Here I AM (37) # Takdir # Wahai hamba-Ku: Apapun yang terjadi di - TopicsExpress



          

Here I AM (37) # Takdir # Wahai hamba-Ku: Apapun yang terjadi di dunia ini, janganlah engkau jadikan “sebab akibat” sebagai dasar penilaianmu, karena ia dapat menghijab pandanganmu kepada-Ku. Cukuplah menjadikan takdir sebagai dasar dalam penilaianmu. (Tuangku Syaikh Muhammad Ali Hanafiah, h. 49) Percaya pada hukum ‘sebab-akibat’ seringkali menjebak akal kita sehingga seakan menghilangkan peran Allah di belakangnya. Padahal, sebab pertama (sebab dari semua sebab) adalah Allah sebagai zat al-Awwal dan akibat terakhir (akibat dari semua akibat) adalah Allah jua sebagai zat al-Akhir. Pada hukum sebab akibat berlaku sunnatullah di mana Allah senantiasa memberikan ‘energi’ sehingga semuanya bisa berjalan sesuai dengan ketentuan-Nya. Jika dibaratkan sebagai komputer, alam ini ibarat hardware, sebab-akibat adalah software, dan kekuasaan Allah adalah energi powernya. Allah yang menciptakan alam, Allah menciptakan sebab-akibat, dan Allah pula yang berkuasa menggerakkannya. “Tiada sesuatu pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu bersuka cita terhadap apa yang dikaruniakan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri (QS. Al-Hadid/57: 22-23). Percaya kepada takdir merupakan bentuk ketergantungan diri kepada Allah dan apa pun yang datang dan pergi dari diri kita adalah bentuk kasih-sayang Allah. Percaya kepada takdir bukan berarti kita diam dan berpangku tangan, karena takdir hanya bisa kita ketahui bila telah terbukti oleh waktu. Sebelum terbukti oleh waktu, maka adalah kewajiban kita untuk berniat dan berusaha mewujudkan apa pun yang menjadi harapan kita. Hasil dari niat dan usaha, kita serahkan sepenuhnya kepada Allah. “Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad (berniat dan berusaha), maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. (QS. Ali Imran/3: 159) Rasulullah Saw telah mengajarkan untuk tidak memercayai sepenuhnya bahwa segala yang terjadi adalah karena hukum sebab akibat. “Janganlah kamu mengatakan ‘seandainya saya begini tentu akan begitu’ Namun, katakanlah apa yang terjadi sudah menjadi takdir Allah Swt karena kalimat ‘seandainya’ tersebut membuka peluang bagi setan menyesatkan manusia.” (HR. Muslim) Dengan menyerahkan hasil dari niat dan usaha kita kepada Allah, maka semua yang dicapai kita yakini sebagai anugrah, karunia, dan titipan dari Allah. Sebab, ketika kita mengakui bahwa apa yang dicapai itu sebagai hasil dari niat dan usaha kita maka itulah ego yang akan membuat kita sombong dan berbangga diri. Ego adalah hijab terbesar dan paling tebal yang menghalangi kita untuk merasakan keberadaan Allah. Semoga Allah mengajarkan hati kita bahwa apa pun yang datang dan pergi dari kita adalah bentuk kasih-sayang-Nya.
Posted on: Tue, 25 Jun 2013 23:26:13 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015