I Choose To Love You by goGatsu no kaze chapter 11 - TopicsExpress



          

I Choose To Love You by goGatsu no kaze chapter 11 (terakhir) sebelumnya Ino, kau bekerja di perusahaan mana? Naruto yang dari tadi pasif dalam percakapan sekarang mulai buka suara. Yakushi Corp. Perusahaan kami bergerak di bidang jasa pengiriman barang. Kenapa memangnya? Tidak, aku hanya bertanya saja, tanpa Ino dan Sakura sadari Naruto mengeluarkan seringai rubahnya. -I CHOOSE TO LOVE YOU- Apa!? Aku dipindahkan? Memangnya apa salahku hingga aku dipindahkan, Yakushi-sama? Hinata protes karena pimpinannya itu memindahkannya ke perusahaan lain tanpa sepengetahuannya. Dan ini sangat mendadak. Kami memindahkanmu bukan karena kau berbuat salah, Hyuuga-san. Perusahaan yang akan jadi tempat kerjamu itu adalah perusahaan besar berkelas internasional. Sangat sayang bagimu kalau tidak menerimanya. Aku sudah memberikan resume-mu pada perusahaan itu. Aku senang kalau pegawaiku bisa mendapatkan tempat kerja yang lebih layak. Kau berbakat, Hyuuga-san, jelas Yakushi Kabuto panjang lebar. Tapi Hinata masih saja tidak terima. Baiklah, akan aku coba, jawab Hinata, Apa nama perusahaan itu? lanjutnya. A-aku lupa nama perusahaannya, jawab Kabuto terbata-bata. Hinata mencium sesuatu yang aneh disini. Bagaimana bisa aku datang ke perusahaan itu sementara aku tak tahu namanya, Yakushi-sama? Besok akan ada orang dari sana yang akan menjemputmu. Kau hanya perlu menunggunya di loby kantor kita. Hinata hanya pasrah dengan keputusan atasannya. Ia akan datang besok. Mencoba tak ada salahnya bukan? Kalau ia tak suka bekerja disana, ia langsung saja keluar dan mencari pekerjaan baru. -I CHOOSE TO LOVE YOU- Naruto sedang berada diruang kerjanya saat ini. Dihadapannya telah tertumpuk dokumen-dokumen yang harus ia pelajari. Kalau ia adalah Naruto yang dulu pasti ia sudah mengeluh berkali-kali sambil mengacak-acak rambutnya. Namun ia yang sekarang dengan senang hati menerima tumpukkan dokumen yang sangat menjemukan itu. Tok! Tok! Tok! Suara ketukan mengakhiri pekerjaan Naruto, Silahkan masuk. Summimasen, Naruto-sama, ternyata orang yang mengetuk tadi adalah Kankuro. Aku sudah menyelesaikan apa yang anda perintahkan. Bagus, mana Iruka? Iruka-san sebentar lagi tiba. Ia sedang dalam perjalanan, jawab Kankuro. Tiba-tiba suara ketukan terdengar lagi, Masuk, ucap Naruto singkat. Naruto-sama, aku sudah mendapatkan informasinya, Iruka membungkukkan sedikit badannya. Apa yang kau dapat? tanya Naruto penasaran. Sekarang Nona tinggal sendirian di kota ini. Kakak dan adiknya tinggal di Suna. Aku juga mendapatkan info kalau ia tak jadi bertunangan dengan Inuzuka Kiba, jawabnya. Aku sudah tahu itu, Naruto tersenyum tipis. Apa lagi yang kau dapat? Sudah lima tahun ini Nona tinggal di sebuah rumah yang letaknya dipinggiran kota Konoha, lanjut Iruka. Bagaimana bisa? Ada apa dengan rumahnya? Naruto terkejut dengan informasi yang disampaikan Iruka. Hampir saja ia terbangun dari tempat duduknya. Rumahnya dijual untuk menutupi hutang, Naruto-sama, raut wajah Naruto mendadak sedih. Ia tak menyangka kalau selama lima tahun ini ternyata Hinata menjalani kehidupan yang sangat berat. Berbanding terbalik dengan dirinya yang selalu dilimpahi dengan kasih sayang dan materi. Ia memejamkan matanya sejenak. Baiklah, kalian boleh pergi. Iruka, katakan pada sekretarisku untuk membatalkan semua janji. Aku sedang tak enak badan sekarang, Naruto memijat pelipisnya dengan kedua tangannya. Saat ini ia tak ingin diganggu. Hai, Naruto-sama Iruka dan Kankuro membungkukkan badannya dan pergi meninggalkan Naruto yang sedang frustasi. Gomennasai, Hinata-chan, lirih Naruto ketika Iruka dan Kankuro sudah menghilang dari hadapannya. -I CHOOSE TO LOVE YOU- Hinata dengan sabar menunggu kedatangan orang yang katanya ingin menjemputnya di loby. Hari ini ia mengenakan rok putih selutut dengan blazer berwarna hitam. Kemejanya senada dengan warna roknya. Ia memakai bando berwarna putih di mahkota indigonya. Sesekali ia melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. Anda Hyuuga Hinata? suara seorang pria membuat Hinata mengangkat kepalanya. Hai, apa kau yang mau menjemputku? tanyanya balik. Sabaku Kankuro. Aku diperintahkan atasanku untuk menjemput anda, Hinata berjalan mengkuti Kankuro ke basement, tempat mobil diparkir. Ano, kita ke perusahaan mana ya? Hinata masih saja penasaran dengan perusahaan yang akan jadi tempat kerjanya itu. Kau nanti juga akan tahu, Kankuro menyalakan mesin mobilnya dan pergi meninggalkan tempat itu. Hinata diam saja selama perjalanan, matanya memandang keluar jendela. Kankuro yang menyetir juga tak mengajaknya bicara. Ia hanya fokus dengan jalanan yang ada di depannya. Setengah jam kemudian mereka sampai di kantor. Hinata yang dari tadi melamun baru tersadar ketika Kankuro membukakan pintu mobil untuknya. Hinata masih tak tahu perusahaan yang ia datangi. Agar lebih cepat kita lewat pintu belakang saja, Hinata ikut saja dengan ajakan Kankuro. Toh ia orang baru disini. Belum mengenal dengan jelas tempat ini. Hinata dipersilahkan masuk ke ruangan yang bertuliskan President Director. Rupanya sang pemilik ruangan sedang ada urusan sebentar diluar. Hinata jadi memilih untuk melihat-lihat isi ruangan agar tidak bosan. Hinata tak melihat apapun selain tumpukan dokumen dan laptop di atas meja. Ruangan yang biasanya berisi foto-foto penghuni ruangan juga tak ada. Hinata lalu tertarik dengan sebuah pajangan berbentuk peri yang terbuat dari kristal. Peri itu terlihat sedang memegang sebuah bintang. Kelihatannya kau tertarik dengan pajangan itu. Apa kau mau memilikinya? Hinata kaget dan membalikkan badannya. Matanya langsung membulat ketika melihat orang yang saat ini ada di hadapannya, Kau? Kenapa bisa... Ada disini, potong orang itu. Ini ruanganku. Memangnya salah kalau aku masuk keruanganku sendiri, Hinata? Tapi.. Suara ketukan pintu menghentikan percakapan mereka. Seorang wanita datang membawakan minuman di atas nampannya, Summimasen, Namikaze-sama. Akan kuletakkan disini. Aku permisi dulu, wanita itu membungkukkan badannya dan pergi. Silahkan duduk, Hinata, Naruto duduk di atas kursi kerjanya. Naru –eh- maksudku Namikaze-sama, apa alasannya kau tertarik untuk merekrutku ke perusahaanmu? tanya Hinata gugup. Namun ia tak ingin tergagap di depan Naruto sekarang. Resume-mu. Atasanmu juga mempromosikanmu dengan sangat baik. Aku jadi tertarik, Naruto berbohong. Padahal ia yang meminta Kabuto untuk memindahkan Hinata ke perusahaannya dengan balasan kalau perusahaannya akan bekerja sama dengan perusahaan Kabuto. Hinata hanya bisa menyesal karena menerima tawaran Kabuto. Seharusnya dari awal ia menolaknya saja. Hal ini dikarenakan ia tak tahu harus berbuat apa dihadapan Naruto saat ini. Tangannya mengepal, meremas ujung roknya. Kalau begitu, kau boleh mulai kerja sekarang, ucap Naruto. Sekarang? Hinata menatap Naruto bingung, Baiklah, dimana ruanganku? Tepat di depan ruanganku, jawabnya singkat. Bukankah di depan ruangan ini hanya ada meja sekretaris? Ya, memang. Kau sekretarisku sekarang, Naruto kemarin memang memindahkan sekretarisnya ke kota Ame agar Hinata bisa jadi sekretarisnya. Tapi aku bekerja pada bagian marketing sebelumnya, protes Hinata. Aku tahu, tapi posisi sekretaris belum ada yang mengisi. Jadwalku sangat padat, Hinata. Kalau tak ada yang mengatur aku bisa kewalahan nanti. Bagian marketing sudah banyak yang menangani, kau jadi sekretarisku saja untuk sementara hingga ada yang mengisinya kembali, jelas Naruto. Hinata menilai perkataan Naruto ada benarnya. Ia merasa kasihan pada pria yang dulu menjadi kekasihnya itu kalau jadwalnya tak ada yang mengurus. Ia mengerti kalau di dunia pekerjaan harus ada yang namanya keprofesionalan dalam bekerja. Tapi ia masih saja sulit untuk menerimanya. -I CHOOSE TO LOVE YOU- Hinata, keruanganku sekarang, suara dari interkom itu membuat Hinata menginjakkan kakinya ke ruangan Naruto untuk ke enam kalinya hari ini. Sudah hampir seminggu ia bekerja disini. Dengan otaknya yang cerdas, ia dengan sangat cepat bisa menghapal nama-nama rekan kerja Naruto yang jumlahnya puluhan. Bahkan ia sudah mulai akrab dengan beberapa orang di perusahaan itu. Ada apa, Namikaze-sama? tanya Hinata setelah memasuki ruangan Naruto. Tolong carikan dokumen dari pabrik kertas yang kemarin baru dikirim kesini. Aku lupa meletakkannya dimana, Naruto sengaja mancari-cari alasan agar Hinata masuk ke ruangannya. Setelah kedatangan Hinata ke perusahannya keadaan hatinya makin membaik. Ia makin sering tersenyum dengan orang disekitarnya. Orang tuanya pun senang dengan perubahan anaknya. Pria blonde itu tersenyum memandangi Hinata. Ekor matanya tak lepas dari sosok berambut indigo yang saat ini sedang hilir mudik mencari barang yang Naruto minta. Ia makin senang ketika Hinata terlihat kesulitan mencari dokumen tersebut. Ia malah tak berniat untuk membantunya agar Hinata semakin lama di ruangannya. Ano, Namikaze-sama. Dimana terakhir kali kau melihat dokumen itu? tanya Hinata. Mata levender-nya masih sibuk dengan tumpukan dokumen yang ada di hadapannya. Entahlah. Aku tak ingat, Hinata hanya menghela nafas sebentar dan meneruskan mencari dokumen itu. Naruto yang melihatnya tertawa tertahan karena sudah berhasil mengerjai wanita itu. Yatta, ketemu! pekik Hinata. Setelah lebih dari setengah jam ia mencari-cari dokumen tersebut, akhirnya ia menemukannya. Benarkah? Berikan padaku, Naruto memperhatikan dokumen yang ditemukan Hinata, Bukan, bukan yang ini. Yang satunya lagi. Dokumen ini sudah kubaca. Lihat, sudah kutandatangani juga, Naruto menunjuk pojok kiri bawah, tanda tangannya. Apa? Salah? Hinata kembali mengela nafas panjang. Naruto menatap Hinata dengan tatapan lucu. Raut wajah Hinata yang sedang kesulitan sangat menggemaskan. Sudahlah, tak usah dicari kalau kau tak mau mencarinya, Naruto berpura-pura kecewa dengan reaksi Hinata yang menyerah mencari dokumen yang ia minta. Tak apa, Namikaze-sama. Aku akan mencarinya lagi sampai ketemu, Hinata kembali berkutat dengan tumpukan dokumen yang ada diruangan Naruto. Sedangkan Naruto? Kembali menikmati kesibukan Hinata dengan tersenyum tipis. Ia menyadari beberapa perubahan Hinata saat ini hanya dalam waktu seminggu. Dari segi fisik maupun sifat. Sifatnya yang pemalu sekarang sudah banyak berkurang, buktinya ia bisa berbicara dengan Naruto tanpa tergagap sama sekali. Tubuhnya kini berubah layaknya wanita dewasa, pinggulnya makin terbentuk. Rambut panjangnya masih tetap sama seperti enam tahun yang lalu. Ia semakin cantik saja. Otaknya juga sangat cerdas, karena ia merupakan lulusan terbaik di jurusannya. Naruto mengetahui itu dari Gaara yang memang satu jurusan dengan Hinata. Tak menyesal Naruto tetap mencintai Hinata sampai saat ini. Yang membuat ia menyesal adalah keegoisannya untuk meninggalkan Hinata sendirian di Jepang. Tapi keputusannya untuk menjadi sukses sudah bulat, ia tak bisa menarik kata-katanya lagi. Maka dari itu ia berusaha secepat mungkin untuk bisa mendapatkan gelar sarjana lalu kembali ke Jepang. Tak disangka ia membutuhkan waktu enam tahun untuk kembali. -I CHOOSE TO LOVE YOU- Naruto menoleh ke kanan dan kiri mencari orang yang sedang ditunggunya. Ia sangat kesal karena tempatnya menunggu saat ini adalah pintu masuk Konoha Land. Hanya orang yang kurang kerjaan mengajak bertemu di tempat seramai ini. Ia kesini bukan untuk berkencan, melainkan bertemu dengan sahabatnya, Sasuke. Dobe, sudah lama menunggu? Sasuke dengan enaknya menyapa Naruto. Di sampingnya ada Sakura yang merangkul lengannya. Kenapa kesini? Tak adakah tempat lain? Lagipula kalau kau berkencan, jangan ajak-ajak aku, Naruto kesal sekali karena ternyata Sasuke membawa kekasihnya. Sedangkan ia hanya sendiri. Ia bagaikan nyamuk pengganggu di tengah-tengah kencan Sasuke dan Sakura. Naruto-kun, aku yang meminta Sasuke-kun untuk bertemu denganmu disini. Aku ingin mengenang masa-masa Junior High kita. Apa kau tega membatalkannya? Padahal aku sudah jauh-jauh datang kesini, Sakura memasang tampang memohon dihadapan Naruto. Naruto memutar bola matanya, Haah, baiklah. Aku setuju karena kalian sahabat baikku. Yatta, arigatou Naruto-kun. Kau terlihat tak suka ke Konoha Land. Aneh sekali. Padahal dulu kau suka sekali datang kesini, Sasuke yang tahu jawaban dari pertanyaan Sakura hanya diam, ia melirik Naruto sebentar. Ingin tahu reaksinya. Wajah Naruto mendadak nampak sedih, Aku benci tempat ini, jawabnya. Sakura hanya menatap Naruto. Ia tak mau bertanya lebih banyak lagi, Yosh, kita mau main apa sekarang? Terserah kau saja, jawab Naruto. Kalau kau, Sasuke-kun? Hn. Terserah, jawab Sasuke singkat. Sakura menghela nafas. Kedua sahabatnya ini sekarang benar-benar setipe. Sangat pelit kosa kata. Sekarang ia yang harus aktif berbicara, padahal dulu Naruto yang paling cerewet dan bertingkah diantara mereka bertiga. -I CHOOSE TO LOVE YOU- Moshi-moshi, dengan Senju Corp. ada yang bisa saya bantu? Hinata mengangkat telepon yang terletak diatas mejanya. Gomen, tak bisa hari ini. Namikaze-sama sedang tak ada ditempat dan baru akan masuk kantor besok, Hinata menulis sesuatu di atas memo-nya, Baiklah akan saya sampaikan. Ia menghela nafas untuk kesekian kalinya. Sudah berkali-kali telepon masuk dan mencari atasannya, Namikaze Naruto. Namun orang yang dicari sedang pergi. Naruto ingin bertemu dengan teman lama, ia mengatakannya sebelum meninggalkan ruangan satu jam yang lalu. Ia kembali melihat beberapa tulisan yang ada di memo-nya. Sudah ada beberapa perusahaan yang ingin membuat janji padanya. Tangannya lalu tertuju pada gagang telepon, ia memencet nomor seseorang. Moshi-moshi, Namikaze-sama. Gomen, mengganggumu, Hinata mendengar latar suara telepon yang kedengarannya sedang berada dikeramaian. Ada apa, Hinata? terdengar suara Naruto dari seberang sana. Aku tahu ini sangat mengganggu. Tapi hari ini aku mendapat banyak panggilan dari rekan kerjamu, Namikaze-sama, Disini sangat berisik. Aku tak bisa mendengarmu dengan jelas. Bisakah kau datang kesini saja? kata Naruto yang terdengar setengah berteriak. Tapi Namikaze-sama, aku tak bisa meninggalkan mejaku. Terlalu banyak panggilan yang harus aku angkat. Apa? Aku tak mendengarnya. Hinata, sebaiknya kau datang kesini. Aku tunggu. Suara koneksi terputus langsung terdengar. Hinata terdiam sejenak. Ia tak tahu tempat yang Naruto maksud. Ia ingin meneleponnya lagi, tapi takut membuat pria bermata sapphire itu kesal. Ia jadi mengurungkan niatnya. Ketika Hinata sedang berpikir, Kankuro datang menghampirinya. Hyuuga-san, aku diperintahkan Naruto-sama untuk menjemputmu. Kemana? tanya Hinata. Ikut saja. Kau nanti juga akan tahu, Hinata sudah menduga jawaban yang akan diterimanya. Mobil yang dinaiki Hinata menuju kearah tempat yang sangat ia kenali. Tebakan Hinata benar. Ia dibawa ketempat yang paling ia benci, Konoha Land. Tempat dimana terukirnya kenangan buruk cintanya dengan Naruto. Ia tak ingin lagi kesana. Namun kewajiban pekerjaannya yang membuat ia melangkahkan kaki ke tempat yang menurutnya neraka itu. Naruto-sama menunggumu di dalam, ini tiket masuknya, Kankuro memberikan selembar tiket masuk Konoha Land pada Hinata. Hinata terlihat ragu untuk menerimanya, namun akhirnya ia ambil juga. Ia kembali memencet ponselnya, Moshi-moshi, Namikaze-sama. Aku sudah di Konoha Land. Kau ada dimana? Aku ada di depan carrousel. Kau tahu kan tempatnya. Aku tunggu disitu, jawab Naruto. Telepon langsung terputus, Carrousel, gumam Hinata. Wahana kenangan Naruto dan dirinya. Ia sempat enggan untuk melangkahkan kakinya, namun –sekali lagi- demi pekerjaan ia harus kesana. Hinata membaca peta di tangannya, seharusnya sekarang ia sudah berada di dekat carrousel. Namun dari tadi nampaknya ia hanya berputar di tempat yang sama. Ia tak mau menelepon Naruto, karena nanti akan dianggap seperti anak kecil yang tak bisa membaca peta. Ketika sedang membaca peta ia merasakan kalau rok bagian bawahnya ada yang menarik. Ia melihat ada anak kecil yang sedang menangis sambil memeganginya, Adik kenapa? Mana ibumu? Anak tadi makin bertambah kencang menangisnya. Hinata yang kebingungan akhirnya menggendong anak itu. Lama-kelamaan anak laki-laki itu diam juga. Tobi mau kaa-chan, ucap anak itu sambil sesekali terisak. Jadi namamu Tobi. Baiklah, nee-chan akan cari ibunya Tobi. Jadi Tobi jangan menangis, ya, Hinata membersihkan sisa-sisa air mata di pipi Tobi. Dari kejauhan Naruto melihat sosok Hinata. Ia melihat Hinata tak sendirian. Ia menggendong anak kecil. Nampaknya anak itu sedang menangis. Hinata tampak keibuan sekali. Sesekali terlihat ia membelai kepala dan punggung anak kecil itu agar tenang. Naruto pun menghampirinya, Hinata, ada apa? Hinata sedikit terkejut dengan kemunculan Naruto, Gomen, Namikaze-sama. Anak ini terpisah dengan ibunya, katanya. Naruto mengambil anak kecil itu dari gendongan Hinata, Biar aku saja yang menggendongnya. Kau pasti lelah sekali, Naruto tersenyum lalu mengalihkan pandangannya pada anak yang digendongnya. Siapa namamu? tanyanya pada anak itu. Tobi. Nii-chan dan nee-chan mau membawa Tobi ke kaa-chan? Tobi mau kaa-chan, kata anak itu polos. Naruto dan Hinata mengangguk bersamaan. Mereka bertiga terlihat seperti keluarga bahagia yang sedang pergi berlibur. Hanya saja pakaian Hinata kurang mendukung. Hal ini dikarenakan ia tak tahu kalau Kankuro membawanya ke Konoha Land. Setelah lama berputar-putar dan ke pusat informasi anak hilang akhirnya Tobi bisa bertemu dengan orang tuanya. Arigatou, hontou ni arigatou. Aku tak tahu harus membalasnya dengan apa, kata ibu Tobi pada Naruto dan Hinata. Ia menangis sambil memeluk Tobi yang saat ini sedang tertidur. Aku ingin kau menjaga Tobi dengan baik , jangan sampai terpisah lagi seperti tadi, ucap Naruto. Hinata langsung menoleh ke pria bermata sapphire itu, ia sangat kagum. Akhirnya setelah semuanya selesai. Naruto dan Hinata langsung meninggalkan pusat informasi anak hilang. Mereka berjalan-jalan di Konoha Land sebentar. Naruto juga telah melupakan Sasuke dan Sakura yang mungkin saat ini sedang kewalahan mencarinya. Hinata pun sama, ia melupakan alasan kedatangannya kesini. Keduanya tak mengatakan apapun, sibuk dengan pikiran masing-masing. Tanpa mereka sadari mereka telah berada di depan bianglala yang merupakan saksi dari suramnya percintaan mereka. Naruto dan Hinata diam sejenak, memandangi bianglala tersebut. Mau naik? tawar Naruto. Hinata menundukkan kepalanya. Sebenarnya ia tak mau naik, namun entah mengapa tubuhnya malah merespon sebaliknya. Hinata mengangguk. Mereka berdua pun naik bianglala tersebut. Sama seperti enam tahun yang lalu, cuma status mereka yang bebeda sekarang. Dulu sepasang kekasih, sekarang mereka hanya rekan kerja saja. Hinata memandang keluar, ia melihat matahari yang sebentar lagi tenggelam. Sebaliknya Naruto memandanginya, seperti ada yang mau ia sampaikan. Sudah enam tahun rupanya, ucap Naruto. Hinata berganti menatap mata Naruto yang kini juga sedang menatapnya. Mereka saling bertatapan. Hinata yang malu lalu menundukkan kepalanya. Namun tangan Naruto cepat-cepat mencegahnya, Jangan menundukkan kepalamu. Aku jadi tak bisa melihat wajahmu, Naruto melihat air mata di pipi Hinata. Gomennasai. Gomen. Gomennasai, Hinata terisak. Kenapa kau minta maaf? tanya Naruto. Ini semua karena diriku. Aku yang membuatmu begini. Aku yang salah. Gomennasai, air mata Hinata makin tambah deras. Tubuhnya bergetar. GREB! Naruto memeluk Hinata tiba-tiba. Hinata terkejut, namun tak menolak pelukan Naruto. Ia menangis di dada pria yang amat dicintainya itu. Naruto membelai rambut indigo Hinata lembut. Kepalanya berada di bahu Hinata. Dalam-dalam ia hirup wangi dari wanita yang sekarang berada dalam pelukannya. Ia sangat rindu, sangat merindukannya. Tak ada yang salah Hinata. Saat itu kita hanya remaja yang naif dan tak mengerti apa-apa. Jadi berhentilah menangis, Naruto menenangkan Hinata. Perlahan Hinata menghentikan tangisannya. Pelukan mereka pun terlepas. Mereka berdua saling bertatapan. Kenapa kau begitu baik padaku. Aku telah berbuat jahat padamu. Aku ini jahat, kata Hinata sambil mengusap air mata di pipinya. Ya, kau memang jahat padaku, Naruto memegang pipi Hinata. Kau jahat karena tak pernah berbagi penderitaan yang kau alami padaku. Kau selalu menyimpannya sendiri sehingga terlihat kalau akulah yang jahat. Kau tak bilang kalau ayahmu meninggal, enam tahun yang lalu. Dan kau juga tak bilang kalau keluargamu terlilit hutang sehingga kau.., Naruto serasa tak kuasa meneruskan perkataannya, ...rela ditunangkan oleh pewaris Inuzuka Corp. Hinata kembali meneteskan air matanya, A-aku tak ingin... Merepotkanku, eh? Itu kan yang akan kau katakan? Demi kami-sama, Hinata. Aku tak akan pernah merasa seperti itu. Kau tahu apa yang kupikirkan enam tahun yang lalu ketika tahu aku tak bisa membantumu? Hinata menatap Naruto, A-apa? Aku pikir kau menganggapku pria tak berguna. Aku sempat membencimu saat itu. Tapi tak sebesar rasa benciku pada diriku sendiri, tubuh Naruto sedikit bergetar. Kepalanya tertunduk, ia menahan tangisnya. Naruto-kun, untuk pertama kalinya Naruto mendengar Hinata menyebut namanya setelah enam tahun. Kepalanya terangkat, ia melihat Hinata tersenyum untuknya. Naruto memegang kedua tangan Hinata, Jangan lakukan itu lagi, Naruto lalu memeluk Hinata. Ia tersenyum lega. Cintanya kini telah kembali. Tapi, kenapa kau tak membenciku Naruto-kun, tanya Hinata, Aku mengatakan sesuatu yang jahat padamu. Aku tahu dirimu, Hinata. Kau mengatakannya, tapi itu bukan kemauanmu. Maaf baru menyadarinya sekarang, Naruto mempererat pelukannya seperti tak mau melepaskannya lagi. Aku tak akan pernah membencimu, anata. Naruto-kun. Because for a very long time a go, i was chose to love you. And i always choose to love you forever, kata Naruto, mereka berdua tersenyum. Konoha Land mengingatkan mereka akan kenangan terburuk, tapi disitu pula mereka mendapatkan kenangan termanis yang akan dikenang sepanjang hidup mereka. -I CHOOSE TO LOVE YOU- Pada suatu pagi, Hinata berdiri di depan sebuah taman kota di Konoha. Ia menunggu seseorang. Matanya sesekali mencari-cari sosok orang yang ditunggunya. Ketika ia sedang menunggu tiba-tiba ada seorang pria menghampirinya. Ia Inuzuka Kiba. Hina-chan, sedang apa disini? Sapaan Kiba mengejutkan Hinata, Inuzuka-kun. Aku sedang menunggu seseorang. Bisakah kita bicara? Tapi jangan disini, Kiba ingin menggapai tangan Hinata, namun Hinata langsung menarik tangannya. Gomen, Inuzuka-kun. Bukankah tadi sudah kubilang kalau aku menunggu seseorang. Tiba-tiba tangan wanita berambut indigo itu ditarik seseorang yang ada dibelakangnya. Sontak saja Hinata tubuhnya kebelakang mengikuti arah tarikan. Sudah kuduga. Seharusnya aku menjemputmu dirumahmu saja. Aku sudah menebak pasti ada yang menggodamu, orang yang menarik Hinata ternyata adalah Naruto. Ia langsung memandang pria yang ada dihadapan wanita bermata lavender itu dengan tajam. Kiba juga menatap Naruto tajam, Kau siapa? ia tak mengenali Naruto karena perubahan fisik Naruto saat ini. Lagipula sekarang Naruto juga memakai kacamata. Aku ini calon suaminya, kata Naruto menantang. Na-Naruto-kun, pipi Hinata memerah. Ia sangat malu. Naruto? Bukankah kau di luar negeri, Kiba terkejut, ia tak tahu kalau Naruto telah pulang ke Jepang. Kalau aku di luar negeri tak mungkin aku ada dihadapanmu, kan? jawabnya dengan nada kesal. Hina-chan, sepertinya pertemuan kita harus ditunda. Lain kali kita bertemu lagi. Aku pergi dulu, Kiba pergi meninggalkan Hinata. Naruto masih menatapnya dengan tatapan kesal. Ketika Kiba belum jauh dari mereka, Naruto langsung berteriak, Tak ada lain kali! Karena aku tak akan mengizinkan istriku untuk menemuimu! Kiba tak membalikkan badannya, ia tersenyum tipis dan melambaikan sebelah tangannya. Sementara Hinata mukanya makin memerah saja, Na-Naruto-kun, Hinata mencubit pinggang Naruto pelan. Akh, ittai, Naruto pura-pura kesakitan lalu tersenyum, Sudah lama tak melihat semburat merahmu. Naruto dan Hinata saling bertatapan. Kedua tangan mereka saling bergandengan. Mereka berdua tersenyum dan meninggalkan taman itu bersamaan. Setelah semua kejadian yang mereka alami rasa cinta keduanya semakin besar. Mereka yakin akan menghadapi semua halangan yang ada di depan mereka. Masa depan sudah menanti. Baik dan buruk, hanya Tuhan-lah yang tahu. -I CHOOSE TO LOVE YOU- The End
Posted on: Sat, 09 Nov 2013 08:11:21 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015