Hopes Part 1 Mengelap meja, membereskan piring bekas makanan - TopicsExpress



          

Hopes Part 1 Mengelap meja, membereskan piring bekas makanan para pengunjung. Itulah pekerjaan seorang gadis kuliahan, dengan gaji cukup untuk hari harinya. Rumah tangga Ayah Ibunya retak, kakaknya sudah meninggal 3 tahun yg lalu akibat depresi yg sangat berat. Waktu itu kakaknya sedang berjalan dijalan raya, kakaknya memang bodoh, kemudian truk menabraknya hingga tewas. Gadis itu hanya tinggal disebuah kos-kosan yg cukup luas, hanya sekitar 2 petak untuk kamar mandi dan sisanya tempat masak, tidur, dll. Kuliahnya sedikit siangan, jadi paginya ia gunakan untuk bekerja. Menjijikan memang, apalagi sedikit orang-orang makan yg belepotan ke meja. Dengan bau yg tak sedap karena terlalu lama, sekitar 3 bulan yg lalu ia sudah terbiasa bekerja dirumah makan ini. Matahari makin berterik, diluar semakin panas dan terang, (Namamu) melirik arloji kecil berwarna biru ditangan kirinya. Waktunya kuliah. Mengganti pakaiannya dan membereskan barang barangnya, kemudian ia izin kepada manager rumah makan ini. Menaiki ojek kesuatu Universitas Negeri diJakarta. Ternyata, sedikit demi sedikit ia mendapat penghasilan selama 1 minggu mendapatkan 400.000 dari Universitas, lumayan. Karena, (Namamu) si gadis pintar ini mendapat bea siswa dan di masa SMA nya sangat cerdas. Mata kuliah dimulai 20 menit lagi, ia gunakan untuk makan dikantin. Tadi ia belum sarapan juga. “(Namamu)” Panggil seorang gadis dari belakang, (Namamu) menoleh kearah gadis itu kemudian tersenyum. “Udah tau belum? Soal anaknya ayah lo, maksudnya ayah lo kan udah punya istri lagi nih.” Tanya temannya, (Namamu) menggeleng. “Namanya Aldi, lo tau kan? Mahasiswa pinter kayak dia?” Tanya temannya, (Namamu) terbelak. “Serius?” Tanya (Namamu), temannya mengangguk. “Beruntung ya, Aldi dapet kasih sayang dari ayah gue sama ibunya. Mobilnya aja selalu mewah..” Gumam (Namamu). “Lo sabar ya,” Balas temannya. (Namamu) mengangguk, bagaimana tidak? Dia sudah berpisah lama, sudah 1 tahunan. “Gue selalu sabar kok, Sal.” Balas (Namamu). “Yaudah, buruan abisin.” Balas temannya. **** Jam kuliah sudah berlalu dengan cepat, dan sekarang pukul 15.00. Semua mahasiswa berlalu lalang pulang, tapi (Namamu) ingin membeli suatu alat elektronik, untungnya uang tabungannya sudah ada. Dulu sebenarnya ia sudah memiliki laptop, tapi ia kembalikan kepada ayahnya, tapi untuk data data ia simpan jikalau itu miliknya. Menunggu angkot didepan tempat kuliahnya, angkot angkot itu selalu penuh terisi mahasiswa lain yg menaiki angkot lebih dulu. Cuaca saat ini tidak mendukung, apalagi hari ini sedikit gerimis, tapi angin menghembus kencang membuat orang orang menggigil. (Namamu) mendengar suara klakson mobil tepat didepannya, mobil mewah berwarna merah dihadapannya. Pria berkacamata dari dalam sana membuka kaca jendela mobil itu, Aldi. “(Namamu), pulang bareng aja” Ajak Aldi, selama ini pria itu sudah baik dengan (Namamu), bahkan mereka dikenal dekat atau sudah memiliki hubungan tertentu. “Engga deh, Al, makasih.” Balas (Namamu) tersenyum kemudian mencari angkot kosong. Aldi turun dari mobil kemudian ia menuntun (Namamu) menaiki mobilnya. “Tapi gue ga langsung ke kos kosan, gue pengen ke Electronic City dulu.” Desis (Namamu). “Mau beli apaan?” Tanya Aldi. “Beli laptop, yg 2 atau 3 jutaan lah.” Balas (Namamu), Aldi mengangguk kemudian melajukan mobilnya. “Al, gimana kabar.. Papa lo sama mama lo?” Tanya (Namamu), Aldi menyeritkan alisnya. Menurutnya, (Namamu) tidak biasa menanyakan keluarganya. “Baik, emang kenapa?” Tanya Aldi kembali, (Namamu) meringis. “Katanya Salsa, ibu lo nikah lagi ya?” Tanya (Namamu) enggan, Aldi gelisah. “Sebenarnya sih gue masih ga terima, tapi dia tulus banget sayang sama gue. Udah lama sih, sekitar 1 bulan yg lalu nikahnya.” Balas Aldi, (Namamu) hanya membentuk bibirnya O “Lagi pula gue juga masih sayang banget sama Almarhum papa gue, dia yg ngajarin gue segalanya.” Lanjut Aldi. “Lo bahagia sama papa lo itu?” Tanya (Namamu), Aldi mengangguk lemah. “Papa Wijaya pernah cerita kalau dia punya anak cewek sama cowok, yg cowoknya meninggal, yg ceweknya... katanya sih di Bandung.” Gumam Aldi. “Gue udah pergi, Al. Gue ga mau ditempat paman gue, ga betah!” Ringis (Namamu) dalam hati. “Kalo gue ketemu sama putrinya papa Wijaya, gue bakal minta maaf kalo gue udah ngerebut kebahagiaannya.” Lanjut Aldi. “Kenapa harus minta maaf? Bukannya itu udah hak lo?” Tanya (Namamu). “Tapi, gue ngerasa ibah, gue ngerasa bersalah!” Desis Aldi, (Namamu) mengangguk. “Semoga aja.” Balas (Namamu). Tak terasa mereka telah sampai diswalayan tempat dimana adanya kumpulan (?) alat elektronik. (Namamu) memilih salah satu elektronik yg ia butuh. “Kenapa milih yg kecil?” Tanya Aldi, (Namamu) tersenyum. “Lebih murah, Al, uang gue pas-pasan lagi.” Balas (Namamu). Aldi segera memverifikasi laptop yg cukup besar kemudian membayarnya dengan kartu kredit. “Aldi! Nanti lo diomelin sama papa lo!” Bentak (Namamu). “Tenang aja lagi, yg ngirim uang itu mama gue, papa gue cuma ngasih amanah doang.” Balas Aldi. “Secepatnya gue ganti!” Pekik (Namamu) berlalu untuk mengambil barang yg ia beli. “Gue ga mau ngebuat beban Aldi, apalagi itu uang Ayah.” Ringis (Namamu) dalam hati. Bersambung.. @feby10_
Posted on: Sun, 03 Nov 2013 08:40:00 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015