meningkat. Masih ada even-even kelas dunia yang terhampar di depan mata seperti Asian Games dan juga Olimpiade 2016. Dengan kerja keras serta latihan yang tekun, bukan tidak mungkin Indonesia akan kembali merajai bulutangkis dunia.
Posted on: Sat, 17 Aug 2013 14:12:01 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015