Hantje Gunawan MANUSIA ROHANI (Volume 2) KESOMBONGAN DAGING - TopicsExpress



          

Hantje Gunawan MANUSIA ROHANI (Volume 2) KESOMBONGAN DAGING (4) ASPEK LAIN DARI DAGING Seperti telah kita katakan bahwa daging mencakup pekerjaan jiwa ditambah hawa nafsu jasmani. Kita telah membahas aspek jasmaninya, tetapi aspek jiwanya belum kita bahas dengan jelas. Segala dosa yang najis pada aspek jasmani memang seharusnya kita basmi, namun dalam pandangan Allah, pekerjaan bagian jiwa juga rusak, tidak kalah dengan bagian jasmani, sebab itu bagian ini pun harus ditolak. Menurut Alkitab, pekerjaan daging terbagi dalam dua kategori: Tidak benar dan membenarkan diri sendiri. Daging tidak saja dapat melahirkan dosa dan kejahatan, juga dapat melahirkan akhlak atau moral; tidak hanya yang keji, banyak pula yang luhur; tidak hanya mengandung hawa nafsu yang buruk, juga angan-angan yang baik. Inilah yang hendak kita bahas sekarang. Istilah daging adalah sebutan Alkitab bagi sifat alamiah atau hayat manusia yang rusak -- jiwa dan tubuh. Tatkala Allah menciptakan manusia, Ia meletakkan jiwa di tengah-tengah roh dan tubuh, yakni di antara yang ilahi atau rohani dengan yang indrawi atau duniawi. Jiwa bertugas membaurkan keduanya itu dan memberikan apa yang seharusnya dimiliki masing-masing, agar keduanya itu dapat saling berhubungan, dan agar demi perpaduan yang sempurna itu manusia pada akhirnya dapat memiliki satu tubuh yang rohani. Namun sayang sekali, jiwa malahan menuruti godaan organ indra, sehingga ia terlepas dari wewenang roh dan dikendalikan oleh tubuh. Karena itu kedua elemen tersebut melekat erat menjadi daging. Daging ini tidak saja tanpa roh, bahkan langsung melawan roh. Alkitab menerangkan bahwa daging berlawanan dengan roh (Galatia 5:17). Perlawanan daging terhadap roh dan Roh Kudus mempunyai dua aspek: daging menyatakan perlawanannya dengan roh dalam hal berbuat dosa, mengingkari Allah, dan merusak hukum Allah; daging juga menyatakan perlawanannya dengan roh melalui melakukan kebaikan, menaati Allah, dan melaksanakan kehendak Allah. Karena bagian tubuh dari daging dengan sendirinya penuh dengan dosa, kejahatan, dan hawa nafsu, maka ketika ia ditampilkan, ia melakukan banyak dosa dan mendukakan Roh Kudus Allah. Tetapi, bagian jiwa dari daging, tidak senajis tubuh. Jiwa merupakan prinsip kehidupan manusia, merupakan ego manusia, yaitu bagian dari organ-organ tekad, pikiran, dan emosi manusia. Dalam pandangan manusia, pekerjaan jiwa tidak semuanya najis. Hanya saja ia terpusat kepada maksud, angan-angan, suka, benci, dan perasaan dirinya sendiri. Ia tidak melulu melakukan dosa-dosa yang najis, hanya saja, ia berpusat pada dirinya sendiri (ego). Kita dapat melihat banyak orang yang secara alamiah sangat baik, sangat sabar, dan sangat berperikemanusiaan, di antara orang-orang di sekeliling kita. Yang dibenci oleh orang Kristen ialah dosa. Jika ia dapat meninggalkan dosa hingga bebas dari perbuatan-perbuatan daging, seperti yang tercantum dalam Galatia 5:19-21, ia sudah baik. Dan yang didambakannya ialah kebenaran. Sebab itu ia dengan sekuat tenaga melakukan kebenaran, dan ingin memiliki buah-buah Roh yang tercantum dalam Galatia 5:22-23. Justru disinilah letak bahayanya, yaitu: orang Kristen belum lagi belajar membenci daging -- keseluruhan daging -- ia hanya damba terlepas dari dosa-dosa yang ditampilkan dari daging itu. Kita tahu bahwa semua manusia asalnya bersifat daging. Menurut Alkitab tidak seorang pun dalam dunia ini yang bukan bersifat daging, sebab semua orang dosa dilahirkan dari daging. Namun kita juga tahu bahwa banyak orang sudah mempunyai perbuatan-perbuatan yang baik sebelumnya dilahirkan kembali (atau orang-orang itu selamanya tidak percaya kepada Tuhan). Mereka seolah-olah sudah begitu berbudi, sabar, dan baik hati sejak lahir. Tetapi perhatikan: Menurut firman Tuhan Yesus (Yohanes 3:6), walau mereka demikian baiknya, mereka tetap bersifat daging. Karena itu dengan adanya fakta ini, kita dapat membuktikan bahwa daging memang bisa berbuat baik. Daging bisa berbuat baik, hal ini bisa kita buktikan dari perkataan yang diucapkan oleh rasul kepada orang Galatia, Kamu telah mulai dengan Roh, apakah sekarang kamu mau mengakhirinya di dalam daging? (Galatia 3:3). Umat saleh di Galatia telah terperosok ke dalam kekeliruan untuk berniat berbuat baik bersandarkan daging. Mereka telah mulai dengan Roh, namun tidak terus bersandar kepada Roh untuk menggenapkannya, malahan ingin menggenapkannya melalui perbuatan kebenaran diri sendiri (menurut kebenaran hukum Taurat). Itulah sebabnya rasul bertanya demikian kepada mereka. Kini kita nampak jelas bahwa daging memang bisa melakukan kebaikan. Jika daging orang Kristen Galatia hanya bisa berbuat jahat, Paulus pasti tidak perlu bertanya kepada mereka, dan dengan sendirinya mereka tahu bahwa dosa dan kejahatan daging tidak dapat menggenapkan apa yang sudah mereka mulai dengan Roh Kudus itu. Jika mereka hendak menggenapkan pekerjaan yang dimulai oleh Roh Kudus itu dengan daging, itu membuktikan bahwa mereka ingin mencapai posisi yang sempurna melalui perbuatan-perbuatan baik dari daging. Kata-kata yang keras telah diucapkan rasul pada pasal sebelumnya, Karena, jikalau aku membangun kembali apa yang telah kurombak, aku menyatakan diriku sebagai pelanggar (orang dosa) (Galatia 2:18). Perkataan rasul ini mengacu kepada orang yang setelah diselamatkan dan beroleh Roh Kudus, lalu ingin melakukan kebenaran Taurat bersandar kepada daging -- diri sendiri (ayat 16-17, 21). Perkataan apa yang telah kurombak berarti kita selalu memandang bahwa manusia tidak mungkin beroleh selamat bersandar perbuatan sendiri. Jadi rasul selalu merombak perbuatan orang dosa, dan menganggap perbuatan mereka tidak dapat menyelamatkan mereka. Dan perkataan jika aku membangun kembali berarti sekarang dibangun lagi. Sekarang manusia beroleh selamat sudah tidak bersandar kepada perbuatan sendiri lagi, bahkan sudah dibenarkan karena percaya kepada Tuhan. Namun kita membangun kembali perbuatan kebenaran manusia yang dulu sudah kita rombak itu, dan menganggap kita harus melakukan kebenaran. Dari sini kita tahu bahwa orang-orang yang karnal pernah ingin mencari perkenan Allah. Dengan sendirinya itu pun merupakan perbuatan kebenaran oleh daging, hanya saja tidak dapat diperkenan Allah. Karena itu, kita harus menyadari sedalam-dalamnya bahwa daging bisa melakukan kebenaran, bahkan ia paling pandai melakukan kebenaran. Tetapi oleh karena kita terlalu sering menganggap daging sebagai hawa nafsu, maka kita selalu menganggapnya najis. Padahal pada aspek jiwanya, yakni dalam tekad, pikiran dan emosi, setiap perbuatan daging tidak selalu senajis hawa nafsu. Lagi pula, istilah hawa nafsu dalam Alkitab tidak selalu berarti najis. Segala sesuatu yang telah atau dapat dilakukan orang sebelum ia dilahirkan kembali merupakan pekerjaan daging, maka daging tidak saja bisa berbuat jahat, ia pun bisa berbuat baik. Di sinilah kekeliruan orang Kristen; hanya tahu bahwa kejahatan daging harus dihapus, namun tidak tahu kebaikan daging pun harus dihapus: kalau perbuatan jahat dari daging itu bersifat daging, maka perbuatan baik dari daging pun bersifat daging. Daging tetap daging dan selalu daging, entah ia berbuat baik atau jahat. Karena itu, bahaya yang dihadapi orang Kristen sekarang ialah: mereka tidak tahu atau tidak mau mengikis segala sesuatu yang bersifat daging, mereka hanya tahu dan mau menghapus kejahatan dalam daging saja. Padahal kebaikan daging sedikitpun bukan lebih tidak karnal daripada kejahatan daging, sebab kedua-duanya bersifat karnal. Jika orang Kristen tidak mengikis kebaikan daging, mereka akan selamanya tidak dapat terlepas dari kekuasaan daging. Lagi pula, jika daging dapat berbuat baik, dan orang Kristen membiarkannya berbuat baik, maka tidak lama kemudian, mereka akan nampak bahwa daging itu kembali berbuat jahat lagi. Jika hal membenarkan diri sendiri tidak dienyahkan, maka kelaliman (ketidakbenaran) akan datang lagi. >>>>>>>Iblis tahu, jika dalam hal melayani Allah daging dapat mengalahkan Roh Kudus, daging pun dapat meraih dan mempertahankan kemenangannya yang sama dalam hal mengabdi kepada dosa. Itulah sebabnya kebanyakan orang Kristen setelah beroleh kelepasan lalu jatuh lagi menjadi hamba dosa. Jika dalam hal penyembahan tidak dengan senantiasa dan sesungguhnya diatur dan dipimpin oleh Roh, maka dalam kehidupan sehari-hari pun, Roh takkan berdaya mengatur dan memimpin kita. Jika aku belum menyangkal diriku di hadapan Allah, aku tidak mungkin menyangkal diriku di hadapan manusia, tidak dapat mengalahkan kebencian, amarah dan egoisme. Kedua hal tersebut saling berkaitan dan tidak dapat dipisah-pisahkan. Justru karena orang Kristen Galatia tidak memahami hal ini, maka di antara mereka terjadilah saling mengigit dan saling menelan (Galatia 5:15). Mereka tidak saja ingin menggenapkan apa yang dimulai oleh Roh Kudus bersandarkan daging, bahkan secara lahiriah suka menonjolkan diri (daging) Galatia 6:12 serta agar mereka dapat bermegah atas keadaan lahiriah (daging) ayat 13. Dengan sendirinya mereka telah mencapai cukup banyak kesuksesan pada pihak kebaikan daging, namun kegagalan mereka di pihak kejahatan daging pun tidak sedikit. Mereka tidak mengetahui kalau keangkuhan daging dan kemauan ego mereka dapat melayani Allah, juga dapat melayani dosa. Jika orang Kristen tidak dapat melarang daging berbuat baik, mereka juga tidak dapat melarang daging berbuat jahat. Cara terbaik untuk tidak berbuat dosa ialah tidak berbuat baik sendiri. >>>>>>>Bersambung → MANUSIA ROHANI KEDUA [SIKAP TERAKHIR ORANG KRISTEN TERHADAP DAGING (5) ] >>>>>>>MANUSIA ROHANI (VOLUME 1 , 2 , 3 ) - WATCHMAN NEE , dapatkan di toko-toko buku Kristen terdekat atau Pusat Literatur buku-buku rohani Watchman Nee Jalan Gunung Sahari 4 no 6 Jak Pus renungan audio firman secara singkat 8-9 menit bisa didownload free di pemulihan.or.id
Posted on: Wed, 30 Oct 2013 10:22:24 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015