FF She Is Jealous ** Author: Kyu-G (Ghina) Main Cast: Lee - TopicsExpress



          

FF She Is Jealous ** Author: Kyu-G (Ghina) Main Cast: Lee Sungmin – Han Jinhye (OC) Genre: Romantic Length: Oneshoot Rated: PG-15 Jika aku mengatakannya padamu Bisakah kau tidak menertawakanku? Aku benar-benar membenci hal ini Kau tahu? −Han Jinhye− Hanya katakan saja, Sayang Maka aku akan membuatmu tenang Berusaha agar kau senang Karena aku mencintaimu −Lee Sungmin− ooOoo Sungmin sedang di mobil milik Ryeowook dalam perjalanan pulang setelah mengakhiri tugasnya sebagai DJ di sukira untuk hari ini. Ia asyik mengotak-atik ponselnya dengan emosi, menekan panggilan cepat pada ponselnya lalu menempelkan ponselnya ke telinga dan pada akhirnya akan mendecak kesal mendengar suara operator yang menyambut panggilannya, bukan gadis itu. Berungkali ia melakukan hal itu tapi tidak satu pun yang mendapatkan jawaban dari orang yang diinginkannya, membuatnya bertanya-tanya karena ini kali pertama gadis itu melakukan hal ini padanya. Gadis itu tidak pernah sekalipun mengabaikan panggilan darinya. Ini hal yang paling mustahil dilakukan gadis itu mengingat sifat kekanakkan gadis itu yang sangat mendominasi dirinya. Biasanya gadis itu akan dengan cepat menjawab telepon darinya dan tidak membiarkan Sungmin berbicara barang sedetikpun, sehingga pria itu memilih mengalah dan mendengarkan semua obrolan panjang gadis itu yang tidak pernah kurang dari 20 menit. Membuat Sungmin tersenyum geli dan mengabaikan segala hal termasuk jumlah uang yang harus dibayarnya nanti karena lamanya panggilan yang ia lakukan. Mendengar suara gadis itu adalah alasan utamanya ia selalu menyempatkan untuk menelepon gadis itu. Agak klise memang, tapi hanya dengan mendengarkan teriakan nyaring dan suara gadis itu saja, ia akan merasa sedikit lebih baik. Rasa penat dan lelah yang ia rasakan akan berkurang dan perlahan menghilang hanya dengan kedua hal milik gadis itu saja. Setidaknya itu sangat baik untuk kesehatan tubuhnya kan? Pria itu tersadar dari lamunannya dan mencoba untuk menghubungi gadis itu entah untuk yang ke berapa kalinya. Dan ia kembali merasakan kesal karena gadis itu tidak kunjung menjawab panggilannya. Kini tangannya bergerak lincah di layar touch screen ponsel hitamnya sedangkan matanya mengeluarkan aura membunuh yang sangat kentara, menuliskan sebuah pesan untuk gadis itu yang entah ada dimana sekarang. Kata-kata makian meluncur bebas dari bibirnya sampai akhirnya ia menekan tombol send pada layar ponselnya. Sungmin membanting ponselnya pada dashboard mobil lalu memijat kepalanya yang tiba-tiba saja terasa sedikit berdenyut, membuat Ryeowook yang sedang menyetir disebelahnya terlonjak kaget mendengar suara bantingan namun dengan cepat memperbaiki ekspresinya. Ia sudah memperhatikan Sungmin beberapa saat yang lalu dan selalu berhasil menebak apa yang sedang dipikirkan pria itu. Hanya ada satu orang saja yang bisa membuat seorang Lee Sungmin uring-uringan dan kesal setengah mati karena sebuah panggilan yang tidak kunjung dijawab, Han Jinhye. Dan Ryeowook yakin ia tidak salah dengan analisisnya kali ini. Aigoo, pengaruh gadis itu terhadap hyung-nya ini memang terlalu besar. “Han Jinhye lagi?” tanya Ryeowook sembari menolehkan kepalanya sekilas lalu kembali fokus pada jalanan di depannya. Ia tidak mau mengambil resiko dengan mati konyol hanya karena tidak konsentrasi menyetir. Lagipula ia masih ingin bertahan hidup lebih lama lagi sehingga ia bisa merasakan rasanya menjadi seorang ayah dan memiliki keluarga yang bahagia nantinya. Pertanyaan Ryeowook tadi jelas-jelas tidak mendapat jawaban dari Sungmin. Pria itu masih sibuk dengan pikirannya yang pasti tidak jauh-jauh dengan seorang gadis bernama Han Jinhye. Ryeowook tersenyum geli sembari membelokkan mobilnya, lalu menolehkan kepalanya lagi sedikit lebih lama untuk melihat keadaan hyungnya itu. “Tidak menjawab teleponmu lagi, eh?” ia bertanya dengan nada menggoda yang sangat kentara lalu kembali menatap jalanan yang ada dihadapannya. “Ryeowook-ah, tidakkah kau pikir ini aneh?” tanya Sungmin tiba-tiba. Ia mengusap-usap dagunya seolah berpikir serius. “Aneh kenapa?” “Gadis bodoh itu tidak pernah mengabaikan teleponku. Mungkinkah sesuatu terjadi padanya?” Tawa ringan meluncur bebas dari bibir Ryeowook. Ia menutup mulutnya dengan salah satu tangannya lalu mendengus geli. “Kau suka sekali berpikiran buruk, hyung.” “Ck. Aku hanya khawatir padanya. Dia itu bodoh dan ceroboh sekali.” “Aku yakin Jinhye akan mencekikmu jika ia tahu kau menghinanya lagi untuk yang kesekian kalinya.” Ryeowook mencoba bercanda lalu terkekeh geli sendiri. Kekehannya langsung berhenti begitu saja begitu ia mendapati Sungmin menyandarkan punggungnya pada sandaran jok sembari melipatkan tangannya di depan dada dengan wajah yang mengerucut kesal. Sepertinya ia salah untuk mencoba bercanda pada saat ini, Sungmin sedang tidak ingin. Ryeowook baru saja akan membuka mulutnya untuk menghibur Sungmin tapi suara ponselnya yang berbunyi menginterupsi kegiatannya. Ryeowook menghentikan mobilnya di pinggir jalan terlebih dahulu lalu melepas seatbelt dan mengambil ponselnya yang ada disaku celana jeansnya. Keningnya berkerut bingung begitu ia membaca sebuah nama pada layar ponselnya yang berkedip-kedip. Ryeowook mengangkat telepon itu dan menutupnya beberapa saat kemudian. Percakapan itu terlalu singkat dan tidak menarik minat Sungmin sama sekali. “Hyung, itu tadi Jinhye. Dia bilang dia di dorm bersama Leeteuk hyung,” ucapan Ryeowook sontak membuat Sungmin menegakkan tubuhnya dan menatap pria itu dengan mata yang terbelalak lebar. Dengan cepat tangannya terulur dan merebut ponsel Ryeowook yang masih berada digenggamannya lalu mengecek panggilan masuk pada ponsel pria itu dan terkejut bukan main begitu membaca nama ‘Han Jinhye’ disana beserta dengan waktu panggilan yang dilakukan gadis itu. Ryeowook tidak bohong dan gadis itu benar-benar membuatnya kesal setengah mati. Bagaimana mungkin ada seorang wanita yang mengabaikan panggilan dari suaminya dan memilih menelepon pria lain? Sungmin mengembalikkan ponsel yang ada ditangannya pada pemiliknya lalu mengambil ponselnya yang tergeletak begitu saja di dashboard begitu ia membantingnya tadi. Pria itu menempelkan ponselnya pada telinganya setelah sebelumnya ia melakukan panggilan cepat, lagi. Sial! Gadis itu mematikan panggilan darinya. Mobil mulai berjalan, sedangkan Sungmin malah memangku dagunya dengan siku di atas dashboard mobil. Ia berpikir keras atas sikap gadis itu barusan. Pria itu berusaha mengingat-ingat apakah ada yang salah dengan mereka beberapa jam yang lalu. Seingatnya, ia bertengkar dengan gadis itu pada saat akan sarapan, tapi itu adalah hal yang biasa mengingat hampir setiap waktu mereka berkelahi hanya karena hal tidak penting. Ah, tadi pagi gadis itu juga menendang kakinya kerana ia mencium gadis itu untuk membangunkannya dan berakhir dengan saling meneriaki satu sama lain. Itu juga rutinitas harian yang ia lakukan hanya dengan gadis itu saja. Jadi, apa yang salah pada gadis itu? Atau apa yang salah dengan dirinya? Sungmin memijat kepalanya yang terasa berdenyut-denyut nyeri. Memikirkan hal itu semua membuatnya pusing. Sial! Begitu sampai di dorm ia akan langsung menanyai gadis itu habis-habisan. *** Super Junior Dome, Seoul 00:45 AM KST Author’s POV Sungmin berlari secepat kilat begitu ia keluar dari lift, meninggalkan Ryeowook yang hanya bisa membulatkan mulutnya dibelakang sana lalu membuka pintu dorm dan mengganti sepatunya dengan tidak sabaran. Ia langsung melesat pergi begitu Leeteuk memberitahukan dimana gadis itu sekarang. Dengan tergesa-gesa Sungmin berjalan ke arah ruang santai dan menemukan gadis itu sedang duduk tenang di salah satu sofa yang ada di ruangan tersebut. Ditangannya terdapat sebuah PSP biru milik gadis itu. Pria itu menghampirinya lalu duduk disebelah gadis itu dan parahnya gadis itu bahkan tidak menyadari kehadirannya sedikit pun. Sungmin bisa melihat tatapan membunuh yang ditujukan gadis itu pada benda elektronik dalam genggamannya. Sepertinya gadis itu sedang berusaha sekuat tenaga untuk mengalahkan lawannya. Bibir mungil gadis itu tidak bisa berhenti berteriak, mencaci dan memaki masih dengan konsentrasi penuh yang sangat terlihat dari wajah seriusnya sembari tangannya tetap menekan tombol-tombol pada PSP itu dengan kasar dan tidak sabaran. Suara desahan dan erangan yang keluar dari mulut gadis itu membuktikan bahwa ia baru saja gagal mengalahkan lawannya. Sungmin mendekat dan melihat tulisan ‘GAME OVER’ yang menghiasi layar PSP milik gadisnya itu lalu tersenyum singkat melihat gadis itu yang mengerucutkan bibirnya kesal, membuatnya memiliki keinginan kuat untuk mencium bibir merah itu. Pikiran kotor itu ditepisnya jauh-jauh bertepatan dengan gadis itu yang menolehkan kepalanya dan terkejut mendapati Sungmin sudah duduk tenang disebelahnya. Seketika pria itu mengubah ekspresinya begitu ia mengingat tujuannya untuk cepat-cepat menemui gadis itu tadi. “Kau!” ucap mereka bersamaan, menimbulkan kecanggungan diantara sepasang suami istri itu. Jinhye mengedipkan matanya berungkali dan membalikkan tubuhnya bersamaan dengan Sungmin yang juga melakukannya. Pria itu mengusap tengkuk lehernya dengan gugup. “Aku…” ucap mereka secara bersamaan, lagi. “Kau duluan saja,” kata Sungmin akhirnya, mencoba menghilangkan atmosfer kecanggungan yang melanda keduanya. “Ani. Kau saja yang duluan. Aku bisa menunggu.” Sungmin menghela napasnya dengan pelan lalu menjawab, “Baiklah.” Ia berdehem pelan dan mengubah ekspresinya. Pria itu membalikkan tubuhnya, menatap gadis yang kini ada dihadapannya dengan tajam. “Yak, Lee Jinhye. Kenapa kau tidak menjawab teleponku dan malah menelepon Ryeowook, hah?” teriak pria itu tiba-tiba, membuat tubuh gadis itu nyaris saja jatuh kebelakang karena terkejut. Gadis itu membanting PSP-nya ke atas sofa lalu menatap Sungmin dengan garang, “Kenapa kau begitu bodoh, hah? Kau tidak tahu alasan aku mengabaikan teleponmu seharian ini? Kau benar-benar tidak peka Lee Sungmin-ssi,” ucap gadis itu tajam, dengan cepat berdiri dan bergerak menjauh dari sofa. Baru selangkah ia berjalan, pria itu sudah mencekal pergelangan tangannya, membuatnya mau tidak mau harus membalikkan tubuhnya dan menatap pria itu. “Benar, aku memang pria yang tidak peka. Jadi beritahu padaku, apa aku melakukan kesalahan lagi sehingga membuatmu marah begini?” tanya Sungmin dengan suara lembut yang entah kenapa membuat gadis itu ingin menangis sekarang juga. Gadis itu mendongak, menatap Sungmin dengan tatapan terluka yang terlihat jelas, “Bodoh. Aku membencimu!” ucap gadis itu sebelum ia menyentakkan tangan Sungmin dengan keras lalu berlari masuk ke dalam kamar KyuMin, membanting pintunya dan menguncinya dari dalam. Gadis itu sudah mati-matian menahan tangisnya sedari tadi dengan memainkan dan melakukan apa saja yang bisa membuatnya melupakan kesedihannya untuk beberapa saat. Ia juga sengaja mengabaikan seluruh panggilan dan pesan dari Sungmin mengingat airmatanya yang tidak bisa diajak berkompromi, dengan kurang ajarnya akan langsung melesat turun jika ia melihat dan mendengar suara pria itu saja. Masalahnya ada pada Sungmin dan pria itu terlalu bodoh untuk mengerti. Ia tidak mau bersusah payah menjelaskan masalah yang memungkinkannya untuk menahan malu seumur hidupnya pada pria itu. Cukup sekali ia melakukannya pada waktu itu -karena keadaan yang mendesak- dan rasa malu itu masih tersisa sampai sekarang. Jadi, jalan satu-satunya hanya menunggu Sungmin menyadari masalah ini sehingga gadis itu bisa memikirkan kata-kata apa yang akan diucapkannya pada pria itu nanti. Sungmin hanya bisa terdiam masih dengan posisinya yang tadi. Tangannya terkepal ringan disisi-sisi tubuhnya. Kejadian tadi terlalu tiba-tiba sehingga melumpuhkan seluruh sistem kerja otaknya seketika. Pikirannya kosong dan ia hanya bisa memandang lantai dalam diam. Sebuah tepukan pelan di pundaknya membuatnya mendongak dan mendapati Eunhyuk berdiri dihadapannya. “Jinhye sangat aneh hari ini. Dia melakukan apapun yang dilakukan member. Membantu Yesung hyung membersihkan kandang Ddangkoma, bermain bersama Heebum, memandikan Choco, dan memberi makan Bada. Bahkan ia memakan tomat dengan tidak sadar ketika makan malam tadi. Pandangannya kosong. Aku rasa Jinhye sedang sedih,” ucap Eunhyuk panjang lebar. Pria itu menghela napas pelan sebelum memasukkan kedua tangannya pada saku celana jeans-nya. Mendengar penjelasan Eunhyuk tadi, ia tahu kalau gadis itu memang sedang tidak baik-baik saja. Memakan tomat? Astaga, gadis itu bahkan lebih memilih mati daripada memakan makanan yang menurutnya menjijikkan itu. Tomat adalah makanan nomor satu dalam daftar hal yang paling ia benci. Dan gadis itu akan selalu memilih pilihan kedua meskipun itu adalah pilihan terburuk ataupun pilihan yang merugikan dirinya sendiri daripada ia harus memakan tomat. Jelas-jelas itu hal mustahil yang dilakukan gadis itu tapi tanpa sadar ia melakukannya tadi. Gadis itu, kenapa sebenarnya? Sungmin membanting tubuhnya ke sofa yang didudukinya tadi, menyandarkan tubuhnya pada sandaran sofa dengan kedua tangan yang direntangkan di pinggiran sofa. Ia memejamkan matanya begitu rasa pening itu menyerangnya lagi. Tubuhnya sangat lelah dan gadis itu membebani pikirannya dengan bertingkah aneh seperti itu? Ia membuka matanya begitu merasakan sofa yang ia duduki sedikit merendah karena bertambah beban dan mendapati Eunhyuk yang ikut duduk disebelahnya. Ia mengedarkan pandangannya dan sedikit terkejut mendapati member lain juga sudah mengambil tempat duduk masing-masing, menatap dirinya dengan pandangan miris. Sial! Apa mereka semua sedang mengejek dirinya? Dia bukan pengemis dan tidak perlu diberi tatapan kasihan seperti itu. Ia mendengus kesal tanpa berminat sedikit pun untuk memarahi para member. Pikirannya hanya tertuju pada satu orang saja saat ini, Lee Jinhye. “Kau sudah tahu apa masalahnya, hyung?” tanya Ryeowook yang dijawab Sungmin dengan sebuah gelengan pelan. Wajah pria itu tampak pucat dengan rambut yang berantakan karena ia berungkali mengacaknya tadi. Semua diam, sibuk dengan pikiran masing-masing. 15 menit waktu yang mereka habiskan hanya berlangsung dengan keheningan hingga Kyuhyun membuka suara, “Kurasa aku tahu dia kenapa,” sontak kata-kata Kyuhyun barusan membuat Sungmin dan seluruh member menatapnya dengan pandangan bertanya. “Ah, aku ingat. Tadi dia meminjam laptop milikku dan streaming sukira. Sejak itu dia berubah menjadi aneh dan pendiam. Sikap anarkisnya tiba-tiba saja menghilang,” ucap Donghae yang dihadiahi Sungmin dengan sebuah delikan mengerikan dari matanya karena mengatai sikap istrinya, lalu ia mengerutkan keningnya, mencoba mengingat-ingat apa yang diucapkannya di sukira tadi sehingga membuat gadis itu berbuah menjadi aneh begitu. Dilihat dari sikapnya gadis itu akan selalu seperti itu jika ia sedang… Mendadak Sungmin teringat sesuatu. Cepat-cepat ia melangkah ke arah kamar, meninggalkan member yang kini menatapnya dengan seyuman mengembang sempurna. Pria itu sangat yakin kalau dirinya tidak akan salah. Benar kan? Lee Sungmin selalu bisa menebak jalan pikiran Han Jinhye dan begitulah sebaliknya. *** Sungmin mengetuk pintu kamar yang ada Jinhye di dalamnya. Sudah lebih dari 5 kali ia mengetuk pintu sembari meneriakkan nama gadis itu tapi gadis itu tak kunjung membukakan daun pintu sebagai penghalang mereka saat ini. Pria itu memanggil Siwon dan meminta kunci cadangan yang memang selalu dipegang oleh Siwon mengingat kecerobohan dirinya dalam meletakkan sebuah barang dengan Kyuhyun yang hanya berbanding 11 : 12. Pria itu memutar ganggang pintu untuk membukanya lalu menutup dan menguncinya lagi dari dalam. Ia tidak ingin seseorang mengganggunya ketika ia sedang menjelaskan segala hal pada gadis itu. Sungmin membalikkan tubuhnya dan terkejut begitu tidak menemukan gadis itu di kamarnya. Kamar ini tidak terlalu besar jadi gadis itu tidak mungkin bisa bersembunyi. Pikiran Sungmin melayang-layang entah kemana, sehingga ia melangkahkan kakinya dengan cepat ke arah jendela. Pikiran buruk mulai menari-nari di otaknya sedangkan jantungnya berdegup dengan kencang berharap itu semua tidak benar. Baru beberapa langkah ia berjalan, bunyi gemericik air di kamar mandi dalam kamarnya membuatnya menghentikan langkah dan tersenyum lagi. Untunglah pikirannya mengenai gadis itu yang mungkin saja bertindak bodoh dengan melompat ke bawah dari jendela hanya khayalannya semata. Pria itu menunggu di samping pintu kamar mandi, bersandar dengan posisi miring pada dinding bercat putih itu dan melipat tangannya ke depan dada. Dia harus menjelaskan kesalahpahaman ini tanpa ada yang dikurang-kurangi dan yang dilebih-lebihkan. Sungmin harus jujur. Pintu kamar mandi yang terbuka membuyarkan semua lamunannya. Pria itu mendapati Jinhye berdiri dihadapannya dan menatapnya datar, lalu tanpa berbicara sepatah kata pun gadis itu berjalan ke arah meja rias, mengelap wajahnya yang basah dengan handuk kecil yang sengaja digantungkan disana dan memakai pelembab wajah miliknya yang selalu ia bawa kemana-mana. Gadis itu menyisir rambut sepunggungnya lalu beranjak naik ke arah ranjang. Menarik selimut hingga menutupi keseluruhan tubuhnya tanpa mengacuhkan pria itu yang masih berdiri di depan pintu kamar mandi sembari menatap dirinya. Sungmin yang melihat itu hanya bisa mendengus geli, sekaligus kesal. Geli melihat sikap kekanakkan gadis itu yang tidak pernah berubah sejak setahun pernikahan mereka, kesal karena gadis itu mengabaikannya dan memilih tidur di atas ranjang Kyuhyun, bukan ranjangnya. Cih, suaminya itu kan Lee Sungmin bukan Cho Kyuhyun. Sungmin berjalan mendekat lalu berhenti tepat di sisi ranjang dimana gadis itu sedang berbaring, entah benar-benar tidur atau hanya pura-pura. “Yak, kau terang-terangan ingin berselingkuh dengan Kyuhyun dihadapanku ya?” ucap Sungmin yang sontak saja membuat gadis itu membuka selimutnya sampai bagian dagu, menatap pria itu dengan mata yang disipitkan. Curiga. “Mwo?” Pria itu mendecak kesal lalu menunjuk-nunjuk ranjang dengan dagunya, memberi isyarat pada gadis itu. Jinhye mengerutkan keningnya lalu menoleh ke samping dan kembali lagi menatap ranjang yang ia tiduri. Seketika wajahnya memerah menyadari kalau ia tidur di ranjang Kyuhyun dan bukan Sungmin. Pria itu terkekeh geli, berhenti ketika ia melihat gadis itu turun dari ranjang, memakai sandal beruang cokelat miliknya dan berniat pindah ke ranjang Sungmin. Belum sempat gadis itu melangkahkan kakinya, Sungmin sudah mencengkeram pergelangan tangannya lalu menariknya mendekat dan mencium bibir gadis itu dengan rakus. Satu tangannya diletakkannya di tengkuk gadis itu sedangkan yang sebelah lagi berada pada pinggang gadis itu, menarik tubuh gadis itu untuk semakin mendekat padanya, menghapuskan jarak yang tersisa. Sungmin bisa merasakan keterkejutan gadis yang berada dalam dekapannya sekarang. Tapi toh pada akhirnya gadis itu malah membalas dan menikmati ciuman darinya. Pria itu menggigit kecil bibir bawah gadis itu, membuat celah sehingga pria itu langsung melesakkan lidahnya masuk. Ciuman itu terasa tidak sabaran dan sangat mendesak. Memabukkan dan manis secara bersamaan, membuat gadis itu tidak mau melepaskan tautan bibir mereka, begitupun dengan pria itu. Hingga akhirnya gadis itu sendiri yang mendorong tubuh Sungmin karena ia sudah sangat membutuhkan udara sekarang. Tidak lucu sekali jika besok berita utama pada koran dengan judul “Seorang Wanita Meninggal karena Ciuman yang Membabi Buta dari Suaminya”. Astaga, itu tidak ada elitnya sama sekali. Pria itu masih meletakkan salah satu tangannya pada pinggang gadis itu sedangkan tangannya yang lain terulur untuk mengelap sekitar bibir gadis itu yang sedikit basah. Dan ia sangat mengagumi dirinya sendiri begitu mendapati bibir gadis itu yang memerah dan sedikit membengkak. Ada rasa bangga yang terselip mendapati fakta bahwa gadis itu juga menyukai caranya berciuman. Seharusnya ciuman seorang Lee Sungmin benar-benar patut diancungi 4 jempol. “Apa kau juga mencium gadis dalam drama musikalmu seperti ini?” tanya gadis itu tiba-tiba sembari menatap Sungmin dan pandangan terluka itu lagi yang ditunjukkannya. Pria itu baru saja akan menjawab tapi terkejut mendapati gadis yang dihadapannya kini malah menangis. Ia tidak pernah suka jika seorang gadis menangis dan itu karenanya. Terlebih lagi gadis itu adalah gadisnya. Ia benci hal itu. Sungmin tidak tahu harus melakukan apa, jadi ia hanya bisa menarik gadis itu semakin mendekat padanya dan membenamkan gadis itu dalam dekapannya. Tangannya bergerak mengelus-elus punggung dan rambut gadis itu. Emosi gadis itu sedang tidak stabil dan dia perlu untuk memperbaikinya terlebih dahulu. Tangis gadis itu berhenti beberapa saat kemudian, menyisakan senggukan yang keluar dari tenggorokannya. Sungmin melepaskan pelukannya lalu menatap gadis itu. Jari-jemarinya bergerak menghapus sisa-sisa airmata yang ada di pipi gadis itu dan mengecup pipinya. Pria itu tersenyum sekilas sebelum menangkupkan kedua tangannya di pipi gadis itu lalu menatap mata cokelat favoritnya itu dengan lembut. “Dengar. Ciumanku dengan lawan mainku di drama musikal itu hanya sebuah tuntutan peran. Dan asal kau tahu saja, itu bahkan tidak bisa dikatakan ciuman karena bibirku hanya berjarak beberapa senti saja darinya tanpa tersentuh sedikit pun.” “Tapi kau bilang di sukira kalau—“ Sungmin menghentikan ucapan gadis itu dengan sebuah kecupan kilat di bibir merahnya. “Itu hanya sebuah bualan saja. Aku tidak mau merusak imej lawan mainku hanya karena aku mengatakan yang sejujurnya.” Gadis itu terdiam, menatap lurus ke arah dagu Sungmin yang sejajar dengan tinggi tubuhnya. Sepertinya gadis itu merasa sangat menyesal dan tidak tahu harus berbuat apalagi selain diam tentunya. “Sudahlah tidak usah dipikirkan. Yang penting kau sudah mengetahui yang sebenarnya kan? Jinhye-ya, jika ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu dan itu semua seputar diriku dengan wanita lain, cobalah untuk mengatakannya padaku. Karena aku sebisa mungkin akan menjelaskan yang sejujurnya padamu sehingga kau tidak dirugikan sedikitpun,” ucap Sungmin lalu mengelus pipi gadis itu. Ia tersenyum lagi sebelum memajukan wajahnya dan mencium bibir gadis itu. Kali ini tanpa mau repot-repot mencoba untuk menghentikannya, gadis itu membiarkan nalurinya berjalan mengikuti permainan ini. Sungmin juga tampak tidak mau bersusah payah menahannya, jadi ia membiarkan tangannya bergerak menelusuri bagian-bagian yang sangat ia inginkan di tubuh istrinya. Kedua orang itu tampak sangat serius dengan kegiatan mereka hingga sebuah suara batuk mengagetkan mereka. Sungmin menoleh dan mendelik marah mendapati para member yang sudah berdiri di depan pintu, menatap mereka dengan pandangan menggoda. Sedangkan gadis itu memilih bersembunyi di dada Sungmin, tidak berani menunjukkan wajahnya pada member Super Junior. Ini lebih memalukan daripada semua orang melihatmu terjatuh di depannya. “Maaf, kalian lanjutkan saja lagi. Hasilkan keponakan buat kami. Sungmin Jinhye, fighting!” ujar Leeteuk sembari mengepalkan tangannya dan mengacungkannya ke udara, memberi semangat lalu bersama member menghilang dibalik pintu. Sungmin terkekeh geli mendapati gadis dalam dekapannya itu yang sedang malu-malu. “Sampai mana kita tadi? Ayo kita lanjutkan lagi,” baru saja ia akan menggapai bibir Jinhye, gadis itu sudah menutup mulut Sungmin dengan tangannya. Membuat Sungmin mengerutkan keningnya dan menatap gadis itu dengan pandangan bertanya yang dijawab gadis itu dengan gelengan singkat. “Aku lelah. Ingin tidur,” ucap gadis itu tegas dan dengan sadisnya naik ke ranjang Sungmin, menarik selimut dan menutup matanya. Sungmin mendekati gadis itu dengan tergesa. Ada kebutuhan mendesak yang mengharuskannya melakukan hal tersebut. Ia mengguncang-guncangkan tubuh gadis itu dengan semangat dan tidak ada kata lembut ketika ia melakukannya. “Lee Jinhye, kau tega sekali padaku. YAK!!!” ooOoo
Posted on: Wed, 26 Jun 2013 08:19:53 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015