Ekonomi RI Melambat, Sektor Apa yang Terpukul? Apa dampaknya bagi - TopicsExpress



          

Ekonomi RI Melambat, Sektor Apa yang Terpukul? Apa dampaknya bagi ekonomi secara keseluruhan? Perlambatan Ekonomi Kuartal III Dinilai Wajar Pertumbuhan Ekonomi Kuartal III Tak Sesuai Harapan Perbaikan Ekonomi China Angin Segar Bagi Indonesia Lembaga Pemeringkat Jepang Pertahankan Peringkat Investasi RI Follow us on Google+ VIVAnews - Badan Pusat Statistik (BPS) merilis laporan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan III-2013. Selama periode itu, ekonomi Indonesia masih tumbuh 5,62 persen dibanding triwulan III-2012. Data pertumbuhan itu dirilis BPS di Jakarta, Rabu 6 November 2013. Pertumbuhan ekonomi yang diukur berdasarkan kenaikan produk domestik bruto (PDB) atas dasar harga konstan 2000 itu meningkat 2,96 persen. Peningkatan itu untuk periode triwulan III-2013 dibanding triwulan II-2013. Namun, secara kumulatif, pertumbuhan PDB Indonesia hingga triwulan III-2013 dibandingkan periode sama 2012 naik 5,83 persen, kata Kepala BPS, Suryamin dalam siaran pers itu. Perekonomian Indonesia yang diukur berdasarkan besaran PDB atas dasar harga berlaku pada triwulan III-2013 mencapai Rp2.375,3 triliun. Sementara itu, PDB atas dasar harga konstan 2000 tercatat Rp709,5 triliun. Meski demikian, dibanding triwulan II-2013, pertumbuhan ekonomi selama Juni-September 2013 cenderung melambat. Pada triwulan II-2013, pertumbuhan ekonomi tercatat 5,8 persen. Suryamin menjelaskan, dari sisi produksi, pertumbuhan ekonomi triwulan III-2013 dibandingkan periode sama 2012 itu ditopang semua sektor. Pertumbuhan tertinggi diraih sektor pengangkutan dan komunikasi yang naik 10,46 persen. Sementara itu, bila dibandingkan dengan triwulan II-2013, pertumbuhan tertinggi dicapai sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan sebesar 6,16 persen. Selanjutnya, untuk pertumbuhan kumulatif hingga triwulan III-2013 dibanding periode sama 2012, juga didukung semua sektor. Pertumbuhan tertinggi dicapai sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 10,6 persen, sedangkan terendah pertambangan dan penggalian yang mencapai 0,31 persen. Struktur PDB triwulan III-2013 didominasi sektor industri pengolahan, pertanian, serta perdagangan, hotel, dan restoran yang masing-masing mengontribusi 23,11 persen, 15,21 persen, dan 13,88 persen. Sementara itu, untuk struktur perekonomian secara spasial pada triwulan III-2013, masih didominasi kelompok provinsi di Pulau Jawa. Kontribusinya terhadap PDB sebesar 58,2 persen. Diikuti Pulau Sumatera sebesar 23,75 persen, Kalimantan 8,45 persen, Sulawesi 4,87 persen, dan sisanya 4,73 persen pulau-pulau lainnya. Suryamin menjelaskan, pertumbuhan ekonomi Indonesia itu dipengaruhi beberapa faktor. Salah satunya pada Juni, ketika nilai tukar rupiah terhadap dolar masih di level Rp9.000 per dolar AS. Namun, pada September, nilai tukar sudah menyentuh Rp12.000 per dolar AS. Kondisi ini, menurut dia, sangat berdampak pada perdagangan luar negeri. Selain itu, kenaikan suku bunga acuan dari 6 persen menjadi 7,25 persen ikut memengaruhi pertumbuhan ekonomi RI. Ini berdampak pada biaya produksi. Selain itu, indeks harga konsumen dan inflasi, saat itu cukup tinggi. Walaupun, saat ini sudah terkendali, katanya. Pertumbuhan tertinggi dari triwulan II-2013 ke triwulan III-2013 terjadi di sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan. Sektor ini tumbuh 6,16 persen. Sektor lain yang kenaikannya cukup tinggi per triwulan adalah konstruksi sebesar 3,35 persen. Diikuti oleh pengangkutan dan komunikasi sebesar 3,28 persen. Sementara itu, secara year on year, pertumbuhan paling tinggi, menurut Suryamin, terjadi di sektor pengangkutan dan komunikasi. Sektor ini tumbuh 10,46 persen pada triwulan III-2013 dibanding periode sama 2012. Pertumbuhan tinggi selanjutnya adalah sektor keuangan, real estate, dan jasa perusahaan yang mencapai 8,09 persen. Sektor lain yang juga mencatat pertumbuhan tinggi adalah konstruksi yang naik 6,24 persen. Selain peningkatan yang terjadi pada hampir semua sektor ekonomi, sejumlah industri justru menurun. Sektor listrik, gas, dan air bersih turun 0,41 persen, yang disebabkan penurunan subsektor gas kota sebesar 4,67 persen. Masih wajar Menanggapi pelambatan pertumbuhan ekonomi selama triwulan III-2013 itu, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Mahendra Siregar, menilai bahwa data-data itu masih wajar. Pelambatan ekonomi bukan hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga negara-negara lainnya. Melambatnya investasi, dia menjelaskan, dinilai ikut menjadi salah satu alasan melemahnya pertumbuhan ekonomi. Kondisi yang wajar di tengah krisis ekonomi global saat ini, ujar dia di Jakarta. Mahendra pun tetap optimistis, target investasi tahun ini sebesar Rp390 triliun dapat tercapai. Dia menambahkan, tren pertumbuhan ekonomi global dan domestik memang turun dari 6 persen menjadi 5,8 persen. Selanjutnya ke level 5,6 persen. Pertumbuhan sebenarnya masih relatif tinggi, ujar Mahendra. Dia mengatakan, yang terpenting saat ini adalah bagaimana cara menyeimbangkan neraca transaksi berjalan. Salah satunya dengan menekan impor yang mengakibatkan adanya pelambatan ekonomi. Wakil Menteri Keuangan, Bambang Brodjonegoro, mengungkapkan, pertumbuhan ekonomi triwulan III-2013 sebesar 5,62 persen tidak seperti yang diharapkan. Pemerintah memprediksi ekonomi tumbuh sebesar 5,8 persen. Di kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Rabu 6 November 2013, Bambang, mengatakan, indikator penurunan pertumbuhan tersebut telah dirasakan pemerintah. Memang, tendensi melemah kelihatan, terutama dari sisi investasi, ujarnya. Dia menegaskan, hingga akhir tahun, pemerintah tetap optimistis ekonomi akan tumbuh 5,8 persen. Meskipun, pencapaian itu masih lebih rendah dari asumsi yang ditetapkan dalam APBN-P 2013 sebesar 6,3 persen. Perkiraannya, pada triwulan IV ada perbaikan. Katakan balik ke level 5,8 persen, ungkapnya. Untuk mencapai target tersebut, menurut dia, ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan. Antara lain upaya menjaga konsumsi domestik dan peningkatan investasi. Selain itu, penyerapan anggaran akhir tahun harus dipercepat, sehingga dapat mendorong perekonomian. Sementara itu, pengamat ekonomi, A. Prasetyantoko, menilai, pelambatan pertumbuhan ekonomi dipengaruhi beberapa faktor. Satu di antaranya kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia atau BI Rate. Dia menjelaskan, BI Rate pada September 2013 naik 25 basis poin, dari 7 persen menjadi 7,25 persen. Kondisi tersebut menyebabkan likuiditas perbankan menjadi terganggu dan investasi terhambat. Faktor lainnya adalah investasi. Pertumbuhan investasi terganggu, karena situasi ekonomi global yang belum sepenuhnya pulih. Misalnya, investasi pada sektor pertambangan dan agrobisnis yang harga komoditasnya belum pulih, karena perekonomian global, kata ekonom PT Bank Tabungan Negara Tbk itu. Selanjutnya adalah faktor konsumsi. Prasetyantoko mengatakan, Indonesia sempat mengalami inflasi cukup tinggi, yaitu sebesar 3,29 persen pada Juli 2013. Inflasi itu turut memengaruhi kemampuan daya beli masyarakat. Faktor terakhir adalah perdagangan, yaitu ekspor dan impor. Ekspor kita masih belum baik, kata dia. Sementara itu, kalangan pengusaha menilai, belum memadainya infrastruktur penunjang bisnis di Indonesia membuat daya saing produk dalam negeri kalah dengan produk impor. Kondisi ini yang membuat pertumbuhan ekonomi terus melambat. Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Sofjan Wanandi, mengatakan, jika permasalahan ini belum ada solusinya, dia pesimistis pertumbuhan ekonomi dapat mencapai 6 persen. Karena kelemahan ini, dunia usaha tidak bisa melakukan terobosan dalam waktu singkat, ujarnya. Terpengaruh China Pertumbuhan ekonomi global dan domestik yang melambat itu, sebenarnya juga sudah diprediksi Bank Dunia. Prediksi pertumbuhan ekonomi China tahun ini yang melambat, menurut Bank Dunia, akan memengaruhi pertumbuhan di negara-negara Asia Timur dan Pasifik, termasuk kawasan lain yang dihuni Indonesia, Malaysia, dan Thailand. Wakil Presiden Bank Dunia untuk Asia Timur dan Pasifik, Axel Van Trotsenburg, mengatakan, saat ini pertumbuhan ekonomi di negara-negara Asia, termasuk Indonesia, Malaysia, dan Thailand mulai melambat, karena laju investasi yang tersendat. Kondisi ini disebabkan harga komoditas mulai melemah dan pertumbuhan ekspor yang lebih rendah dari harapan. Namun, untuk tahun depan, Axel menjelaskan, ekonomi China akan meningkat, sehingga perekonomian negara-negara di Asia Timur dan Pasifik juga kembali tumbuh. Pertumbuhan negara berkembang di kawasan Asia Timur diperkirakan mencapai 7,1 persen untuk 2013 dan 7,2 persen pada 2014, kata Axel, Oktober lalu. Menurut dia, meskipun tingkat pertumbuhan tersebut lebih rendah dari proyeksi Bank Dunia pada April 2013, perkembangan di Asia Timur masih lebih tinggi dibandingkan kawasan lainnya. Kami lihat Asia Timur dan Pasifik terus menjadi penggerak perekonomian global. Bahkan, kawasan Asia Timur menyumbang 40 persen dari pertumbuhan PDB global, ujarnya. Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi China tahun ini mencapai 7,5 persen dan 7,7 persen pada 2014. Sementara itu, perekonomian Asia Timur dan Pasifik tanpa mengikutsertakan China, hanya akan tumbuh 5,2 persen pada 2013 dan 5,3 persen tahun depan. us.fokus.news.viva.co.id/news/read/456602-ekonomi-ri-melambat--sektor-apa-yang-terpukul-?utm_source=dlvr.it&utm_medium=facebook
Posted on: Thu, 07 Nov 2013 04:24:59 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015